Healing Anak perlukah?


Adanya pendapat mengenai seorang single mommy yang sibuk bekerja sehingga no sufficient time available untuk anak2 diduga sebagai penyebab umum luka batin seorang anak, menurut gw seh kurang tepat ya. Karena toh spt yang kita ketahui bukan kuantitas atau banyaknya pertemuan, melainkan kualitas yang menjadi dasar komunikasi yang bagus, Jadi kalo dibilang sang ibu ga bisa meluangkan waktu untuk perhatian atau berkomunikasi dengan anak karena kesibukan pekerjaan, bagi gw seh itu bukan alasan yang relevan alias alasan yang terlalu dibuat2. Sesibuk2 kita kalau menurut kita perkembangan anak emang yang paling terpenting dalam hidup kita selain mencari nafkah tentunya, pasti lah kita dapat mencari atau meluangkan waktu walopun sekejab tapi berkualitas untuk berkomunikasi dengan anak. Meluangkan waktu untuk memberi perhatian kepada facebook yang tercinta ini saja bisa disela2 kesibukan kita, apalagi untuk anak.

Dan menurut gw lagi bentuk komunikasi/perhatian kan bukan hanya verbal. Salah satu contoh misal seorang ibu yang pulang kerja larut malam dan anaknya udah tidur, sang ibu dapat menuliskan kertas yang tulisannya "Missing my kid so much" terus diletakkan di samping bantal dia...percaya deh pas bangun tidur pagi2 sang anak mendapat tulisan ibunya itu akan merasa bahagia banget.

Jadi kalo gw lihat seh, permasalahan dasar terjadinya luka batin seorang anak karena orang tua tidak mau dengan sadar menyadari akan pentingnya perhatian dan kebahagiaan lahir batin anak. Dengan kata lain, para orang tua maseh egois memikirkan diri nya sendiri dan mencari pembenaran dengan mengemukakan alasan seperti "gimana mau ngasih perhatian yang cukup, ak kan sibuk bekerja mencari makan untuk anak2 juga, bapaknya anak2 kan ga ngasih nafkah dan sederet alasan lainnya", intinya sang orang tua tidak mau mengakui bahwa sebenarnya dialah penyebab utama masalah yang terjadi pada anak, bukan embel2 disekitarnya.

Jadi intinya seh untuk healing anak tetap harus bersumber lebih dulu pada orang tua. Orang tua harus mau mengakui terlebih dahulu secara ikhlas kekurangannya tanpa memberikan alasan2 pendukung..karena gw percaya apapun kendalanya kalo kita mau tetap berniat memberikan perhatian pada anak, akan ada jalannya kok, spt kata pepatah "When there is a will, there is a way"...tapi ya tadi itu, para orang tua nya sendiri maseh perlu mendapat bantuan untuk tidak egois mikirin dirinya sendiri melulu. Life goes on, what happened in the past, let it be lah...ikhlaskan .....masak kita mau terus looking back to the past...
Selama orang tua maseh terbelenggu kejadian/permasalah2an dimasa lalu, maka selama itu pula secara ga sadar kita akan membawa anak2 ataupun anak2 akan terbawa ke dalam permasalahan kita, yang akhirnya anak2 yang basically mentalnya sensitif akan terkena atau menderita yang disebut luka batin yang berkepanjangan.

Hm..ngomongin healing anak emang merupakan program yang sangat kompleks, karena harus juga dipikirkan beberapa asumsi seperti:
- apakah kita bisa rely on dengan pengakuan/sharing dari sang orang tua
- kalo anaknya bisa di ajak bicara dengan mudah, tentunya lebih mudah pula kita match antara pengakuan sang anak dengan ibu, nah kalo sang anak termasuk yang sulit untuk berkomunikasi/pendiam, maka kita harus memperluas pengidentifikasian kita ke pihak2 lain terkait tetapi diharapkan bisa netral, seperti orang rumah, pihak sekolah, dsb...dan access ke pihak2 lain ini tentunya tidak mudah
- walopun luka batin sebagai akibat perceraian/pertengkaran orang tua as our main objective, tapi kita harus tetap menyisihkan pikiran/dugaan bahwa mungkin permasalahan utama bukan "luka batin yang disebabkan oleh perceraian/pertengkaran orang tua" yang menjadi sumber permasalahan anak, bisa aja dari lingkungan sekitar...misalnya keluarga terdekat...contohnya seorang anak yang orang tua bercerai tetapi secara general orang tua tetap memperhatikan anak secara memadai akan tetapi kemudian si anak tak sengaja mendengar tantenya berbicara ke neneknya"coba ya si A terlahir sebagai anak laki2, mungkin abang tidak akan kawin lagi dan menceraikan kakak"...tentunya hal ini akan menyebabkan si anak merasa sebagai penyebab perceraian orang tuanya...dan masih banyak lagi asumsi2 lainnya yang harus kita pikirkan..

Menurut ak seh, luka batin seorang anak itu terutama disebabkan oleh orang tuanya. Karena seorang anak yang menderita luka batin akibat perceraian karena dia melihat ketidakakuran/ketidakbahagiaan/pertengkaran yang terjadi diantara orang tuanya dimana seringkali akibat pertengkaran ini orang tua sering lupa untuk memperhatikan anak2nya yang akibatnya anak2 akan lebih merasa tersisihkan dan lebih merasa terasingkan.

Untuk menyembuhkan luka batin seorang anak emang tidak gampang, karena untuk menyembuhkan luka itu tidak bisa hanya anak itu yang di ajak konseling atau berbincang2 dengan psikolog, tapi dia juga harus bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri kalo pertengkaran/perselisihan orang tuanya tidak ada lagi atau orang tuanya udah akur2 aja, udah ngerasa fine2 aja. Karena aku yakin, kalo anak itu udah ngeliat ortunya ga bertengkar lagi, udah bahagia satu sama lain secara otomatis luka batinnya akan hilang.

Nah inilah mungkin letak kompleks masalahnya..karena treatment ini ga bisa difokuskan untuk si anak aja, tapi terutama lebih dahulu difokuskan ke ayah dan ibu.
Jadi mungkin lebih tepat kalo ingin menyembuhkan luka batin seorang anak, maka sembuhkanlah atau perbaiki dulu kualitas hubungan (meskipun udah bercerai) antara ibu dan ayahnya.