Selamat Ulang Tahun yang Ke-7...dek Zahra...:)


8 Februari 2010, Zahra ulang tahun yang ke-7. Wah tiba2 gadis kecilku ini udah berumur 7 taun aja. Waktu memang semakin cepat berjalan. Dua ribu tiga ratus empat puluh lima hari sudah dilewati Zahra terhitung dari hari kehadirannya di dunia ini, dan dua ribu tiga ratus empat puluh lima hari juga Zahra melewati ulang tahun nya tiap tahun tanpa kehadiran papanya, dimana awalnya Zahra maseh mengharapkan kehadiran papanya dan pasti dia akan menanyakan ketidakhadiran papanya. Seiring tahun berjalan, Zahra telah menjadi terbiasa tanpa adanya kehadiran papanya dengan tidak pernah terdengar lagi keluar dari mulut kecilnya pertanyaan2 rutin seperti 'apakah papa kali ini akan datang?' dan 'mengapa papa tidak pernah datang?' yang dulu selalu dia tanyakan di hari ulang tahunnya.
Khusus bagiku, seribu delapan ratus dua puluh lima banyaknya jumlah hari aku membesarkan Zahra seorang diri semenjak aku memutuskan untuk mengambil peran sebagai orangtua tunggal bagi ke-dua anakku.

Alhamdulillah, tidak ada kesulitan berarti dalam mengasuh dan mendidik Zahra. Sepertinya Zahra sangat memahami kondisi maminya. Mungkinkah karena Zahra menikmati ASI ku sampai hampir berumur 3.5 tahun sehingga ikatan yang terbentuk antara aku dan Zahra menjadi terlalu kuat? Mungkin saja, tapi yang jelas Zahra selalu menjadi 'Garda Terdepanku' dalam menghadapi siapapun dan apapun yang mencoba untuk mengganggu dan menyakitiku. Papanya dan mantan pacarku sudah pernah merasakan 'kejutekan' Zahra dan menjadikan mereka tercatat sbg salah satu korban Zahra he....he....

Tidak hanya menjadi 'Garda Depan', Zahra juga sangat kooperatif dalam makanan alias Zahra tidak terlalu milih makanan dan sangat gemar makan he...he...;tidak pernah takut ke dokter malah Zahra paling gemar ke dokter gigi; Zahra mempunyai kemampuan bersosialisasi yang baik dimana Zahra sangat suka sekali berteman, juga bertemu dan berkenalan dengan orang baru tidak peduli tua atau muda, kaya dan miskin, anak2 atau dewasa, laki-laki maupun perempuan. Aku juga sangat kagum sekali melihat sikapnya yang oke-oke aja makan nasi dengan lauk kerupuk dan kecap, duduk di lantai semen yang banyak semutnya, dan berpeluh karena kepanasan ketika kami mengunjungi salah satu kerabat saat lebaran tahun lalu. Zahra malah terlihat sangat menikmati bermain dengan anak-anak kecil di lingkungan rumah kerabatku itu. Harus diakui, beda sekali dengan abangnya, Dali, yang terlihat tidak begitu menikmati kunjungan kami tapi Dali ga berani bilang buat minta cepat pulang...takut ma omelan aku he...he...

Adapun satu hal yang paling membuat aku bangga adalah ketika Zahra lulus test ujian masuk SD padahal usianya baru hampir menginjak 5 tahun saat itu. Selesai menamatkan playgroupnya, Kepala Sekolah menyarankan kepadaku agar Zahra langsung duduk di TK B krn dia sudah bisa membaca, menulis dan berhitung sederhana di usia 3 tahun. Aku menanyakan apakah tidak terlalu cepat dan bagaimana dampaknya terhadap Zahra? Kepala Sekolahnya menilai Zahra sangat dapat mengikuti pelajaran di TK B dan malah dikhawatirkan dia akan bosan di TK A, krn ternyata Zahra pernah dan seringkali protes ma guru playgroupnya. Protes Zahra,"kok sekolah cuman nyanyi, makan, gambar, main aja ...kapan membaca dan berhitungnya, bosen!". Dari perilaku, Zahra tidak nakal malah lebih bersifat mengemong temen2 sekelasnya. Hal itu aku tidak heran krn Zahra memang suka sekali berteman dan cenderung menjadi pihak yg mengalah. Secara fisik, postur tubuh Zahra yang montok membuat dirinya terlihat sama besar dengan anak2 di kelas TK B. Karena pertimbangan itulah, Kepala Sekolah memutuskan Zahra untuk langsung duduk di TK B. Aku pun ikut saja dgn keputusan pihak sekolah karena aku pikir pihak Sekolah tahu yang terbaik buat pendidikan anakku.

