Jika Vie Menjadi Istri Yang Diselingkuhi Tetapi Masih Ingin Mempertahankan Perkawinan...What Will I Do Then?
Note gw yang tentang pengalaman dilabrak istri sang konsultan mendapatkan tanggapan berbentuk suatu pertanyaan.
"Andaikan gw adalah istri yang diselingkuhi, akankah gw berlaku sama dengan istri sang konsultan yang main 'Hantam Bleh' atau malah nyante2 aja?"
Catatan tambahan: Sang pacar suami tau kalo suami sdh berkeluarga, cuman cuek aja.
Dan, jawabannya adalah sebagai berikut :
Kalo gw seh ga akan nemuin perempuan selingkuhan suami.
Buat apa? udah jelas-jelas dari awal perempuan itu tau sang pria sdh berkeluarga tapi sang cewek tetep keukeuh ga mau ngalah.
Dan bisa aja kan setiap kali gw nemuin tuh perempuan, trus prempuan itu ngarang cerita yang gak baik ke suami gw (misal gw ngelabrak dia marah2, pake mukul segala padahal dia udah minta maaf, en bla bla bla)....walopun kenyataannya gw seh nemuin perempuan itu secara baik2.
Nah, karena mendengar komen yang tidak begitu baik dari selingkuhannya itu, maka suami akan semakin tertantang egonya untuk melindungi selingkuhannya sebagai pihak yang lemah dan teraniaya yang bisa saja malah membuat sang suami semakin tidak bisa meninggalkan selingkuhannya karena melihat selingkuhannya yang sudah mau berkorban sedemikian rupa alias rela2 aja dilabrak, dimarah2in, dan diperlakukan tidak baik demi pacarnya.
So, apabila gw maseh berkeinginan untuk mempertahankan suami dan menyelamatkan perkawinan, daripada melabrak sang perempuan lebih baik gw:
Pertama, mencoba untuk koreksi diri sendiri.
Walaupun bukan gw yg memulai perselingkuhan tetap saja ada porsi diri gw yang mendorong suami untuk melakukan perselingkuhan. Misal bisa aja suami merasa gw agak2 mendominasi (always telling him what to do). Hal ini kalo dilihat orang luar seh sepertinya gw sangat memperhatikan suami - "wah baju suami kamu bagus ya dan rapi banget, pasti kamu istri yang baik deh sampe memperhatikan hal-hal kecil seperti ini" - padahal belum tentu suami suka memakai baju pilihan gw, cuman ga berani bilang aja atau males mendengar omelan sang istri.
Kedua, ajak suami untuk lebih berkomunikasi dengan baik dan benar....ingat ya..berkomunikasi, jangan menyalahkan, menekan ataupun marah2, karena lelaki biasanya makin dimarahi dan ditekan akan makin tertantang egonya sehingga menjadi makin defensif. Berkomunikasilah secara baik2 ma suami..tanyakan apa yang kurang dari peranan kita sebagai istri di matanya? Apa keinginan dan harapan suami? Apakah suami juga maseh ingin tetap mempertahankan perkawinan? Lain halnya kalo sang suami tidak ingin mempertahankan perkawinan alias tidak ingin diselamatkan oleh kita dari kehancuran perkawinan....en then...mengapa juga kita maksain lebih lanjut untuk menyelamatkannya??
Ketiga, semakin memperlihatkan rasa sayang dan cinta kepada suami.
Perlakukanlah suami secara extraordinary dengan tulus ikhlas..bukannya mau membuat suami manja ya....tapi dengan cara ini mudah2an suami bisa lihat ketulusan dan besar hati kita untuk tetap bersamanya hidup berkeluarga....dan secara otomatis suami akan merasa tetap bahkan lebih dibutuhkan dan diterima oleh keluarganya biarpun seberapa fatal dan besar kesalahan yang dia buat. Ini akan mengetuk hati suami yang akhirnya akan malu pada dirinya sendiri karena telah sempat menyia-nyiakan keluarga yangmempunyai segudang rasa cinta, kasih sayang, pemakluman dan penghargaan yang tulus tak menuntut balas pada dirinya.
Jadi kalo apapun yang terbaik yang dia inginkan sudah ada dalam keluarga...kenapa mesti cari2 di luar?