I wanna share sedikit pelajaran dan hikmah yg bs gw ambil ttg cinta 'n pernikahan yg pernah gw jalanin. Kegagalan is the best media to learn.
Hal tunggal yg melintas di pikiran gw even setelah bilang Yes untuk menikah, dan bahkan sedetik sebelum akad nikah akan dilangsungkan adalah "Apakah saya menikah dengan orang yang tepat?"
Sampe2 adikku waktu itu bilang "kalo lo ga yakin, belum terlambat to step back Vie".
>
Menurut gw, SETIAP ikatan memiliki siklus.
Pada saat-saat awal sebuah hubungan, gw begitu merasakan jatuh cinta dengan pasangan gw.
Telpon darinya selalu gw tunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya, dan begitu menyukai perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat begitu menyenangkan.
>
Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit.
Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu spontan.
Ngga perlu berbuat apapun
Makanya dikatakan "jatuh" cinta?
>
Orang yang sedang kasmaran, termasuk gw, kadang mengatakan "aku mabuk cinta"
Gw membayangkan seakan-akan sedang berdiri tanpa melakukan apapun, lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada diri gw.
Makanya gw bilang kalo jatuh cinta itu mudah, sesuatu yang pasif dan spontan.
>
Tapi?
>
setelah beberapa tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar.. perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan.
Perlahan tapi pasti.. telpon darinya malah menjadi hal yang merepotkan, belaiannya ngga selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat bukannya jadi hal yang manis tapi malah nambahin penat yang ada..
>
Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu, namun bila gw memikirkan tentang fenomena hidup gw sebelum dan setelah berumah tangga, gw mendapati perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan, pada saat gw jatuh cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan selanjutnya.
>
Dan pada situasi inilah pertanyaan "Did I marry the right person?" mulai muncul, baik dari gw atau mungkin dari pasangan gw, atau dari kita bedua.. Nah Lho!
Masing-masing akan saling sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu dan mulai
mencari pelampiasan diluar. Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk pelampiasan ini, termasuk mengingkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas.
Pd waktu itu gw lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan urusan rumah dan anak2, menikmati hobi, nonton TV sampe TV nya yang bosen ditontonin gw mulu ..jadinya rusak deh.., ataupun hal-hal yang lainnya.
>
Tapi tau ngga?!
Bahwa jawaban atas dilema ini ngga ada diluar, justru jawaban ini hanya ada di dalam pernikahan itu sendiri.
Tidak ada nya lagi komunikasi yang baik dan hilangnya rasa saling menghargai akan sangat potensial menimbulkan peluang untuk Selingkuh?? Ya mungkin itu jawabannya. Dan si sang Mr X ternyata memilih mengambil jalan ini. Apakah gw ga pernah tpikir u/ mengambil jalan yg sama?
Bisa saja dan pada saat itu mungkin gw akan merasa lebih baik, tapi gw pikir itu hanya akan bersifat temporer karena perasaan impulsive semata yang ingin membalas dendam atau perasaan tersakiti yang dicampuri gengsi, yang setelah beberapa tahun kemudian karena cinta yang merupakan pondasinya tidak kokoh, gw pasti akan mengalami kondisi yang sama, malah mungkin saja lebih parah.
>
>Pengalaman ini membuat gw mengambil kesimpulan..
> KUNCI SUKSES PERNIKAHAN BUKANLAH MENEMUKAN ORANG YANG TEPAT, NAMUN KUNCINYA ADALAH BAGAIMANA KEMAUAN DAN KEIKHLASAN UNTUK TERUS BELAJAR MENCINTAI PASANGAN TERUS MENERUS..!
> Cinta bukanlah hal yang PASIF ataupun pengalaman yang spontan
> CintaNGGA AKAN PERNAH begitu saja terjadi?
> Kita ngga akan bisa MENEMUKAN cinta yang selamanya
> Kita harus MENGUSAHAKANNYA dari hari ke hari.
>
> Benar juga ungkapan "diperbudak cinta"
> Karena cinta itu BUTUH waktu, usaha, dan energi. Dan yang paling
> penting,
> cinta itu butuh sikap BIJAK
> Kita harus tahu benar APA YANG HARUS DILAKUKAN agar rumah tangga
> berjalan dengan baik .
> Cinta bukanlah MISTERI
>
> >Sama halnya dengan hukum alam pada ilmu fisika (seperti gaya Grafitasi),
> dalam suatu ikatan rumah tangga juga ada hukumnya. Dan tiap pasangan akan mempunyai hukum rumah tangga nya sendiri2
> Sama halnya dengan diet yang tepat dan olahraga yang benar dapat membuat
> tubuh kita lebih kuat, beberapa kebiasaan dalam hubungan rumah tangga
> juga
> DAPAT membuat rumah tangga itu lebih kuat. Ini merupakan reaksi sebab
> akibat.
> Jika kita tahu dan mau menerapkan hukum-hukum tersebut, tentulah kita
> bisa
> "MEMBUAT" cinta bukan "JATUH".
> Karena cinta dalam pernikahan sesungguhnya merupakan sebuah COMMUNICATION, DECISION, AND COMPROMISE
> dan bukan cuma PERASAAN..!