Baru 20 minggu duduk di TK B, Zahra diprotes oleh para ibu teman playgroup Zahra. Para ibu itu memprotes kebijakan Kepala Sekolah. Walopun Kepala Sekolah telah menerangkan kebijakannya, para ibu itu tidak mau tau. Mereka mengancam akan mengeluarkan anak2 mereka apabila Zahra tidak dikembalikan ke kelas TK A. Akhirnya, Kepala Sekolah merevisi keputusannya dengan mengembalikan Zahra ke kelas TK A. Aku sangat mengkhawatirkan kondisi psikologis Zahra. Aku sangat mengkhawatirkan perasaan Zahra yang harus turun kelas apalagi setelah Zahra terlihat menikmati dan dapat mengikuti kelas barunya di TK B. Menurutku pihak sekolah sangat tidak bijaksana dengan langsung mengkomunikasikan hal ini ke Zahra, tanpa pemberitahuan ataupun berunding terlebih dahulu denganku sbg orangtua. Guru di TK B langsung memberitahukan Zahra mulai besok untuk pindah kelas ke TK A. Dan Zahra pun memberitahukan hal ini kepadaku selepas aku tiba di rumah setelah seharian bekerja dengan mimik wajah yang terlihat bingung.

Sebagai seorang ibu, aku tentu tidak menerima begitu saja perlakuan pihak sekolah terhadap Zahra. Bukan aku kecewa karena Zahra tidak lagi duduk di TK B, tapi aku kecewa dengan sikap sekolah yang aku nilai plin plan juga tidak bijaksana krn tidak mempertimbangkan dampak psikologis yang mungkin dapat dialami Zahra. Besok paginya, sebelum berangkat kerja, aku menyempatkan diri untuk menyampaikan keluhanku ini ke pihak sekolah. Tapi hanya kekecewaan lebih dalam yang ku dapat. Pihak sekolah tidak menerima keberatanku dengan penjelasan yang aku nilai karena takut kehilangan sejumlah muridnya di TK A. Hidup ini memang kadang tidak adil. Aku sudah berniat untuk memindahkan Zahra ke sekolah lain demi kebaikan Zahra. Hebatnya, Zahra yang tidak mau pindah. Dia bilang ,"kasihan Mami nanti mesti bayar lagi. Zahra gpp kok Mami, malah seneng bs sekelas lagi dengan teman2 playgroup Zahra.

Satu tahun berlalu, yang ditakutkan Kepala Sekolah terjadi juga. Ketika mo daftar ulang untuk TK B, Zahra ngambek ga mau di TK lagi. Bosen katanya. Aku bilang ke Zahra, ga ada SD yang mo nerima murid dari TK A. Zahra berkelit,"Ya udah gpp Mami, Zahra di rumah aja deh. Belajar ma mami aja."
Akhirnya aku pun pontang panting mencari SD yang mau menerima murid dgn kriteria spt Zahra. Dari beberapa SD pilihan di sekitar kediaman yang aku datangi, jangankan menerima, untuk mengikuti test masuknya saja Zahra tidak diperkenankan.

