Vie suka nulis karena....
Dear temans,
Alhamdulillah banyak yg sudi untuk mampir dan membaca notes saya dan tak jarang pula saya mendapatkan apresiasi dari teman-teman sekalian.
Sebenarnya, saya tidak pantas utk mendapatkan apresiasi ini selain karena saya masih baru menulis dan juga krn tulisan saya maseh jauh dari sekedar untuk bisa dibilang baik. Menulis bagi saya hanya sekedar merupakan suatu terapi pencurahan dan penyembuhan perasaan positif dan (kebanyakan) negatif karena saya termasuk orang yg susah untuk bercerita atau curhat ke orang lain, dan kebetulan saya juga anti menggosip dan digosipin seh he..he...oh iya, kebiasaan insomnia sy juga memungkinkan untuk menulis di malam hari waktu suasana lagi sepi dan tenang.
Juga karena saya merasa cerita langsung ato curhat itu, tidak pernah membuat saya merasa lega 100%. Mengapa?:
1. Sebagian dari diri saya berpikir kalo saya curhat ke orang lain, dimana tentunya saya akan cenderung mencari tempat curhat yg saya percaya dapat menenangkan saya, yang tentunya adalah orang2 yg menyayangi ato pro ke saya, yg semangat juang mereka dalam membela saya kira-kira sama dengan "Membela Sampai Titik Darah Penghabisan". Tetapi bukannya ini malah menunjukkan bahwa sebenarnya saya hanya mencari pembenaran atas curhatan saya yg belum tentu juga benar (menurut pandangan orang lain). Sehingga sebenarnya saya tidak mendapatkan apa2 untuk perbaikan diri, selain tetap bersifat egois.
2. Curhat langsung itu umumnya lbh bersifat immediate atau segera. Disaat saya sedih atau lg emosi, saya akan mencari teman untuk mendengarkan curhatan saya sebagai pihak tertindas yg tentunya maseh dipengaruhi oleh perasaan emosi negatif. Syukur, jika si tempat curhatan adalah orang yg bijaksana, nah kalo ternyata malah lebih bersifat "Ngomporin", bukannya setelah curhat menjadi tenang, malah menjadi tambah emosi atau malah menjadi depresi.
3. Curhat sangat dapat berpotensi mengganggu waktu pribadi pihak si tempat curhat,misal karena curhatan langsung bersifat impulsif, maka saat kita bete, saya ga akan peduli apakah teman mempunyai waktu luang untuk mendengarkan atau jangan2 udah bosen ngedengerin curhatan yang itu2 saja.
Menulis mengajarkan saya untuk lbh sabar karena saya hanya bs menulis setelah beberapa lama peristiwa atau subyek masalah itu terjadi.
Saya tidak bisa menulis dalam keadaan emosi, ga tau kenapa. Setelah tenang dan mulai menulis, susunan kata dan kalimatpun mengalir begitu saja spt air. Hal ini akan membuat saya untuk lebih bisa bercerita dalam pandangan yg lebih netral dan obyektif.
Terus terang, jangankan untuk mempublish secara komersil, bahkan tadinya tidak terpikir bahwa notes saya menarik minat teman2 untuk mampir membaca bahkan rela meluangkan waktu berharga teman2 sekalian untuk memberikan tanggapan. Dari berbagai macam tanggapan tersebut, ada yang pro, netral maupun kontra dengan tulisan saya dimana semuanya Insya Allah merupakan input yang berguna untuk proses pembelajaran dalam menyeimbangkan antara logika dan perasaan dan juga jalan atau gaya pikir akan menjadi lebih terstruktur.
Dengan menulis,secara tidak langsung sekaligus saya akan mendapatkan salinan keras dari berbagai kejadian dan pengalaman hidup yang mungkin apabila saya mendapatkan masalah serupa di lain hari, saya telah mempunyai bentuk acuan penyelesaiannya, dimana tulisan-tulisan ini juga bisa saya jadikan sebagai alat pengkoreksian diri atau cermin dengan membandingkan perilaku diri sekarang dengan perilaku terdahulu yang tersimpan dalam tulisan saya.
Sekali lagi terima kasih atas atensi dan dukungan teman2 sekalian, terutama untuk yang berpendapat dan sekalian menganjurkan agar notes ini dicetak dan dipublikasikan. Saya sangat terharu dan tersanjung sekali atas semua apresiasi maupun kritik dari teman2 sekalian. Bukannya saya tidak menghargai saran2 teman2 sekalian, tapi hingga detik ini dan entah sampai kapan saya belum berniat untuk membukukan dan mengkomersilkan kumpulan notes saya dimana saya ingin dapat terus dengan bebas mencurahkan pikiran dan perasaan saya dalam bentuk tulisan tanpa dilatarbelakangi atau ditunggangi pesan2/tuntutan2/aturan2/p
rosedur2/proses2/deadline/pikiran2 yang rumit yang berlaku dan bersifat mengikat.
Juga mungkin karena saya melihat pengalaman hidup saya belom pantas untuk dijadikan sebuah buku. Selain itu saya ingin tetap di kenal menjadi seorang Alvi seperti yang sekarang ini, Alvi yang bukan seorang penulis karena profesi itu maseh jauh diluar jangkauan dan kapabilitas saya. Saya berpendapat untuk menjadi (dan layak dipanggil) seorang penulis, tidak cukup hanya mengandalkan bakat dan ide yang menarik, tetapi juga harus menguasai bentuk tulisan dan gaya tata bahasa yang memadai dan tentunya itu butuh pendidikan dan pembelajaran yang menghabiskan banyak waktu, pikiran, tenaga, dan juga materi. Salut untuk para penulis Indonesia !