Narsis, selalu ber-konotasi negatif-kah?
Kebiasaan gw yang (terlalu) sering banget posting gonta-ganti poto di facebook ataupun di YM menyebabkan gw mendapatkan julukan atau predikat baru dari teman-teman, yaitu Vie si Narsis he..he...Sebelum gw berkomentar lebih lanjut menanggapi predikat Vie si Narsis ini, ada baiknya kalo kita telaah dulu apa seh definisi dari kata Narsis itu sendiri? Jangan-jangan selama ini kita mis-leading alias salah kaprah mengenai arti narsis, yang kalo ternyata pada salah kaprah berarti anggapan lo-lo semua akan salah kaprah juga, yang pada akhirnya menyebabkan predikat yang gw sandang sebagai Vie si Narsis itu juga salah kaprah bangettttt....
So ayo kita buka kamus dan liat bareng-bareng definisi dari kata Narsis.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, "Narsisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narcissus, yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam.
Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir[1], bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain[2]. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis."
Sedangkan defenisi narsisme di Merriam-Webster Medical Dictionary:
Nar·cis·sism Pronunciation: \ˈnär-sə-ˌsiz-əm\ Function: noun
1 : love of or sexual desire for one's own body 2 : the state or stage of development in psychoanalytic theory in which there is considerable erotic interest in one's own body and ego and which in abnormal forms persists through fixation or reappears through regression.
Atau seperti defenisi menurut Healthy Place-Americas Mental Health Channel:
A pattern of traits and behaviors which signify infatuation and obsession with one's self to the exclusion of all others and the egotistic and ruthless pursuit of one's gratification, dominance and ambition.
Kalau ditilik definisi Narsis dari ke-3 sumber yang layak dipercaya seperti yang dituliskan diatas, gw dengan seyakin-yakinnya mengatakan bahwa gw bukanlah seorang narsis dengan kecenderungan penyimpangan jiwa.
Ke-3 sumber diatas melihat dan mendefinisikan narsis sebagai salah satu bentuk dari penyimpangan kepribadian seseorang yang di kamus pengetahuan mengenai kejiwaan disebut juga dengan Narcissistic personality disorder.
Narcissistic personality disorder is a condition characterized by an inflated sense of self-importance, need for admiration, extreme self-involvement, and lack of empathy for others. Individuals with this disorder are usually arrogantly self-assured and confident. They expect to be noticed as superior.
Yang mengakibatkan para penderita penyimpangan kepribadian tersebut mungkin memiliki ciri-ciri negatif seperti anti sosial, pembohong patologis, egois, obsesif, keras kepala, tidak peka/tidak sensitif, merasa paling segalanya, self centrists alias sangat memuja dan mencintai tubuh/bentuk badannya sendiri.
Temans, terus terang tidak pernah tertarik di benak gw untuk 'menyetubuhi' diri sendiri. Karena sebagai seorang narsis yang sangat mencintai diri-nya sendiri, maka di mata orang itu tidak ada satupun makhluh hidup yang menarik minatnya. Sedangkan gw maseh membutuhkan pasangan pendamping dalam mengarungi arus kehidupan ini kok.
Dan gw juga tidak pernah consider myself cantik se-cantik ratu sejagat.
Juga, gw dikenal sebagai orang yang tidak pelit, paling tidak suka bersitegang dengan orang lain dan cukup mengalah loh.
Kalaupun ada beberapa ciri-ciri negatif narsisme pada diri gw seperti tidak peka atau tidak sensitif, itu lebih dimaksud ke arah gw tidak mau peduli dan ikut campur urusan pribadi orang lain, kecuali orang itu sendiri yang bilang ma gw, karena juga tidak mau orang lain mengutak-atik urusan/kehidupan pribadi gw.
Gw tidak pelit untuk memuji kelebihan orang lain dan alhamdulillah termasuk orang yang tidak gengsi untuk minta maaf duluan jika menyadari telah melakukan kesalahan. dan tidak pernah lupa untuk bersyukur dan selalu berusaha untuk bisa tetap ikhlas dimanapun dan sampai kapanpun.
Jadi, udah jelas kan alasannya gw mendeklarasikan diri gw sendiri sebagai a person with non-Narcissistic personality disorder.
Tapi narsis yang artinya mencintai diri yang berlebihan, setidaknya itu lebih baik dari mencintai orang lain dengan berlebihan, dimana mencintai diri sendiri yang berlebihan tidak akan membuat ingin bunuh diri, minimal tidak merasakan penderitaan tak berujung, seperti halnya yang dapat terjadi apabila mencintai orang lain dengan berlebihan tetapi kasih tak sampai he..he...
Nah, kalo gw seh consider diri gw seperti yang dikatakan Andrew Morrison bahwa sesungguhnya setiap manusia mempunyai sifat narsis dalam dirinya semenjak lahir, dan kadar ini akan berkembang berbeda-beda antar tiap manusia sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri yang tentunya juga dipengaruhi oleh berbagai macam unsur kehidupan.
Sifat narsis dalam takaran yang cukup, masih ditambahkan oleh Andrew, akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara dirinya sendiri dan hubungannya dengan orang lain maupun dengan hal-hal lain disekitarnya.
Seseorang dengan kadar narsis yang wajar akan mampu untuk (lebih) menghargai dirinya sendiri dengan selalu berpikir positif dan menggali semua kelebihan-kelebihan yang dipunyai yang tentunya untuk tujuan yang baik, tidak hanya untuk diri sendiri tapi lebih utama untuk kepentingan orang banyak.
Seperti halnya apabila ingin diterima dan dicintai oleh masyarakat dunia dengan tulus, maka gw harus mampu membuat diri gw itu layak untuk diterima dan dicintai dengan tulus. Yang tentunya untuk membuat kriteria pribadi seperti yang diinginkan ini, gw harus mengenal terlebih dahulu diri kita dengan segala kelebihan dan kekurangannya dengan cara ya melakukan pengkoreksian diri dunk (self correction), sadar diri itu kalimat singkatnya.
Setelah mengenal diri sendiri, seperti kalimat pepatah "Tak Kenal maka Tak Sayang", maka rasa sayang gw terhadap diri sendiri akan bertambah yang pada akhirnya gw akan lebih dapat menghargai diri gw sendiri. Perubahan dalam cara pandang internal ini juga akan mempengaruhi cara pandang eksternal, dimana gw akan melihat orang dengan cara yang lebih positif. And the world will treat me back the same.
So, nothing's wrong to be narcissist sometimes, as long as in and for a good way/purpose:)