Vie bicara tentang konsep 'kesetaraan'
Gw percaya sejak dulu, mungkin sebelum gw lahir, orang telah ramai membicarakan dan memperjuangkan suatu konsep yang namanya 'kesetaraan'. Sederhananya, kesetaraan berarti segala sesuatunya (entah itu makhluk hidup atau bukan) adalah sama (tapi ke-sama-an ini dilihat dari segi mananya nih? apakah fungsinya? apakah jenis kelamin yang tadi beda harus jadi sama? atau apakah yang tadi bentuknya beda harus disamakan? etc). Namun bagi gw, Kesetaraan tidak lebih dari sebuah konsep abstrak yang kedengarannya indah dalam teori, tetapi dalam kenyataannya adalah hampir mustahil dijadikan nyata. Makanya sudah berabad-abad sejak jaman sebelum masehi, setelah masehi sampai hampir mendekati akhir masehi seperti saat ini, konsep 'kesetaraan' tersebut belum berhasil diwujudkan untuk menjadi nyata.
Kenapa???
Karena 'ke-tidaksetara-an' adalah hukum Tuhan yang diciptakan untuk kita, manusia, yang hidup dalam tempat ciptaan-Nya, yang kita sebut sebagai dunia...atau kita persempit dengan nama bumi.
Dari pelajaran di sekolah dulu, kita mengetahui bahwa dari semua planet dalam tata surya, kehidupan ditemukan dan diketahui hanya ada di bumi. Bahkan di Mars, yang dikenal merupakan planet dengan kondisi mempunyai banyak kemiripan dengan bumi, sampe sekarang belum dapat dibuktikan bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya bisa hidup disana. Kalo begitu, mengapa Tuhan telah tidak adil dengan sangat mengistimewakan bumi diantara sekian banyak planet lainnya?
Dan pada manusia, di mana saja kita dapat melihat dan menemukan perbedaan. Misal untuk level individu, ada yang tinggi dan pendek; gemuk dan yang kurus; hitam dan putih. Ada orang yang suka kopi dan ada yang suka teh, atau ada yang tidak suka kedua-duanya alias hanya suka air putih saja. Kemudian contoh lain lagi, ada perokok dan non-perokok, peminum dan non-peminum. Ada orang yang makan daging dan lain-lain yang tidak. Ada pemimpin dan mereka yang dipimpin.
Untuk level komunitas,misal, dalam agama Hindu ada sistem peng-kasta-an, di agama kristen ada Protestan, Katolik, Methodis, Baptis, Pentakosta, dan begitupun di muslim ada Sunni, Syiah, Muhammadiyah dsb.
Where natural distinctions do not exist, man readily creates artificial ones which more than make up for nature’s perceived inadequacies in this area.
Misal terdapatnya sistem penilaian di sekolah dan di dunia kerja. Why is this necessary unless to distinguish the good students from the average and bad students? Mengapa harus dibuat struktur tanggung jawab kerja dalam suatu perusahaan? Mengapa bonus yang diterima seseorang lebih banyak dari yang lain padahal level mereka sama? Tentunya ada dasarnya mengapa bonus yang diterima oleh seseorang berbeda dengan yang lain. Tentunya ada suatu sistem yang memastikan bahwa seseorang tersebut menerima apa yang seharusnya dia terima, apa yang sudah menjadi haknya. Tidak semua orang pada tingkat tertentu di organisasi yang sama diberikan bonus dalam jumlah yang sama atau dipromosikan pada tingkat yang sama. Tentu tergantung kinerja masing-masing orang. Dan dalam hal ini telah ada penerapan suatu konsep 'ketidaksetaraan' bukan?
Contoh yang lain lagi dimana konsep 'ketidaksetaraan' ini sangat terlihat yaitu pada setiap perlombaan atau kejuaraan. Pasti ada juara satu, dua dan tiga. Pasti ada yang menang dan juga ada yang kalah. Kalau konsep 'kesetaraan' diaplikasikan yang berarti semuanya harus menang dan semua menjadi pemenang, maka kejuaraan atau perlombaan tersebut tidak menarik lagi untuk diikuti. Maka semua orang akan berada dalam situasi comfort zone dan akan hilangnya semangat untuk berkompetisi.
Begitupun hal nya di lingkungan keluarga, konsep 'ketidaksetaraan' ini terlihat jelas. Seperti halnya suatu organisasi, keluarga yang merupakan organisasi yang paling sederhana juga mempunyai susunan/struktur, ada ayah, ibu, anak sulung, anak tengah dan anak bungsu, dimana masing-masing personil ini mempunyai fungsi, peranan juga tanggung jawab yang berbeda-beda tetapi saling mempengaruhi.
Dari semua contoh yang disajikan di atas, kita dapat dengan jelas melihat bahwa ada perbedaan yang ada pada semua tingkat masyarakat; ketidakadilan ada di semua tingkatan di alam semesta. Tidak hanya di antara makhluk hidup, tapi di antara non-hidup dan entitas alam juga.
Alam semesta tidak sosialis. Juga tidak demokratis. Hal ini hanya acak dan probabilistik. Dan ketidakadilan adalah apa yang telah memungkinkan penciptaan, bertahan hidup dan akan sangat mungkin menjadi alasan yang akhirnya mengakibatkan kehancuran. Ketika kita melihat alam semesta dan semua yang terkait dari sudut pandang ini, ironisnya, kita belajar untuk menjadi lebih menerima ketidakadilan dan bahkan mungkin menghargai mereka sehingga ketidaksetaraan bukanlah lagi menjadi sesuatu hal untuk diperdebatkan apalagi hanya demi sebuah tujuan Superioritas!