Chemistry Is All What I Need To Be In Relationship
Bisa dibilang dia merupakan salah satu tipe lelaki idaman para wanita. Single alias belum pernah menikah, berasal dari keluarga yang berkecukupan dan harmonis, Wajah yang lumayan tampan, kepribadian dewasa, menyenangkan (at least he could make me laugh), punya kerjaan yang oke punya, bergelar master dari suatu universitas terkenal di benua Australia sana, mapan (dalam artian tidak karena warisan keluarga), terus oh iya dengan tinggi badan sekitar 172 cm maka persyaratan yang mutlak untuk menjadi pasanganku pun sudah terpenuhi, secara aku mungil sekali, cuman 155 cm:). Dan syarat yang paling penting yaitu seiman dan menyayangi anak-anakku juga semakin melengkapi 'keistimewaan' dirinya. Ahh serasa tak ada satu hal pun yang 'kurang' dari dirinya. Calon suami ideal mungkin itulah julukan yang tepat untuknya.
Dan ketika dia pun (sekali lagi dan entah untuk berapa kali) mengajukan niatnya untuk berhubungan serius denganku yang menuju ke arah perkawinan...harusnya aku merasa bahagia...sebahagia Cinderella ketika dilamar oleh Sang Pangeran Tampan. Tapi......I rejected him. I always said No to him:(
Whattttt!!!!!!!! Oh My God, Are You Gone Mad already????!!!!! begitulah kira-kira beberapa komentar yang aku dapat. Wajar sih, mereka berkomentar seperti itu. Seharusnya dia bagaikan 'karunia Tuhan' yang datang untukku. Seorang lelaki yang dengan sabar menanti cintaku selama 3 tahun belakangan ini, walopun aku akan selalu menolaknya. Seharusnya aku bagai mendapatkan 'durian runtuh' ketimpa cintanya. Siapa sih Vie?? Cuman seorang janda dengan 2 anak, seorang wanita dengan paras yang biasa-biasa aja, karir yang ga bisa dibilang membanggakan deh dan juga dengan keadaan keuangan yang biasa-biasa aja (kalau tidak mau dibilang gawat he..he..). Dia bisa mendapatkan wanita yang jauh, jauh dan jauh lebih baik, cantik, pintar, pokoknya lebih segala-galanya dariku deh. Namun, dia tetap keukeuh sabar mencintaiku dan 'memintaku'. Tapi setiap kali itu pula aku pun tetep 'keukeuh' menolaknya.
Ih....Vie jahat banget ya?? If I could I wish I never rejected him. If I could, I wish I could fall in love with him. But....I didn't feel any chemistry with him. I didn't feel any 'click'.I felt no spark; I just wasn’t attracted to him. Not just physically, but energetically.
Oh My God....Vie, betapa bodohnya dirimu. Dengan segala potensi yang ada pada dirinya, ga munafik, diriku tau persis bahwa dirinya akan dengan mudah 'membawa' diriku ini beserta anak-anak ke kualitas hidup yang lebih baik. Pikirkan anak-anak2, bukan hanya memikirkan diri sendiri!
I did!....But still, the idea of having relationship more than friend with him left me feeling….well…nothing. I felt guilty for my non-reaction - like I ’should’ try anyways.
I decided I just couldn’t do it. I said straight forward, politely, that I didn’t want to keep him hanging on… As I remember, He didn’t say a word. I hoped I hadn’t hurt the man’s feelings. He’d seemed so… hopeful. But I just couldn't.
When sparks fly between two people, we're quick to say they have "chemistry." Not everyone realizes that such couples literally have do have chemistry--it's what's behind those sweaty palms, the jumpy stomach, thumping heart, and nervous jitters. Chemistry also contributes to that warm, comfortable feeling I get from being with a right guy.
At this stage in my life, I want the chemistry, 'click', 'spark' or whatever their names are. I want mentally, emotionally, and physically connected to my guy:) Maybe I’m asking for too much, but I also don’t want to settle for anything less than I deserve. Why waste his and my time on something that will end up going nowhere. We all know if there is something there or not fairly quickly. I thought I was with the kind of guy I “should” be with and that was a big fat mess. It was a dead end. Even if I am a single mom, there’s no reason to settle for ‘no chemistry.’