Patah Hati....Ku Jadinya...
Pada suatu hari, seorang temen gw yang tunangannya kabur hanya 10 hari sebelum tanggal pernikahan mereka bilang ke gw kalo hidup dia sudah berakhir ...she just lives her life like a dead women...like zombie....terus gw bilang ke dia," gw ngerti perasaan lo..tapi lo stupid banget".. temen gw itu marah banget denger komen gw yang kayak gitu. Terus dia bilang "Lo harusnya ngehibur gw dunk Vie, lo ga ngerasain apa yang gw rasain karena lo ga ngalamin apa yang gw alamin"...Terus gw bales bilang ke dia "Ga perlu gw harus ngalamin hal serupa ditinggal tunangan seperti lo untuk ngerasain kesedihan yang besarnya sama seperti yang lo rasakan, dan sama halnya gw ga mau ngehibur lo dengan kata2 manis yang seperti lo harapkan karena itu akan hanya membuat diri lo terus merasa sebagai korban yang perlu dikasihani".....Terus bertambah deh omelan gw, "Kalo gw sedih dan terus2an gw nangis kayak lo gini, pake bilang mo mati segala lah didepan anak2 gw waktu gw bercerai kemaren, lo pikir gimana perasaan anak2 gw waktu ngedengernya...mereka pasti langsung melihat masa depan mereka sesuai dengan kacamata gw yaitu suram, penuh tangisan, penuh penderitaan..makanya gw ga mau spt itu, gw harus tetap keliatan tegar dan bahagia di depan anak2 gw" ..."Nah sekarang lo nangis2 mo mati kayak gini, pernah ga lo pikir gimana perasaan keluarga lo waktu ngedengernya?"..."Please stop acting like childish"
Well, mungkin pahit banget kali ya kata2 gw tadi...tapi just wanna tell her my real thought and I need to encourage her.
Dari sekian banyaknya kegagalan yang terjadi dalam hidup gw, terutama dalam hubungan personal, gw belajar bahwa "managing my expectations and disappointment when someone/something I am committed to has a change of heart/condition is a significant challenge".
Kenapa gw bilang challenge ? Karena emang tidak mudah untuk melupakan semua kenangan dan komitmen yang ada selama berhubungan dengan dia atau apapun itu. Apalagi kalo ditambah dengan alasan yang terasa kurang penting ketika tiba2 everything meninggalkan kita. Gw sendiri mungkin akan ngerasa marah, kecewa ataupun sedih karena secara tidak langsung perubahan yang mendadak itu will make me loosing control of my own life though it's only for moment, loss of trust in men or anything and the feeling of sadness coz of my dreams being shattered. Nah, ini tantangan buat gw to let go feeling2 negative yang semacam itu.
To solve this matter, I learn that problem solving is best when done together. Kita dan setiap orang masing2 punya kebutuhan dan keinginan masing-masing yang mungkin berbeda satu sama lain dan kalo kita emang maseh mau mempertahankan hubungan apapun bentuknya itu, the healthiest thing to do for your relationship is to try to get your both needs met with being open minded and compromise.
Terus tetep berusahalah untuk mengerti posisi mereka. Coba posisikan diri sebagai mereka. Lihat dari sudut pandang mereka. Just keep to listen to your partner/circumstances about what the real reasons are for her/his/its/their change. Try to be open the life circumstances that have contributed to this her/his/its/their new view. Try to accommodate any part of the old plan in a new way.
Kalo kita udah ngerti ttg kebutuhan yang diperlukan dan sepakat untuk tetep go on with old plan in new way seperti yang gw bilang di atas berarti kita dan semua pihak terkait mesti ready to create new plan together yang mengakomodasikan masing2 kebutuhan demi tetep satu goal yaitu hubungan tetep berjalan. . Tapi apabila kita udah bersedia untuk kompromi sedangkan pihak yang lainnya tidak, berarti kita harus berbesar hati untuk Release him/her/it/them...especially from the responsibility of "making-up" for letting you down.
"Don't keep running back to the one person that you need to walk away from. Dreaming together is important but when the dream is no longer shared, letting go of part or all of it allows to create new (and sometimes better) dreams. If we truly love someone, then the only thing we want for them is to be happy....even if its not with us. We never really stop loving someone, we just learn to try to live without them."