Polygamy.....oh.....Polygamy


Wanita jaman ibu-ibu kita dulu kan cenderung dididik 'nerimo' alias pasrah aja, terserah kehendak suami. Jaman dulu, wanita 'didoktrin' untuk menjadi istri doemstik yang pintar mengurus rumah tangga, suami dan anak-anak. Tidak perlu sekolah, apalagi bercita-cita tinggi seperti ingin menjadi wanita karir. Tempat wanita hanyalah di dalam rumah saja, di larang berkegiatan keluar, kecuali yang berhubungan dengan kegiatannya dalam mengurus rumah tangga, suami dan anak.

Doktrin 'nerimo' yang 'mendidik' wanita jaman dulu untuk tidak 'melawan' suaminya alias 'manut-manut' saja, termasuk ketika sang suami berkeinginan untuk menikah lagi, mem-poligami dirinya. Sehingga tak heran apabila Indonesia masa lalu, banyak pria beristrikan lebih dari satu.

Indonesia era masa kini, kalo dipikir-pikir, poligami itu sebenarnya cocok loh buat tipikal gaya hidup kaum wanita modern yang sangat mandiri, yang telah jauh bergeser dari pakem wanita Indonesia era lampau. Wanita Indonesia abad 21 ini menuntut 'persamaan gender', yang dipercaya dapat memenuhi ambisi eksistensi untuk tampil sama suksesnya dengan kaum pria. Hampir semua yang (biasanya) dilakukan pria, yang dulu dianggap tabu, dapat dikerjakan oleh kaum wanita, dengan hasil yang sama baik atau bahkan mungkin jauh lebih baik. Ha..ha..ha..aneh ga sih kalo diriku berpikir seperti itu? Karena seperti kita ketahui, malah para wanita terutama yang bergaya hidup modern serta feminis yang menentang ide poligami ini.

Polygamy is an empowering lifestyle for women. Because, despite its reputation, polygamy is the one lifestyle that offers an independent woman a real chance to "have it all". It provides the environment and opportunity to maximize female potential for women without all the tradeoffs and compromises that attend monogamy. The women in their polygamous family are friends. They don't share two decades of experience, and a man, without those friendships becoming very special.

Salah satu teman wanita yang menganut paham poligami ini berkesimpulan banyak sekali keuntungan yang didapat, antara lain:

- Banyaknya wanita dalam satu keluarga berarti juga banyak 'childcare' yang terpercaya dan bisa diandalkan terutama untuk para wanita bersuami yang masih berambisi kuat untuk exist di dunia karier maupun yang masih mempunyai niat untuk melanjutkan sekolah setinggi-tingginya sampai keluar batas negara. Automatic childcare in a sexist society gives women more effective choice to have a career without devaluing the role of homemaker. Being able to marry men who are already married means that women can marry men who have already proved themselves, therefore minimising their risk.

- Having the possibility that a husband can remarry without divorce extends practical security to a woman. She needn't worry about losing her husband and income as she loses her looks, because if her husband is attracted by a younger woman, he doesn't even have to think about leaving his wife.

- Meminimalisasikan dampak perselingkuhan seperti biasa terjadi pada perkawinan monogami.

Apapun keuntungannya, diriku tidak (mungkin belum) bisa menerima paham poligami ini. Namun, keputusan setiap wanita adalah berbeda dengan setiap wanita lainnya. Bagi para wanita yang bisa menerima paham ini, ada baiknya meyakini terlebih dahulu apakah sang (calon) suami adalah seorang pria dapat mengemban tanggung jawab lebih dari tanggung jawab yang dipunyai oleh seorang suami pada pekawinan monogami. he has to meet his responsibilities - pay for any children produced from all his relationships without priority being given to those from a 'legal' relationship.

Maybe sound silly and stupid, but I see that Polygamy might reduce the number of women who are available. Currently, with more women than men, this 'cheapens' women. With less women available their 'value' goes up. In other words, polygamy makes men have to try harder and do better with women if they are to win them in competition with other men ha...ha..ha...
And if a man wants to have another sexual partner in a polygamous system then Polygamy removes or reduces the seduction of innocent young women - If a man promises to marry her, he cannot use his existing marriage as an excuse for not fulfilling a promise.

I know...I know...I already said that I sound stupid and silly having a point of view about that. But that's only my view...my thinking...despite the fact that I am still and (perhaps) always be a woman who against the polygamous family.

But once again....I am (also) thinking....just thinking of polygamy in terms of a free-market approach to marriage...Why shouldn't we have the opportunity to marry the best man available, regardless of his marital status?:)