Empati Hanyalah Modal Yang Gw Punya
Banyak komentar yang mengisi fesbuk-ku terutama ketika diriku lagi berkata 'pedas' mengkritik pemerintah. Ada komentar yang mendukung pernyataanku, tetapi banyak juga yang berkomentar negatif, seperti 'lo tuh Vie bisanya cuman ngomong doang' atau 'emangnya lo bisa buat apa sih? lo kan cuman rakyat biasa, bukan pejabat ataupun wakil rakyat' atau 'munafik banget sih lo Vie' atau 'jangan bisanya cuman meng-kritik doang, lo bisa kasih ide yang lebih baik ga?' atau 'udah lo pikirin aja cari uang buat anak-anak lo, ga usah main politik-politikan' atau komentar yang bernada mengancam 'lo ga takut 'dihilangkan'?'
Jujur, sebenarnya seh gw tidak merasa tersinggung, sakit hati, apalagi sampe ngerasa takut mendengar komentar-komentar negatif tersebut. Dan jujur juga, gw tidak merasa diri gw ini munafik, oportunis ataupun hipokrit seperti yang mereka bilang. Dan kalau boleh jujur lagi, tidak ada sedikitpun rasa benci gw terhadap pemerintah. Kalaupun gw meng-kritik pemerintah, gw menilai itu wajar karena gw masih merasa sayang dan peduli dengan negara Indonesia ini. Kalo gw malah diam melihat sesuatu yang mengganggu 'perasaan' gw, bukannya itu malah menjadikan diri gw munafik?
Kalau ada satu hal yang bisa gw salahkan sebagai penyebab mengapa gw bersikap seperti itu adalah rasa empati gw yang terlalu dalam bagi bangsa ini, bagi saudara-saudara setanah-air. Dan masalahnya rasa itu tidak bisa gw cegah. Kadang rasa empati ini membuat diriku menjadi impulsive dengan mengorbankan segala yang diriku punya untuk orang lain. Bukan bermaksud untuk memuji diri sendiri, tetapi ketika diriku ini berani mengkritik orang lain, mengkritik pemerintah, maka berarti sebelumnya diriku sudah yakin bahwa gw tidaklah sama mutunya dengan orang-orang yang gw kritik.
Jika gw mengkritik pemerintah yang tidak peduli dengan orang miskin, berarti sebelumnya gw harus bisa jujur dan meyakini bahwa gw peduli membantu orang miskin dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang gw punya.
Jika gw mengkritik pemerintah yang hanya omong doang, setidaknya gw harus terlebih dahulu memastikan bahwa gw bukanlah seorang dengan penuh kebohongan dan kepalsuan.
Jika gw mengkritik pemerintah tidak mempunyai hati nurani, maka terlebih dahulu gw harus bertanya kepada diri sendiri, masihkah gw memakai nurani?
Empati yang dalam terhadap sesama hanya itulah modal yang gw punya. Empati yang membuat gw merasa menjadi manusia seutuhnya. Lagipula, bukankah untuk itu mengapa otak dan hati diciptakan oleh Tuhan untuk manusia? Setidaknya, gw menganggap empati adalah 'harta karun' yang harus kita wariskan kepada anak cucu kita demi masa depan Indonesia yang lebih baik.