.JPG)
Setaun yang lalu, sewaktu maseh bekerja pada suatu perusahaan konsultan di Singapura, se-bisa mungkin aku sempatkan untuk mudik melihat anak-anak ke Jakarta. Seperti biasa, Dali dan Zahra selalu menyambutku dengan riang gembira ditandai dengan nyaring dan gaduhnya suara celotehan teriakan mereka di depan pintu kedatangan bandara. Gembira melihat kedatangan mami yang (katanya seh) selalu di-rindukan oleh mereka berdua ...tapi...sekaligus kangen juga dengan berbagai macam 'oleh-oleh' yang aku bawakan untuk Dali dan Zahra he..he..-btw Nak, lebih kangen ma 'oleh-olehnya' apa sama Mami?- :)
Telah menjadi kebiasaanku untuk selalu membawakan anak-anak 'oleh-oleh' setiap kali bepergian ke luar kota maupun ke luar negeri, bahkan walaupun itu hanya sekedar mampir ke mall sehabis pulang kerja. Kesannya sangat memanjakan anak2? Iya juga seh, tapi terus terang sebisa mungkin aku ingin membuat mereka bahagia dan tersenyum sebagai 'penebus' rasa bersalah dihati karena telah gagal memberikan masa kecil yang sempurna bagi kedua malaikat kecilku itu. Iya..iya tahu itu kebiasaan yang tidak baik, tapi toh 'oleh-oleh' yang aku bawakan seringnya berbentuk sesuatu yang berguna untuk mereka kok seperti buku-buku (they love books very much..apalagi yang pop up), baju, tas, sepatu dan cemilan seperti cokelat. Aku jarang banget membelikan mainan untuk mereka walaupun berupa laptop mainan yang buat aku tuh ga ada gunanya, cuman buang-buang uang saja. Dan kebetulan pula, karena aku tidak pernah memberikan uang jajan sekolah untuk Dali dan Zahra sehingga mereka belom mengerti 'value' seperti harga dan merek barang sehingga seringkali barang-barang yang mereka suka tidak terlalu mahal harganya. Misal, Dali menyukai barang-barang yang berukuran mini, entah itu buku maupun mainan, sehingga harganya akan relatif lebih murah.
Kebiasaan lain yang selalu anak-anak tunggu setiap aku datang ke Jakarta adalah 'Bobo sambil Cerita Bersama Mami PLUS Tepokan Sayang untuk Bokong Zahra'. Untuk itu, aku akan memberikan sedikit kelonggaran berupa ekstra satu jam tambahan untuk waktu tidur mereka yang biasanya harus udah tidur paling lambat jam 9 malam. Tidak seperti biasanya, Zahra, putri bungsuku yang 'endut nan montok' ini belom juga menunjukkan tanda-tanda mo tidur padahal 5 menit lagi jarum pendek dan panjang jam di dinding akan menempati posisi di angka 10 dan 12 sementara abang Dali sudah terlena ke negeri mimpi dari 15 menit yang lalu. Walaupun aku jarang bersama anak-anak, tapi itu tidak menghalangiku untuk mengenali gelagat khas yang dipunyai oleh Dali dan Zahra. Dan kali ini, aku ngerasa ada yang ingin disampaikan oleh Zahra kepadaku.
"Kok tumben neh dedek jam segini belom bobo? Belom ngantuk? Kurang enak tepokan-nya Mami ya?" tanyaku sambil tetap menepok-nepok bokong nan empuk kepunyaan si dedek Zahra he..he..
"Dedek boleh nanya sesuatu ga Mami?"
"Boleh, ada apa Nak?"
"Orang dewasa kayak Mami harus kerja ya?"
"Iya dong Zahra, memangnya kenapa?"
"Terus katanya Mbah, Mami kerja kan buat cari uang...jadi Mami dapat uang dari tempat kerja Mami ya?"
"Iya...emangnya Zahra mau nanya apa seh benernya?"
"Hm...gini Mami...Zahra...Zahra boleh tau ga uangnya Mami ada berapa dari tempat kerja Mami?"
"Maksudnya Zahra nanyain gaji Mami berapa?"
"Bukan gaji Mami, tapi uangnya Mami dari kantor Mami,"
"Iya itu namanya gaji Zahra....Hasil yang kita dapat dari bekerja yang bentuknya uang seperti yang Zahra bilang, itu namanya gaji,"
"Oh gitu Mami, jadi gajinya Mami berapa?"
