There is a special place in hell for women who don’t help other women
"There is a special place in hell for women who don’t help other women". Kata kutipan dari Madeleine Albright ini seakan-akan mendukung suatu kata kutipan lain yang mengatakan bahwa "Jumlah wanita di neraka adalah lebih besar daripada jumlah pria", yang juga. Hm....kok bisa ya?? Padahal dari segala macam nasihat yang kita dengar dan sejumlah cerita yang kita baca hampir selalu menokohkan wanita sebagai suatu makhluk hidup yang penuh kasih, lemah lembut, keibuan, dan penuh rasa cinta serta sayang. Apalagi setiap wanita adalah calon ibu yang melahirkan generasi-generasi penerus masa depan. Lalu, mengapa Tuhan mempercayakan dan memberikan kehormatan yang begitu besar kepada perempuan untuk melahirkan suatu kehidupan apabila ternyata perempuan pula yang lebih berkemungkinan dibandingkan pria ditakdirkan untuk menjadi penghuni neraka?
Mengartikan semakin dalam kata-kata kutipan ini, semakin jauh pula aku berpikir bahwa dibalik sisi lembut perempuan, juga terdapat sisi sebaliknya. Perempuan dapat bersikap menjadi sangat jahat apabila diliputi rasa cemburu, iri, dan emosi-emosi negatif lainnya. Yang ironisnya, sifat negatif dan sikap jahat ini terutama ditujukan kepada kaumnya sendiri, sesama perempuan.
Yang terjadi pada diriku misalnya, seorang wanita yang melabrak diriku beberapa waktu yang lalu dengan tuduhan bahwa diriku ini telah menggoda suaminya, sama sekali tidak menggubris permintaanku waktu itu untuk menghadirkan si sang suami agar sang wanita dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri secara lebih obyektif dan adil. Namun, apa yang terjadi? si sang wanita malah berkata,"Ngapain manggil suamiku segala...suamiku pasti tidak salah, dia orang yang sangat sayang padaku....dasar kamu aja yang janda kegatelan bla...bla..."
Atau contoh lain lagi yang juga terjadi pada diriku, seorang teman wanita yang sebelumnya cukup akrab denganku sekarang menjadi jauh hanya karena sang teman tidak suka mendengar nasihatku untuk tidak berpacaran dengan suami orang. Mungkin karena aku telah lancang mencampuri urusan pribadinya,meskipun aku melakukan itu karena aku sangat perhatian kepada dirinya. Dampak lebih jauh dari kelancanganku itu adalah sang teman kemudian mengatakan kepada teman-teman yang lain untuk tidak berhubungan denganku karena alvi itu usil dan suka ikut campur urusan orang lain. Walaupun aku telah meminta maaf kepadanya untuk rasa ketidaksukaannya dinasehati oleh diriku ini, sang teman masih saja belum mau berteman dengan diriku dan yang terlihat masih mempengaruhi teman-teman yang lain untuk tidak bergaul denganku, misal selalu menolak untuk datang ke setiap kegiatan yang aku buat, malah menawarkan alternatif kegiatan lain kepada teman-teman lain yang semula berencana untuk berpartisipasi dalam kegiatan aku.
Masih banyak contoh lain lagi, seperti yang terjadi pada diriku ini di masa-masa masih berstatus menjadi seorang istri. Pengalaman menikah muda membuatku menurut saja ketika mantan adik ipar (perempuan) mengatakan kepadaku untuk curhat hanya kepada dirinya saja apabila aku ada masalah dengan suami, dengan alasan kalo aku curhat ke pihak keluargaku atau ke pihak orangtuanya (yang notabene adalah juga orangtua mantan suamiku) hanya akan membuat masalah semakin besar saja. Sang mantan adik ipar juga berjanji untuk merahasiakan curhatan itu hanya untuk diriku dan dirinya saja. Akan tetapi, apa yang terjadi? Sang mantan adik ipar malah membocorkan dan mengatakan kepada mantan ibu mertua bahwa alvi sering mengeluhkan hal yang jelek-jelek tentang mantan suami, sehingga diriku dimarahi oleh mantan ibu mertua. Dan sewaktu mencoba untuk sedikit membela diri dengan mengatakan kepada beliau, ada beberapa perkataan yang diriku ini merasa tidak pernah mengatakan tentang hal itu dengan meminta kehadiran sang mantan adik ipar untuk mengklarifikasikan hal itu langsung kepada diriku, sang mantan ibu mertua menolak permintaanku dengan berkata,"anak perempuanku itu dari keluarga yang terhormat, dia tidak akan berlaku serendah itu seperti kata-kata rendahan yang terucap dari mulutmu itu". Saat itu yang teringat, diriku hanya bisa menangis dan mengambil pelajaran dari kejadian itu bahwa tidak akan pernah lagi aku mengadukan tentang masalah dan juga tentang apapun yang aku rasakan kepada siapapun...termasuk keluargaku.
Tapi pasti tidak semua kaum wanita seperti itu. Namun, tidak pernah terbayangkan figur seorang wanita yang lemah lembut, pengertian dan penuh kasih sayang bisa berubah menjadi cruel, vindictive, pitiless and downright shameless when it comes to one another and I wish I would never be that kind of woman.