Memilih Pasangan (Bukan Caleg ataupun Capres/Cawapres lohhh) Ala-nya Vie :)


Pada suatu kesempatan, seorang teman mengeluhkan kalimat pertanyaan seperti ini kepada diriku, "Vie, salahkah kalo aq cinta mati dan tidak mau kehilangan seseorang yang baru aq kenal 2 bulan lamanya dan yang telah memiliki pacar?"
Jawab-nya Vie,"Kalau begitu ga penting lagi untuk dibahas apakah kamu salah atau benar, just cut it off please!"

Why do I sound very firm to my friend?

Meskipun kata orang "cinta itu buta", kalo menurut gw seh enggak...yang ada seh "cinta itu (sengaja dibuat) buta"!
Kita, as valuable woman, tolong jangan pake 'misleading feeling' tapi gunakan berkah kesempurnaan yang telah diberikan Tuhan.
Kita diberi akal pikiran juga dua macam indera penglihatan, mata untuk melihat nyata dan mata hati yang dapat digunakan untuk melihat lebih dalam apa yang kurang dapat dilihat oleh sepasang mata kita ini, yang diberikan oleh Tuhan agar manusia dapat mempertimbangkan mana yang baik dan tidak, mana yang merugikan dan tidak merugikan pihak lain. Semua ini lah bentuk kesempurnaan yang diberikan oleh Tuhan hanya kepada kita, manusia sebagai khalifah dari semua umat Tuhan lainnya di muka bumi ini.

Satu lagi, gw ga percaya kita bisa ngerasa cinta mati hanya dalam waktu 2 bulan saja. Bagi gw, untuk suka atau simpati bahkan sayang ma orang, mungkin bisa butuh waktu sebentar. Tapi untuk cinta mati???,weittsssss..., itu butuh waktu yang tidak sebentar karena gw percaya rasa cinta mati itu hanya bisa tumbuh melalui proses dan setelah melampaui sekian banyaknya cobaan.

Still as a valuable woman, gw sangat menghimbau para kaum perempuan, "PLEASE DO NOT WASTING OUR VALUABLE TIME" untuk sesuatu maupun pria yang tidak cukup berharga, yang hanya merugikan diri kita. Memang ga semua co itu jahat tapi ga ada salahnya kita sebagai perempuan yang lebih didominasi oleh perasaan dan sensitivitas yang sering mengharu-biru untuk berhati-hati menjaga diri dan hati dari mulut manis kaum pria apalagi yang telah mempunyai wanita pendamping, baik yang telah menikah maupun statusnya baru pacaran, dimana wanita itu pastinya lebih berhak atas cinta sang pria.

Cara yang utama, tentunya, kita harus selalu mengingat untuk mencintai dan menghargai diri kita sendiri karena diri kita memang sangat berharga! Untuk itu, kendalikan-lah diri kita untuk jangan sampai melangkah keluar dari pagar yang menjaga harga diri kita sebagai perempuan yang bermartabat tinggi ke jalur yang dapat merendahkan dan menurunkan harkat martabat kita sebagai perempuan.

Berdasarkan pengalaman masa lampau, memilih pasangan hidup memang harus hati-hati. Bibit, bebet, dan bobot bukan hanya sekedar nasehat tidak penting ataupun basa basi dari orang tua belaka. Itu benar-benar sesuatu nasihat yang harus dipertimbangkan dengan bijak. Beberapa pemikiran gw mungkin bisa membantu sesama perempuan dalam mempertimbangkan apakah sang calon layak diperjuangkan untuk menjadi kandidat pasangan hidup :)

1. Bagaimana reputasinya?
Seringkali kita bermimpi "untuk mengubah seorang yang liar menjadi orang yang baik hati", namun mimpi itu tidak selalu menjadi kenyataan. Karena itu jika reputasi orang yang kita sukai itu sangat buruk di luar sana, kita sebaiknya berhati-hati dan berpikir dua kali atau mungkin tiga kali.

