Wanita Sebagai Pelaku Utama Perselingkuhan
Semua orang tau kalo salah besar seorang wanita selingkuh dengan seorang laki-laki yang sudah ada pemiliknya. Tetapi tidak banyak dari masyarakat, mungkin termasuk diri kita sendiri di dalamnya tidak mau walaupun untuk hanya sekedar mendengar apalagi memahami jalan pikiran dan perasaan teman-teman perempuan kita yang mendapat cap "Peselingkuh" ini.
Mungkin kita sudah punya bayangan seperti apa diri seorang perempuan peselingkuh ini. Pada umumnya kita pasti membayangkan seorang wanita sexy, cantik, menarik tetapi bodoh seperti yang banyak digambarkan oleh media. Tapi, pada kenyataannya penampilan para wanita peselingkuh ini tidak berbeda dari tampilan diri wanita kebanyakan. Begitupun profesi mereka sehari-hari, ada yang berprofesi sebagai pekerja kantoran, mahasiswi, aktivis LSM, ataupun ibu rumah tangga biasa.
Kebetulan gw mempunyai beberapa teman yang mempunyai selingkuhan dan dari obrolan santai dengan mereka, mungkin gw bisa sedikit menceritakan tentang perasaan dan pikiran mereka. Dan bukan suatu rekayasa alias kebetulan kalau semua teman gw ini termasuk dalam kategori cantik, menarik, modis, mapan dan mempunyai pekerjaan yang mantab.
Misal sebut saja:
A (30 tahun), menikah dan mempunyai satu anak balita, berprofesi sebagai seorang account manager, yang telah empat tahun menjalin hubungan dengan seorang pengusaha non pribumi yang juga telah berkeluarga.
B (26 tahun), single, berprofesi sebagai seorang aktivis LSM, yang telah 2 tahun ini menjadi kekasih gelap seorang manajer suatu perusahaan multinasional yang juga telah menikah.
c (23 tahun), menikah tapi belom mempunyai anak, masih berstatus mahasiswi tahun pertama suatu program pasca sarjana di Jakarta, yang walaupun telah menikah tetapi masih setia dengan pacar masa kecilnya yang dikenalnya semenjak bangku SMA. Pacarnya ini telah bertunangan dan akan segera menikah.
Teman-teman gw ini semuanya mengatakan bahwa affair mereka dengan mudah terjadi begitu saja tanpa direncanakan alias tidak disengaja. Mereka menolak dengan keras untuk disamakan dengan sebagian dari kaum perempuan yang sengaja berkarir di dunia perselingkuhan. Lebih lanjut mereka mengatakan, affair bagi mereka adalah suatu hubungan temporer tanpa adanya tekanan, komitmen, tanggungjawab, bahkan cinta. Pria selingkuhan mereka, dianggap hanya sekedar partner atau teman yang asyik untuk diajak "bermain2" dimana para lelaki ini pada umumnya bersifat "kebalikan" dari para suami ataupun pacar tetap para wanita ini.
Perselingkuhan juga seringkali dikaitkan dengan seks, walopun tentu ada beberapa kasus perselingkuhan yang sama sekali tidak melibatkan seks didalamnya. Akan tetapi, teman-teman wanita gw ini mengatakan bahwa mereka tidak keberatan untuk melakukan seks dengan selingkuhannya. Boleh jadi ini adalah suatu cerminan perubahan, entah maju atau mundur, suatu sikap perempuan dalam memandang diri mereka dan dunianya dengan begitu bebas. Seperti yang dikatakan oleh teman-temanku ini:
A,"Saya menyukai hubungan dengan pacarku yang berstatus sama denganku karena tidak akan pernah ada yang namanya kekecewaan ataupun sakit hati dalam hubungan kami. Karena kami sudah saling paham bahwa tidak ada tuntutan ataupun harapan apa-apa dalam hubungan ini. Yang ada hanyalah keinginan untuk membagi apapun yang tidak bisa kami lakukan dan dapatkan dari pasangan resmi kami. Tentunya juga kami berniat untuk saling mengisi ruang kosong di diri dan hati kami yang pasangan resmi kami tidak dapat mengisinya."
B,"Aku sangat bahagia bila mendengar pacarku yang berstatus suami dari seorang istri, memanggil namaku apalagi ketika dia mencapai orgasme. Aku berpikir tentu aku bisa memberikan apa yang dia cari dengan jauh lebih baik daripada yang diberikan istrinya, karena dia tidak akan kembali lagi kedalam pelukanku apabila aku tidak lebih baik daripada yang sehari-harinya biasa dia dapat di rumah."
C,"Aku sangat menyukai perasaan menantang setiap kali kita bertemu di tempat-tempat rahasia, ketika dia kerumahku ataupun aku ke kantornya ketika situasi dan kondisi memungkinkan. Dengannya, aku merasakan kepuasan hubungan duniawi yang begitu indahnya dan membahagiakanku yang tidak dapat diberikan oleh suamiku."
Hmm...mendengar cerita para wanita ini, menurut gw sebenarnya para wanita ini sedang melakukan penyangkalan yang sangat besar. Mereka menyangkal untuk dibilang mempunyai rasa kesepian dan kerinduan yang timbul dari kekecewaan yang mungkin mereka alami dari hubungan dengan pasangan resmi mereka, sehingga mereka mencari hubungan dengan orang lain yang mereka anggap mempunyai figur ideal seperti yang diinginkan oleh para wanita ini. Mereka juga menyangkal adanya kemungkinan tumbuhnya suatu kebutuhan dan perasaan untuk memiliki pasangan gelapnya itu seutuhnya dan tidak berbagi dengan wanita lain. Tidak ada sebenarnya satu orangpun baik itu wanita maupun pria yang bisa sepenuhnya (100%) mengendalikan suatu hubungan. Dan gw tidak percaya adanya seseorang yang melakukan perselingkuhan tanpa adanya suatu latar belakang yang mendasari kecuali hanya niat ingin mencoba. Tentu ada yang mereka cari dan ingin didapat dari hubungan perselingkuhan itu, yang tidak mereka dapat dari hubungan resmi mereka sehari-hari.
Apabila kita percaya prinsip hukum karma, dengan terlibat dalam suatu hubungan perselingkuhan dengan orang yang bukan pasangan resmi kita, entah itu wanita ataupun pria, kita berpotensi untuk menimbulkan energi pengkhianatan dan dusta yang pada akhirnya akan kembali ke sumbernya. Itu berarti suatu hari nanti, giliran kita yang akan menjadi obyek untuk dikhianati dan didustai, yang tentunya akan menyebabkan kita mengalami sakit hati dan kekecewaan. Memang, tidak penting apakah kaum wanita ataupun pria yang dituding sebagai biang utama dari suatu hubungan perselingkuhan karena dampak yang ditimbulkan bagi pasangan peselingkuh itu sendiri maupun bagi orang lain akan sama saja, tidak signifikan berbeda. Sama-sama menimbulkan rasa curiga, kekecewaan dan sakit hati yang traumatis dan berkepanjangan. Maka daripada itu, menurut gw, dalam dunia perselingkuhan tidak ada pembedaan untuk predikat biang utama/penyebab dan obyek/penderita, karena dalam hal perselingkuhan ini semua pihak yang terlibat mempunyai status dan kontribusi peran yang sama yaitu berpredikat sebagai pelaku atau penikmat.