Jodoh di tangan Tuhan, bukan di mulut orang-orang
Dalam emailnya, seorang teman meminta saran saya mengenai hubungannya dengan sang kekasih. Sang teman mencurahkan kebingungannya mengenai harus atau tidakkah melanjutkan hubungannya dengan sang kekasih. Bukan karena sang teman tidak cinta lagi terhadap kekasihnya, sebaliknya, teman gw ini cinta banget ma sang cowok yang beruntung itu. Atau adakah pihak ketiga yang lagi menggoda? Hm...yup itu alasannya, tapi tidak seluruhnya tepat. Benar ada pihak ketiga, tapi bukanlah jenis sang penggoda melainkan termasuk jenis sang penentang. Iya, pihak ketiga dari hubungan yang sedang dijalankan dengan teman gw ini adalah orang-orang yang tidak menyukai sang kekasih, dengan banyak dan berbagai macam alasan dari yang klise seperti "dia tidak tepat untuk-mu" sampai ke alasan-alasan yang lebih khusus dan personal sifatnya.
Sedangkan secara pribadi, teman gw ini mengatakan bahwa dia tidak melihat sang kekasih (walopun menurutnya sudah dilihat secara obyektif sekali) seperti yang dikatakan orang-orang itu. Lalu apa dunk masalahnya?
Masalahnya adalah ada sedikit kekhawatiran dalam diri teman gw ini bahwa ternyata dia tidak melihat se-obyektif seperti yang dia sangka alias dia takut kalo ternyata perkataan orang-orang itu tadi benar adanya.....well, karena memikirkan ini lama kelamaan temen gw ini jadi pusing deh dan akhirnya memutuskan untuk meminta saran gw.
Hal yang pertama terlintas dalam pikiran ketika membaca email teman gw ini adalah salah satu prinsip hidup yang selama ini selalu berusaha gw terapkan, yaitu "Alvi hidup di masa sekarang, bukan di masa lalu maupun di masa depan".
Karena pada kenyataannya sehari-hari gw hidup ya dimasa sekarang ini, bukan di masa lalu ataupun di masa yang belom saatnya gw jalanin. Jadi kalo gw bukan hidup untuk masa lalu maupun masa depan, ngapain juga gw pikirin? capek deh....
Tapi ini kan bukan soal masa lalu maupun masa depan Vie? Ini kan tentang kata orang...tentang penilaian orang atas orang lain...
Iya... tapi tetep saja ada hubungannya. Orang lain menilai tingkah laku atau sikap orang lain sebagian besar berdasarkan pengalamannya dalam bersentuhan atau bersinggungan dengan orang lain yang sedang dinilai ini. Bahkan malah ada yang menilai berdasarkan 'kata orang' yang tentunya 'kata orang' ini kembali lagi dapat dibilang sebagai hasil dari bergaul, bersentuhan ataupun bersinggungan dengan orang yang sedang dinilai ini. Nah, pengalaman maupun 'kata orang' ini ketika disampaikan kepada teman gw ini tentunya sudah bisa dibilang termasuk 'past time' karena sudah pernah terjadi makanya bisa didapat suatu penilaian yang kemudian disampaikan untuk (mungkin) bertujuan dijadikan sebagai input (mudah-mudahan bukan berbentuk suatu provokasi ya he..he...udah bukan jamannya kaleeee).
Dan, akibat dari penilaian yang bersifat 'past time' ini lalu mendorong timbulnya suatu kekhawatiran akan sesuatu yang sifatnya 'belum mungkin atau belum pasti terjadi', yaitu ketika adanya kekhawatiran dari teman gw atas kemungkinan penilaian tersebut ternyata benar.
Kemungkinan alias sesuatu yang belum pasti terjadi. Masa depan juga mempunyai arti yang sama. Kadang-kadang kita mengartikan masa depan dalam jangka waktu yang lama, paling singkat satu tahun deh. Padahal, satu detik dari masa kita sekarang ini adalah masa depan dimana kita sebagai manusia biasa tidak dapat mengetahui apalagi mengendalikan hal-hal yang mungkin dapat terjadi kepada kita walaupun hanya dalam satu detik dari sekarang.
Penilaian pribadi teman gw itu yang mengatakan bahwa sang kekasih fine fine aja adalah masa sekarang.
Gw sampai pada asumsi bahwa ketenangan dan ke-stress-an pikiran sangat ditentukan oleh seberapa jauh kita dapat menjalankan hidup di masa sekarang ini, seberapa banyak kita sudah dapat membuang beban di masa lalu dan seberapa besar kita sudah dapat mengalihkan perhatian kita terhadap masa depan.
Tak dapat disangkal, kalo kita sebagai manusia yang bertanggungjawab tentunya sebagian besar hidup didominasi oleh rasa cemas, khawatir maupun pesimis yang kadang hal ini seringkali membuat kita secara sadar maupun tidak sadar tidak melihat harapan, kegembiraan, dan kebahagiaan yang sebenarnya ada di sekeliling kita.
