Curhatan Seorang Ayah Tunggal
Hampir enam tahun belakangan ini, aku telah menjadi seorang single dad untuk seorang anak perempuan cantik berumur 5 tahun yang kebetulan hak asuh anak jatuh padaku. Menjadi seorang ayah tunggal, tentunya bukanlah hal yang mudah. Apalagi untuk seorang ayah tunggal dengan anak perempuan seperti diriku ini. Aku yakin sekali bahwa diriku ini bukanlah seorang ayah yang sempurna.
Sekarang, aku yakin aku bukan ayah yang sempurna untuk anak perempuanku. Tapi aku akan melakukan yang terbaik yang aku bisa lakukan untuk anak perempuan yang sangat aku sayangi. I mean, I don't play Barbies as often as she'd like and sometimes after I've been working all day it's hard for her to understand that Daddy just wants to sit down and rest. But we do like to play sands under the sun during the weekend. Not all too sure if I'm doing okay with what it's like to be a girl with her not getting much input from her mother. But we try and if it's sporadic, well, I just hope it's not completely skewed when she gets older.
She's much more outgoing than I have ever been so I'm pretty sure her friends and other acquaintances will help fill in the gaps when it comes to the make-up and hair things.
Selama hampir enam tahun ini, diriku dan anak perempuanku itu telah menjalani hidup dalam kesendirian. Hanya kami berdua. Terus terang, selama hampir enam tahun ini, bisa dibilang hampir tidak pernah ada figur seorang perempuan dewasa hadir dalam kehidupan kami. Mungkin, diriku tidak membuka peluang untuk hal itu terjadi. Aku menemukan diriku tidak cukup yakin untuk sepenuhnya percaya membiarkan seseorang perempuan masuk ke dalam kehidupan kami. Entah mengapa. Mungkin juga keadaan diriku yang mempunyai seorang anak perempuan membuat para perempuan itu berpikir dua kali untuk masuk ke dalam kehidupanku, ke dalam kehidupan kami.
Anyway, there are times I actually seriously sit and think about what it is that's missing for her. Dance class, fingernail polish, watching mommy put make-up on in the mirror, and maybe even a less critical mommy shoulder to lean on once in a while. I'm not overly strict, but whenever it came to minor wounds I usually tried to tell her to be tough, rub some dirt on it and walk it out. Not particularly a womanly reaction, but she's a lot tougher for it.
Pertanyaan selanjutnya, apakah aku akan selamanya menjadi seorang ayah tunggal? I dont know for sure. I might or I might not. Bukannya aku merasa bangga atau nyaman menjalani hidup sebagai seorang ayah tunggal. Percayalah, ada saat-saat dimana aku merasa begitu sendiri. Tapi, ada pula saat dimana aku tidak bisa membayangkan untuk membagi kehidupan ini dengan orang lain setelah hampir enam tahun ini aku hidup sendiri. Tapi itu hanyalah beberapa bentuk permainan pikiran. Yang penting, seberapa baik diriku menjalani kehidupan ini bersama anak perempuan yang sangat aku sayangi dan dengan ikhlas menghadapi serta menerima segala kemungkinan hidup yang mungkin akan menerpa.
Terakhir, aku ingin menyumbangkan beberapa saran pribadi dalam menjadi hidup sebagai seorang ayah tunggal:
1. Bersikaplah terbuka dan jujur kepada anak-anak, keluarga dan teman tentang perasaanmu, pikiranmu, dan bahkan ketika kamu membutuhkan pertolongan dari mereka. Lupakanlah ego seorang pria yang bersikap tertutup dan pantang menerima bantuan.
2. Yakinkan anak-anak bahwa perceraian yang terjadi sama sekali bukanlah kesalahan mereka dan mereka tidak bertanggung jawab atas perpisahan yang terjadi. Sama halnya, tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk memperbaiki perpisahan yang terjadi.
3. Lanjutkan hidup ini dengan perasaan optimis dan bahagia, jangan lagi terbelenggu pada masa lampau.
4. Jika dirimu merasa sudah siap untuk membuka pintu bagi seseorang baru, try to spend some time thinking about what attracted you to someone with personality defects similar to what your wife has, so that you don't make the same mistake again.