2.Kenali setiap percakapan dengannya.
Dalam setiap percakapan, yang penting untuk kita ketahui ialah apakah dia seorang "pecinta diri sendiri" atau bukan. Jika dia tipe yang selalu fokus pada dirinya ketimbang pada kita, ini tanda kurang baik, terutama jika kita ingin serius dengannya di kemudian hari.

3. Ketahui sejarah percintaannya.
Apakah gebetan kita ini terkenal sebagai si tukang gonta ganti pacar? Jika mantan pacarnya ada 12 padahal umurnya baru 23 tahun, kita benar-benar harus hati-hati, karena itu berarti dia bermasalah dengan satu kata yang berjudul 'komitmen'. Bisa-bisa kita hanya akan menjadi "pacar nomor 13" untuknya.

4. Apakah kita nyaman bersamanya?
Ada orang yang kita sukai tapi membuat kita sendiri tidak nyaman. Mungkin karena bahasanya yang kasar, cara berpakaiannya yang -jujur saja- membuat malu, atau tingkah lakunya yang kadang tidak sopan. Jika ya, lebih baik pikir-pikir dulu untuk menjadikan dia kekasih pujaan hati.

5. Bagaimana ia pada keluarganya.
Bagaimana dia memperlakukan keluarganya dan saudara-saudaranya adalah hal penting yang disimak. Peringatan besar muncul jika orang yang kita sukai suka memusuhi adiknya sendiri atau kasar pada orang tuanya, atau malah ber-tipe 'anak mama'.

6. Sadari pengaruh kehadirannya pada kerohanian kita.
Ini poin yang paling penting. Sebelum kita dan si dia memulai hubungan yang lebih serius, kita harus mulai bisa menilai dari berbagai sisi, apakah kehadiran orang istimewa kita itu memberi pengaruh baik bagi kerohanian kita atau tidak. Apakah kehadirannya membuat kita rajin berdoa atau malah jadi malas berdoa sama sekali? Apakah bersamanya membuat kita jadi jatuh dalam dosa atau tidak? Poin utamanya ialah, bersama dengan dirinya harus membuat hidup rohani kita naik dan bukan turun!! Jika bersama dengannya membuat rohani kita menjadi lemah, tinggalkan saja angan untuk bersamanya.

7. Bayangkan yang jauh kedepan.
Maksudnya, kita harus mulai punya bayangan sebuah pernikahan dengan dirinya. Jika membayangkan untuk menjadi istri/suami nya saja membuat kita merasa aneh, jangan lanjutkan. Bayangkan juga apakah dia bisa menjadi ayah/ibu yang baik bagi anak-anak kita nanti. Kalau sikap dan karakternya sangat meragukan untuk itu, berarti ini sebuah lampu merah untuk kita.

8. Orang lain harus dihargai.
Pendapat orang tua, pendapat sahabat, pendapat pimpinan, harus kita dengarkan. Biasanya mereka yang sudah "buta oleh cinta" tidak bisa melihat segala sesuatu dengan objektif. Karena itu pendapat orang penting dipertimbangkan. Jika semua orang terdekat berkata tidak, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan kembali keputusan kita.

Jika hampir semua dari 8 hal sederhana diatas mengarah ke sesuatu yang negatif tentang orang yang kita sukai tersebut, mengapa harus pusing lagi? Orang-orang sekeliling kita boleh menyebarkan entah permintaan atau desakan bahwa "kita harus punya suami/ pacar!!". Padahal tidak. Begitu banyak perceraian yang terjadi karena permintaan dan desakan ini. Mereka memaksakan diri berpacaran dengan orang yang salah hanya karena ingin punya pacar dan akhirnya menikahi orang salah itu. Dan penyesalan hanya datang kemudian, "andai aku lebih berhati-hati waktu pacaran dulu". Karena itu, tidak ada salahnya bagi kita untuk MENUNGGU sampai orang yang terbaik untuk kita dari Tuhan, tiba.