Untuk itu cobalah selalu hidup dengan benar-benar menikmatinya. Memang tidak bisa sempurna 100% karena manusia tidak sempurna dan dunia ini beserta segala isi didalamnya juga tidak sempurna. Akan tetapi, cobalah untuk selalu menikmati kehidupan, menikmati siklus naik-turun-nya yang telah kita nikmati dalam setiap tahapan hidup kita. Gw tidak bisa mengatakan caranya karena selain gw tidak mau sok tau menggurui, akan tetapi lebih disebabkan oleh keyakinan gw bahwa cara yang tepat untuk melihat dan menikmati hidupnya adalah berbeda untuk tiap orang dan waktunya pun mungkin akan berbeda pula.
Terus vie apa lo yakin akan terus bisa tetap memandang hidup ini dengan indah dan bebas dari kekhawatiran?
Insya Allah, itu jawaban gw.Tidak ada yang abadi dalam dunia dan kehidupan ini. Akan tetapi, apabila kita benar2 berniat untuk memperbaiki hidup kita tentunya kita akan selalu mengoptimalkan mendidik diri sendiri dan selama Tuhan maseh memberikan kita waktu untuk hidup, maka selama itu pula lah kesempatan kita untuk tetap belajar memperbaiki diri sendiri untuk melihat kehidupan ini dari sisi yang menyenangkan.
Terus dari mana kalo lo tau udah dapat melihat kehidupan ini dengan menyenangkan vie?
Hm...bagi gw pribadi seh (gw tidak berkata atas nama orang banyak, karena sekali lagi ukuran gw dan orang lain mungkin akan berbeda)...minimal gw tidak mengeluh melainkan dapat tersenyum (tentu dengan tidak dibuat-buat) dalam setiap cobaan dan masalah hidup, karena gw tau hidup ini singkat dan sia-sia belaka bila hanya dijalani dengan banyaknya kekhawatiran semata.
So, pandangan yang pertama untuk teman gw ini adalah berhentilah untuk menduga dan memikirkan yang tidak pasti adanya :)..
Wah ...maseh ada pandangan yang lainkah?
Ada dunk, karena maseh ada satu lagi pertanyaan dari teman gw ini. Yaitu, bagaimana caranya bisa tau dengan tepat bahwa seseorang tersebut layak atau tidak untuk kita pertahankan.
Hm...sekali lagi sebenarnya seh tidak ada ukuran yang baku mengenai hal ini, tapi kalo Vie neh merasakan hubungan dengan seseorang dapat dinilai berjalan dengan baik tentunya apabila Vie merasa nyaman bersamanya. Untuk merasa nyaman, biasanya Vie lihat dalam beberapa hal berikut ini neh:
1. Vie dan pasangan saling mendukung dalam setiap dan berbagai macam sikon.
2. Vie dan pasangan banyak membuat keputusan bersama-sama yang menyangkut hubungan kita, akan tetapi juga menghormati keputusan pribadi masing-masing.
3. Vie dan pasangan saling membebaskan untuk menjadi diri sendiri (kebebasan berpribadi).
4. Vie dan pasangan bebas berekspresi termasuk menyampaikan pikiran masing-masing secara jujur tanpa khawatir pasangan akan tersinggung atau tidak terima, dan juga tidak menuntut atau mengharap kepentingan pribadi yang mungkin tidak disukai harus dipenuhi.
5. vie dan pasangan dalam berkomunikasi dan berhubungan berusaha untuk tidak membawa sifat 'ke-akuan' dengan mengedepankan rasa selalu saling menghargai, pengertian dan berkompromi apabila terdapat perbedaan pandangan.
6. Vie dan pasangan merasa aman dalam mengemukakan emosi masing-masing baik yang menyangkut pasangan dan hubungan maupun yang lainnya.
7. Hubungan yang dijalin harus meningkatkan semangat untuk beraktivitas dan produktivitas sehari-hari dengan saling mendukung dan bertoleransi.
8. Vie dan pasangan setidaknya mempunyai 'tujuan' dan 'mimpi' yang sama mengenai arah hubungan kita dan saling pro-aktif untuk menjalani hubungan ini ke arah yang kita inginkan.
9. Vie melihat dia dapat bergaul dengan wajar tidak berlebihan dengan anak2 dan keluarga Vie lainnya, dan begitupun Vie terhadap keluarganya.
10. Vie dan pasangan saling menikmati hubungan kami dan merasakah hubungan kami semakin solid setiap berjalannya waktu.
Nah...apabila memang hubungan Vie dan dia berjalan, setidaknya, seperti yang digambarkan oleh 10 hal diatas maka Vie akan tetap bersamanya terlepas dari apapun kata orang tentangnya.
Lagipula....jodoh kan di tangan Tuhan...bukan di mulut orang-orang:)