"Loh ada apa neh, kok anak kecil tiba-tiba tumben nanyain gaji Mami...ayo ada apa neh?..Memang ada tugas sekolah disuruh nanyain gaji orangtuanya ya?"
"Enggak Mami, Zahra mau tau aja uangnya Mami berapa?"
"Hm...gini aja deh..Mami mau ngasih tau tapi kamu harus bantuin Mami ngitung ya...sekalian Mami pengen tau udah tambah pinter apa belom neh anak Mami ini:)"
"Siapa takut!! Bentar ya Mami, Zahra ambil pensil sama kertas dulu,"
Dan Zahra pun bergegas menuju lemari bukunya dan kembali dengan memegang selembar kertas di tangan kiri dan menggenggam pensil di tangan kanannya.
"Ok siap?? Mami kan setiap hari bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 17, nah sekarang Zahra itung berapa jam Mami bekerja satu harinya?"
"Bentar Mami, berarti 8 ditambah berapa supaya jadi 17 ya? Satu, dua, tiga....9 jam Mami,"
"Yup betul, pinter anak Mami....tapi karena Mami diberi waktu istirahat selama 1 jam berarti jam kerja Mami tinggal berapa dek untuk satu harinya?"
"9-1....8 jam Mami,"
"Wah anak Mami ini benar-benar pinter, Yup bener ...berarti 1 hari itu ada 8 jam"kataku sambil tersenyum bangga.
"Nah misalkan satu bulan itu ada 25 hari....jadi satu bulan itu ada berapa jam dek?"
"Yah Mami...itu kan berarti 8 nya harus ditambahin terus sampai 25 kali...banyak banget...susah Mami,"
"Ya terserah dedek...kalo mau tau gaji Mami...berarti kan harus bantuin Mami ngitung dunk...tadi kan udah janji sama Mami,"
"Iya deh...bentar Mami ya...dedek tambahin dulu...wah jari nya dedek cukup apa enggak ya?Wah jari dedek ga cukup..Hm...pake penjumlahan dua-dua ke bawah aja ya Mami?"
"Boleh...,"kataku sambil tersenyum :)
Setelah menunggu sekitar 5 menit, Zahra pun memberikan hasil perhitungannya kepadaku,
"Mami..satu bulan ada 200 jam ya?"
"Yakin dek? Coba itung lagi...kalau salah Mami ga mau ngasih tau gaji Mami loh,"
"Yakin deh Mami....males ah ngitung lagi..capek deh,"
"Oke....jawabannya ya bener 200 jam he..he..emang pinter banget neh anak Mami,"
"Jadi gaji Mami 200?"
"Yee..itu belom selesai...Zahra udah diajarin perkalian belom di sekolah?"
"Ya belom lah Mami....Zahra kan maseh TK,"
"Loh tapi Zahra kan ikutan les matematik sama Bang Dali,"
"Iya tapi Bang Dali aja yang kelas 1 SD belom diajarin baru diajarin penjumlahan dan pengurangan..Mami sadar ga seh kalo anaknya maseh TK,"wah..wah..juteknya Zahra keluar deh...
"Ih kok galak banget,"protesku...
"Abisnya Mami seh ...lagian dari tadi juga dedek yang ngitung mulu..giliran Mami kapan?"
Wekksss...anak kecil sekarang emang pinter2 ya...Hm..
"Iya deh sekarang giliran Mami yang ngitung...kita terusin ya ngitungnya,"bujukku.
"Tapi sekalian Mami ajarin cara ngitungnya ya...Sini Mami pinjam kertas ma pensilnya dulu..Misalkan 1 jam nya Mami dapet uang Rp 1,000 berarti kalo 200 jam Mami dapet....,"terangku sambil corat-coret di kertas-nya Zahra.
"200 nolnya ada berapa dek?,"
"Ada 2 Mami,"
"Ok, nah terus 1000 nolnya ada berapa?"
"Hm..Dedek taunya cuman 100 Mami...Kalo seratus nolnya ada dua..seribu dedek ga tau,"
"Hm..tadi kan 100 nol nya ada dua...nah kalo seribu tulisan angkanya begini neh 1000..nah coba dedek itung nol nya ada berapa?"
"Ada 3 Mami,"
"Betul...nah sekarang tadi 200 nol nya kan ada 2...terus 1000 nolnya ada 3...jadi berapa angka nol yang dedek punya sekarang?"
"Bentar Mami...2 ditambah 3...nolnya ada 5 Mami,"
"Pinter....nah sekarang Mami tulis angka nol nya yang banyaknya 5 itu ya....nah udah sekarang berarti tinggal angka berapa yang belom Mami tulis?"
