Banyak banget yang nanya "Kenapa sih vie kok cerai?, apalagi udah punya 2 anak gini?"..Malah ada yang lebih "sadis" lagi pertanyaannya "Kok lo berani cerai sih vie, sapa lagi nanti yang mau ma lo dengan 2 anak spt ini?"
Dan yang lebih "sadis sadis sadis" lagi pertanyaannya "Lo sanggup vie ngebesarin 2 anak lo itu?"
Dan yang lebih "sadis sadis sadis sadis" lagi ada statement "mendingan lo kasih aja anak2 ma mantan suami lo dan istri barunya..suruh mereka yang urus tuh..enak2 aja mereka seneng2 sendiri.."
Sesungguhnya keputusan untuk menjadi seorang single parent sangatlah relatif untuk setiap orang dan untuk saya khususnya bukan merupakan keputusan yang mudah, walaopun memang itu merupakan salah satu dari banyak keterpaksaan yang harus saya pilih dalam menjalani hidup ini. Dan itu harus berdasarkan hasil olah2an campur2.. ya...ditimbang2 antara keadaan anak2 dan masa depan mereka, perasaan, logika yang rasional dan sehat alias tidak emosi-an (lebih baik hal ini yang dominan), financial, mungkin ditambah dengan hasil analisa kita atas kasus2 serupa, mungkin juga ditambah perkiraan2 dan bayangan2 gimana ya ke-depannya jika menjadi single parent ato jika tetap mempertahankan perkawinan, dan mungkin terakhir ditambah nasihat2 dari orang tua, saudara2, teman2 ataupun orang lain....
Jadi keputusan memilih untuk menjadi single parent bukanlah suatu pilihan keputusan yang mudah dan kelak harus bisa dipertanggungjawabkan, terutama kepada anak2 (apabila dikemudian hari mereka mulai menanyakan kenapa mama papanya berpisah) dan kepada keluarga juga masyarakat pada umumnya (walopun hal ini tidak lah mutlak, tetapi masalahnya kita maseh orang Indonesia yang notabene adalah masyrakat yang berbudaya timur, yang mungkin sebagian masyarakat maseh memandang citra seorang single parent secara negatif).
Tetapi to be frank, saya as single parent, tidak merasa khawatir dengan stigma negatif ttg "janda" yang udah terbentuk di masyarakat..as long as saya bisa membuktikan dan mempertanggungjawabkan bahwa saya adalah seorang single parent yang positif, bekerja dan mandiri, mampu membesarkan anak2 secara baik dan yang penting sayaharus bisa menunjukkan kalo saya bahagia dan tidak menyesali menjadi seorang single parent...
Dalam hal ini saya tidak bermaksud ataupun mencoba untuk memprogandakan atau mengajak menjadi single parent. Tentu saja tidak, karena secara logika dan perasaan, mana ada seh orang yang mau perkawinannya berantakan dan kemudian bercerai? dan kembali lagi ke teori awal tentang kodrat dasar manusia sebagai makhluk sosial dimana tentunya manusia lebih menyukai dan lebih baik hidup berpasangan. Maka dari itu, sebaliknya dalam hal ini saya menganjurkan untuk mengambil suatu
pilihan dan keputusan menjadi single parent harus dipikirkan masak2 dan dengan kesadaran penuh dari diri sendiri..sehingga tidak akan ada penyesalan di belakang hari.....
Pikirkanlah.....apakah kamu lebih bahagia dengan bertahan dalam perkawinan ataukah lebih baik berpisah....Kebutuhan anak2 akan kelengkapan orang tua emang penting, tapi tolong terutama pikirkanlah juga kebahagiaan kamu. Kamu berhak buat bahagia. Dan apabila kamu merasa tertekan dan tidak bahagia namun bertahan dalam perkawinan dengan alasan anak ataupun financial, pikirkan juga bahwa anak2 dapat merasakan ketidakbahagian yang kamu rasakan..dan apabila anak2 melihat ibunya atao orangtuanya tidak benar2 bahagia...mereka juga akan merasakan hal yang sama..dan kamu akan membuat mereka lebih tersiksa..kecuali kamu dan pasangan benar2 kembali dan sama2 berniat untuk memulihkan perkawinan, benar2 memaafkan satu sama lain, dan benar2 ingin meraih kebahagiaan bersama sehingga tidak akan ada salah satu pihak yang akan maseh merasa tertekan dan tidak bahagia...
Kalo secara financial.....percaya lah...rejeki ditentukan oleh Tuhan selagi kita maseh niat, ikhlas dan mampu untuk bekerja keras di jalan yang halal...dan jangan lupa dalam mengasuh anak, Tuhan juga akan memberikan extra rejeki karena tiap anak membawa rejekinya masing2...
Kalo karena kita ga rela pasangan diambil orang lain...hm...saya ga ada hak untuk berkomentar dalam hal ini karena sekali lagi hal ini berpulang dari perasaan dan pikiran tiap individu yang tentu berbeda satu sama lain..kalo saya pribadi, mengambil pengalaman terdahulu saya akan menanyakan ke pasangan saya apakah ingin saya selamatkan atau tidak...kalo dia memilih untuk tidak diselamatkan oleh saya...saya harus menghormati keputusannya itu ..karena saya tidak mau ada yang namanya keterpaksaan di dalam kehidupan saya maupun orang2 yang saya sayangi..
Terakhir saya sering kali mendapatkan komen dari teman2 yang menyatakan kesalutan dan kekagumannya terhadap saya yang sekarang ini lagi menjalankan Trifungsi sebagai seorang ibu, seorang ayah, dan seorang wanita bekerja hampir selama 5 tahun ini, akan tetapi terus terang secara pribadi saya sebagai salah satu dari banyak orang yang telah memutuskan untuk menjadi single parent...tidak pernah merasa hebat dan bangga dengan keputusan ataupun status saya menjadi single mom. Menjalankan trifungsi itu adalah resiko yang sudah saya perkirakan harus saya terima dan harus saya jalani dan ini lah yang saya lakukan...go flow with my life dan tetep berjuang demi kebahagiaan saya dan anak2 di masa kini dan masa2 mendatang.
keputusan menjadi orang tua tunggal adalah keputusan yang dirasakan perlu untuk dilakukan demi menyelamatkan pertumbuhan dan perkembangan anak2 secara lahir maupun mental/emosi untuk dapat tumbuh kembaang dengan baik dan normal, ketimbang tumbuh kembang di lingkungan keluarga utuh yang tidak sehat misalkan dengan seorang ayah/ibu yang pemarah/ main tangan/otoriter, atau dengan seorang ayah/ibu yang gemar selingkuh/poligami/poliandri.