When Single Mommies Fall In Love Again
Kapan sebaiknya seorang single parent, khususnya single mom, memutuskan bahwa dirinya dirasakan sudah siap untuk menjalin hubungan asmara kembali? Pasti tidak ada jawaban baku untuk pertanyaan yang satu ini.
Namun berdasarkan apa yang gw rasakan sebagai seorang single mom, memutuskan waktu dan seseorang yang tepat untuk memulai suatu hubungan pasca perceraian ternyata tidak mudah. Pahit getirnya masa pertengkaran, perpisahan dan perceraian menimbulkan pemahaman dan pelajaran baru bahwa suatu hubungan pun dapat mengecewakan dan menyakitkan. Sangat berbeda dengan masa-masa 10 tahun yang lalu, dimana gw membayangkan perkawinan itu sebagai suatu hubungan yang happily ever after forever and ever. Untuk masa sekarang ini pun, gw yakin maseh banyak wanita muda mempunyai gambaran sama dengan apa yang gw punyai 10 tahun yang lalu. Apalagi kebanyakan cerita-cerita di sinetron dan film sekarang maseh gemar menayangkan cerita cinta ala Cinderella, yang walaupun bersakit-sakit dahulu akan bersenang-senang kemudian.
Untuk mempermudah seorang single mom memutuskan untuk menjalin suatu hubungan asmara kembali, gw berpikir terlebih dahulu seorang single mom mungkin lebih baik mencoba untuk membangun kembali kehidupan sosialnya. Kembali ke teman-teman, ke keluarga, ke pekerjaan, bertetangga, dsb. Dan membangun kembali kehidupan sosial pun tidak semudah yang dibayangkan, misal tinggal nelp teman untuk diajak jalan.
Banyak orang yang terlah bercerai tidak yakin bagaimana menghadapi teman-teman dan lingkungan lama mereka, setelah selama ini kehidupan perkawinan dan keluarga telah menuntut hampir 100% dari hidup kita sehingga semakin menjauhkan dari kehidupan luar, dari pergaulan. Di masa-masa perkawinan bahagia dulu, pasangan adalah teman terbaik yang dimiliki. Beberapa teman penting mulai hilang dari hidup kita karena selain kita tidak lagi mempunyai waktu yang cukup untuk bergaul, mungkin saja karena teman-teman tidak cocok dengan pasangan dan begitu juga sebaliknya.
Akan tetapi, teman yang baik adalah yang selalu menghormati, menyayangi dan mengulurkan persahabatan meski telah sekian lama tidak terjalin kontak. Namun saat-saat setelah perceraian, gw pribadi, sangat membutuhkan teman lebih dari sebelumnya, disamping dukungan dari keluarga besar tentunya. Semakin cepat gw memberi kesempatan pada diri sendiri untuk memulai bergaul kembali, maka diriku ini akan semakin mudah dan lama-lama terbiasa menerima kehadiran seseorang yang lain dalam hidupku dan anak2.
Perpisahan dan perceraian mengajarkan gw banyak hal penting yang harus dipenuhi untuk membuat suatu komitmen baru. Gw tidak dapat kembali memulai suatu hubungan dengan cara lama walaupun dilakukan dengan lebih baik. gw harus memulai suatu hubungan baru dengan memakai cara-cara yang baru secara gw bukanlah pribadi dengan cara pandang yang 100% sama dengan gw sebagai seorang istri sebelum perceraian itu terjadi. Cara pandang gw juga berbeda dari seorang Vie yang hidup di jaman 10 tahun yang lalu.
Namun satu yang paling penting, jangan takut mencoba, jangan mundur sebelum memulai. Jangan terlalu awal berpikir suatu hubungan baru nanti hanya akan merepotkan seperti hubungan yang sudah-sudah. Jujur, hal-hal ini lah yang maseh menjadi pengganjal bagi gw untuk melangkah ke depan membina hubungan asmara kembali. Meskipun masih belum sepenuhnya lepas dari keengganan dan kebimbangan untuk memulai suatu hubungan kembali, gw tetap berusaha menanamkan optimisme dalam pikiran bahwa gw akan bisa menghadapi dan lepas dari msalah ini suatu saat nanti. Gw tidak bisa menyatakan berapa lama gw bisa sepenuhnya lepas dan memantapkan hati, karena gw tidak mau terburu-buru, sambil tetap menggali lebih dalam dan mengevaluasi dari setiap hubungan pertemanan yang dilalui sebelum memulai suatu hubungan dengan komitmen yang lebih serius dan pasti.