"Tinggal angka 2 dan 1 Mami,"
"Yang bener, nah angka 2 dan 1 ini kita 'kali-kan' dek..caranya angka 2 nya cuman ada 1..nah berapa angka yang dipunyai ma dedek sekarang?"
"Ada dua satu Mami..,"
"Wah salah Zahra ...hmm..gimana ya cara neranginnya..tulungin dunk...aduh....alvi emang ga pinter neh nerangin pelajaran..hmm...."
"Gini deh...1 ditambah berapa supaya jadi dua?"
"1 ditambah 1 Mami,"
"Nah sekarang Mami tulis...1 + 1....angka 1 nya itung ada berapa?"
"Ada dua Mami,"
"Bener..berarti jawabannya dua," (aduh bener ga ya cara gw ngajarinnya ....habis bingung....)
"Dan 2 Mami tulis disini ya dan dibelakangnya Mami tambahin angka nol yang ada 5 tadi...Nah kumpulan angka ini disebut dengan Rp 200,000,"
"Jadi gaji Mami berapa ?" tanya Zahra
"Ya...yang 200 ribu rupiah tadi," (kayaknya gw ma Zahra sama2 bingung ga jelas gini he.,.he..)
"Oh...kalo gitu...Zahra boleh pinjem uang gaji Mami itu 200 ribu ga? Nanti Mami kalau Zahra ulang tahun ga usah beliin Zahra hadiah....Jadi hadiahnya Zahra bisa buat gantiin uang Mami yang Zahra pinjam?" tanya Zahra.
"Hm...buat apa uang-nya Nak?"
"Setiap Zahra nangis kangen Mami, Eyang selalu bilang kalo Zahra ga boleh cengeng karena Mami kerja jauh-jauh kan cari uang buat uang sekolah dedek dan abang Dali. Jadi Zahra dan Bang Dali pengen ngasih Mami uang, jadi Mami ga perlu kerja di Singapura lagi...Mami bisa tinggal di Jakarta lagi deh dan tetep dapat uang kan, terus Zahra dan Bang Dali bisa sama Mami terus deh...Masak udah ga ada Papa, masih ga ada Mami lagi?..Zahra dan Bang Dali kan pengen Mami dateng ke sekolah kalau bagi raport kayak temen-temen dedek...Guru Zahra dan Bang Dali aja pengen kenalan sama Mami,"..
"Tapi nanti kalo Mami ga kerja di Singapura lagi..Mami ga bisa beliin Zahra dan Dali 'oleh-oleh', ga bisa nyekolahin Dali dan Zahra yang bagus..dan ga bisa ngajak Dali dan Zahra jalan-jalan lagi,"
"Ga apa-apa Mami...asal Mami ga pergi-pergi lagi dan ga pulang malam-malam lagi..jadi bang Dali bisa diajarin Mami dan dedek ditepok-tepokin ma Mami terus deh kalo mau tidur,"jawab Zahra
Saat itu, selanjutnya yang aku ingat diriku hanya terdiam ...dan untuk kesekian kalinya...aku kembali kehilangan kata-kata lagi di depan anak2ku...Dan kemudian aku hanya bisa memeluk dan mencium Zahra dan kembali menyuruhnya tidur sambil berjanji akan memberikan jawaban atas permintaannya besok hari. Syukurlah, Zahra ga protes dan tak lama dia pun telah tertidur. Sambil melihat wajah anak2ku yang tertidur dan pikiran yang tetap berkisar di seputar kata-kata cerita Zahra tadi, tak terasa aku pun kembali menangis...kembali cengeng lagi....Karena aku baru menyadari kebodohanku selama ini yang menyangka tujuan hidup aku bekerja keras untuk mencari uang sebanyak-banyaknya untuk kebutuhan anak2 dan memenuhi sebisa mungkin permintaan mereka tidak cukup untuk membeli kebahagiaan anak2 yang sangat aku cintai. Kebahagiaan sebenarnya yang anak2 butuhkan bukan harta benda...bukan yang bersifat fasilitas...tapi KASIH SAYANG, CINTA KASIH, PERHATIAN yang tulus dan KEHADIRAN FISIK dari ORANG TUA.
Dan pada malam itu pun aku sudah tau jawaban yang akan aku berikan untuk Zahra besok harinya...aku akan meninggalkan pekerjaanku di Singapura dan kembali bersama anak2 di Jakarta walaupun untuk itu Kami harus hidup dengan jauh lebih sederhana.
