Pre marital syndrome
Sebuah teman menunjukkan hasil sebuah survei yang mengatakan bahwa tidak ada calon pengantin yang siap 100 persen untuk menikah karena biasanya calon pengantin senantiasa ragu, dan teman gw menanyakan pengalaman gw sewaktu menikah dulu sebagai perbandingan dengan hasil dari survey ini.
Hm..perasaan gw dulu menjelang pernikahan gimana ya.....waduh,,,udah agak lupa ya, soalnya udah 9 tahun yang lalu seh....tapi seh kayaknya gw emang mengalami keraguan menjelang pernikahan yang katanya biasa dialami oleh sebagian besar calon pengantin. sindrom pra pernikahan istilah kerennya.
Yup, sekarang kayaknya gw tambah yakin pernah juga mengidap sindrom tersebut dengan mengingat adek gw pernah berkata."Vie kalo lo ga yakin, ga usah nikah aja, gpp kok" dalam waktu 12 jam lagi menjelang pernikahan akan dilaksanakan.
Ada beberapa keraguan yang setidaknya gw rasakan saat menjelang pernikahan, misalnya:
1.Tidak yakin si dia adalah the right man. Ada banyak pertanyaan muncul menjelang pernikahan seperti dia setia atau tidak. Atau apakah gw akan betah menghabiskan waktu dengannya seumur hidup atau tidak. Apalagi saat melihat banyak pasangan memutuskan untuk bercerai, padahal tentu aja gw menginginkan pernikahan cukup sekali seumur hidup. Belum lagi maseh ada rasa penasaran, siapa tahu ada lelaki lebih ganteng dan lebih baik di luar sana he...he...
Untuk mengatasi keraguan tersebut, gw mencoba untuk memikirkan kembali matang-matang sebelum berubah pikiran atau membatalkan pernikahan, dan gw juga membuat list kriteria suami ideal versi Vie yang lalu gw cocokkan dengan pasangan. Jika sudah memenuhi 50% (setidaknya tentang dirinya yang gw tau selama berpacaran) berarti dia cukup ideal karena memang nobody is perfect.
2.Menjelang hari H kok kayaknya suasana makin tegang ya..tidak hanya antara gw dan pasangan, tetapi keluargapun demikian...weleh..weleh...harusnya sesuatu yang berniat baik, jalannya juga akan mulus2 aja dunk...kok ini malah kebalikannya? apakah artinya perkawinan gw nanti tidak diberkati ya?
Persiapan pesta yang ribet pasti akan membuat semua orang tegang. Masing-masing akan menjadi egois dan saling menyalahkan. Bukan hanya perang mulut tapi keinginan untuk membatalkan pernikahan pun muncul.
So, gw mengambil waktu untuk menenangkan diri sejenak sambil mengingat apa yang membuat gw ingin menikah dengannya. Kalau memang sifat buruknya baru muncul menjelang pernikahan maka gw harus mentolerir hal itu disebabkan karena ketegangan menjelang pernikahan. Lain halnya jika sikapnya sudah keterlaluan seperti memukul, menyakiti atau mengubah prinsip yang sudah disepakati. Pasalnya hal seperti itu tidak akan berubah sekalipun atas nama cinta atau pernikahan. Jadi lebih baik mundur dari sekarang.
3. Tidak siap menyandang status baru. Seringkali keraguan muncul bukan karena pasangan tapi karena diri sendiri. Ada kekhawatiran di diri gw dalam menyikapi tanggung jawab baru sebagai istri dan mungkin juga belom benar2 siap kehilangan kebebasan, kehilangan sekian banyaknya para pengagum gw he..he... Tidak ada lagi bisa menghabiskan gaji untuk kepentingan sendiri karena setelah menikah setidaknya ada sekian persen yang harus dialokasikan untuk biaya rumah tangga dan anak2 misalnya.
Untuk ini, gw mencoba untuk tidak melihat hanya dari satu sisi bahwa menikah memang akan membuat diriku kehilangan banyak kesenangan. Tapi dikala gw coba melihat dari sudut pandang yang lain bahwa gw tidak akan lagi sendirian dalam mengarungi kehidupan, contohnya kalau ada masalah gw akan memiliki teman untuk menyelesaikannya.
Jadi buat teman2 yang akan menikah, merasa ragu ketika mo menikah wajar2 aja kok tapi jangan mundur atau ragu ya kalo memang tidak ada masalah yang mendasar dalam kepribadian pasangan, dan juga jangan lupa berdoa untuk menentramkan hati dan pikiran kita :)