Allah memang adil dan kadang pertolongan dari-Nya seringkali tidak diduga terlebih di saat aku sudah putus asa. Tinggal satu lagi sekolah yg belum ak datangi. Tanpa banyak lagi berharap, aku pun langsung mendatangi ruang Kepala Sekolah. Dan seperti yang telah aku duga, pihak sekolah menolak Zahra. Selagi menungguku, Zahra yang ikut bersamaku iseng membaca tulisan yang terpampang di dinding ruangan dengan suara yang lumayan keras. Ternyata bacaannya mengundang perhatian sang Kepala Sekolah. Beliaupun menghampiri Zahra dan meminta anakku membaca beberapa tulisan lainnya. Entah hendak membanggakan dirinya atau tidak, Zahra memberitahukan sang Kepala Sekolah kalau dia pun bisa menulis dan berhitung tambah-tambahan dan kurang-kurangan sampai sepuluh. Sang Kepala Sekolah pun menguji kemampuan Zahra dan Alhamdulillah Zahra bisa menjawabnya dengan benar. Ketika Beliau meminta Zahra menulis, Zahra terlihat enggan. Ternyata dia malu karena tulisannya jelek, "kata Mami, tulisan dedek mirip cakar ayam Bu Guru."
Waduh, Zahra kok pake membawa diriku segala seh, mami jadi malu kan. Setelah dibujuk, Zahra pun mau menulis beberapa kata yang didiktekan Kepala Sekolah. Setelah puas dengan Zahra, Beliau pun berpaling kepadaku menanyakan kembali umur Zahra dan menanyakan apakah Zahra sudah belajar Iqro. "Baru 5 tahun Bu dan Zahra saya beri les mengaji di rumah dan baru mau masuk Iqro dua. Zahra tolong baca huruf Arab di dinding itu," kataku pada Zahra kemudian. Zahra pun membaca beberapa huruf Arab, seperti biasa, dengan suara yang keras. Alhamdullillah, akhirnya sang Kepala Sekolah mengijinkan Zahra mengikuti tes masuk dengan syarat mengikuti tambahan tes wawancara dengan psikolog.
Hasilnya, nama Zahra terpampang dalam urutan calon siswa yang berhasil masuk, sekaligus sebagai siswa termuda di angkatannya.

Saat lain yang cukup membuat buncah hatiku karena bangga yaitu pada saat pembagian rapor dimana anakku itu meraih ranking satu pada semester ganjil pertamanya di sekolah dasar.Satu tahun yang lalu, aku lagi asyik dan juga serius mengikuti kegiatan "Office Team Building" di Cipayung, dikejutkan oleh getaran yang berasal dari handphoneku. Sebelum sempat mengucapkan 'Salam', sudah terdengar suara nyaring (khas) Zahra, dan aku langsung memotong kalimatnya dengan mengucapkan "Assalammualaikum Zahra."
Rupanya Zahra mengerti dan dia langsung bilang "Maaf Mami, Waalaikumsalam Mami."
"Nah gitu donk, itu baru anak Mami" ...."Ada apa nak?"
"Mami lupa ya, hari ini kan dedek bagi rapor."
"Mami ga lupa, Mami kan udah minta tolong Tante Lia buat ngewakilin Mami ambil rapor dedek soalnya Mami lagi ada rapat kantor, jadi ga bisa ambil rapor dedek, gimana hasilnya nak?"
"Bang Dali rapornya ga bisa diwakilin ma Tante Lia, jadi mesti Mami sendiri yang ngambilnya!" tiba2 gantian terdengar suara Dali.
"Ok Dali, nanti Mami ambil ya nak kalo rapat Mami udah selesai."
"Nah terus rapor dek Zahra gimana?"
"Dek Zahra dipanggil Mami tuh,"teriak Dali memanggil adeknya.
"Ya Mami...Zahra ranking satu, dapet hadiah pensil dan penggaris dari ibu guru, terus katanya ibu guru pengen ketemu Mami"
"Alhamdulillah, bagus sekali nak tapi kenapa ibu guru pengen ketemu Mami?"
"Iya katanya ibu guru mau kenalan ma Mami sekalian mau nanya juga bagaimana cara Mami ngajarin Zahra, kan ibu guru tau kalo Mami juga kerja untuk bayarin uang sekolah Zahra. Soalnya kata ibu guru nilai Zahra kan paling tinggi di semua kelas satu (nilai rata2 Zahra 95-red), terus kata ibu guru juga, Zahra juara satu yang paling muda diantara kelas lainnya Mami."
Aduh terasa sekali kebanggaan membuncah di hatiku....
"Oh ya Mami, Zahra nelepon Mami juga mau ngucapin Zahra sayang Mami karena Mami udah hamil, melahirkan,menyusui, membesarkan dan sibuk kerja supaya Zahra bisa sekolah," sambungnya sebelum menutup telepon.

Aku termasuk orang yang tidak mudah menangis, bahkan perceraian juga tidak bisa membuat aku menangis, tapi kata-kata anakku tadi dapat membuat air mata (bahagia) keluar mengalir membasahi pipiku.
Selamat ulang tahun yang ke-7 Zahra., muachh! Kalian berdua adalah harta yang sebenar2nya buat Mami. Love u both the most...