Pernikahan Masih Akankah Indah Seperti Berpacaran Dulu??



Sambil menikmati hangatnya kopi di sore hari, gw memiliki janji tuk
ketemu dengan seorang teman di Starbuck Coffee di seberang Sarinah
Sudirman Jakarta.
Di tengah siraman hujan rintik - rintik yang berselimut mendung, datanglah
seorang teman dan bercerita tentang kisah bahagia keluarganya. Sebagai teman yang baik, gw tentu
turut berbahagia mendengar cerita itu. Tapi sayang di akhir
cerita...,.beberapa bulir air matanya menetes membasahi pipi...walopun dalam hati terheran melihat temanku yang jaman kuliah dulu terkenal karena ke-macho-annya, sekarang tak sungkan menitikkan airmata di depanku...hm...tapi cowo juga manusia yak...

Dengan hati-hati, gw menanyakan apakah temen gw itu perlu media untuk curhat dan gw bersedia menjadi sarana tumpahan keluh kesah hatinya...hm, Vie mencari kesempatan dalam kesusahan neh:)...wekkkss, ga lah...mudah2an gw tetap termasuk dalam golongan manusia yang anti menggunting dalam lipatan!

Akhirnya setelah terdiam sejenak, teman gw itu mulai mencurahkan isi hatinya yang dimulai dengan flash back cerita masa pacaran mereka.
Teman gw ini bertemu dengan istrinya secara tidak sengaja yang kurang lebih mirip-mirip cerita iklan produk pembasmi jerawat. Mereka bertemu di 'public food court' yang dalam bahasa Indonesianya 'taman makan umum' (aneh ya istilah terjemahannya) yang kemudian seperti pepatah jawa 'witing tresno jalaran seko kulino' yang terjemahan nasionalnya kira-kira adalah 'cinta yang tumbuh karena sering bertemu', nah seperti itulah gambaran singkat cerita cinta temanku ini.

Cinta yang telah terjalin lebih terasa manis dan membahagiakan ketika keduanya saling mengisi hubungan dengan polah tingkah yang penuh perhatian dan kasih sayang. Seperti yang dulu selalu dilakukan oleh sang pacar yang sengaja setiap pagi membuatkan bekal makan siang dan mampir mengantarkannya ke kantor teman gw. Alasannya tentu supaya temen gw ini lebih sehat.
Dan teman gw ini pun membalas dengan setia menjemput sang pacar setiap sore dikantornya dan mengantarkan dengan selamat sampai di depan pintu rumah sang pujaan hati.
Belum lagi ungkapan - ungkapan sederhana namun penuh nuansa cinta yang selalu terlontar dari mulut keduanya, seperti:
" How are you honey ?"
" I love you...,I miss you "
" Aku selalu ingin di sampingmu"
" Aku tak bisa jauh darimu"
Hari - hari pun terasa makin indah penuh kebahagiaan bernuansa cinta. Kalaupun ada hal yang tidak enak, cuman rasa rindu nan kian menggebu yang sangat menyiksa hati keduanya. Sampai setelah 6 bulan masa pacaran dirasakan cukup untuk keduanya melabuhkan dan mengikat cinta mereka dengan janji suci pernikahan.



Suasana penuh madu cinta pun maseh dinikmati pada awal masa pernikahan mereka. Dan seperti pernikahan pada umumnya, setelah masa cerita dongeng yang indah usai dan tiba saat untuk kembali dalam dunia nyata diawali ketika sang istri telah mengandung mulai berfikir konsep efisiensi dan penghematan dimana sang istri berfikir akan lebih efektif dan efisien jika mereka pindah tinggal di rumah orang tua sang istri yang berada di tengah kota. Perjalanan ke kantor akan jauh lebih singkat dibandingkan dari rumah mereka yang terletak di pinggiran kota dan hal ini tentunya kondusif untuk kondisi sang istri yang sedang mengandung. Sang istripun mengusulkan saran tambahan untuk mengontrakkan rumah mereka selama mereka kembali tinggal di rumah orangtuanya,"kan lumayan bisa nambah tabungan kita untuk kelahiran dan masa depan sang calon bayi."
Temanku ini pun melihat saran istrinya sangat masuk akal dan selama ini hubungannya dengan sang mertua pun sangat baik plus dia selalu tetap berkeinginan untuk membahagiakan istrinya dengan sebisa mungkin menuruti setiap permintaan dari sang istri tecinta, yang pada akhirnya temanku ini pun setuju dengan syarat mereka hanya tinggal disana sampai umur sang bayi 2 bulan, kira2 satu tahun lamanya dari sekarang.

Keputusan sang suami tentu saja sangat membahagiakan sang istri yang langsung mengatakan pada temanku ini bahwa dia sungguh bahagia karena memiliki suami yang "sangat pengertian".
Tak mau kalah, sang suami pun langsung menimpali dia juga sama bahagianya memiliki istri yang juga sungguh sangat pengertian dengan langsung memberikan contoh dimana ketika sang istri sedang asyik nonton sinetron kesayangan tapi rela memindahkan channel TV ke siaran sepak bola yang disenangi suaminya, padahal ia sendiri gak seneng nonton bola. "

Tapi sayang, suasana nan penuh kebahagiaan itu kini berganti dengan terjadinya pertengkaran demi pertengkaran. Sang teman bercerita pertengkaran itu disebabkan karena sang istri selalu menunda rencana awal mereka untuk kembali ke rumah mereka setelah si kecil berusia 2 bulan. Kini si kecil sudah berusia 1 tahun dan sang istri kelihatannya makin betah di rumah orangtuanya karena banyak yang menawarkan untuk menjaga si kecil selagi dia berada di kantor, belum lagi sang nenek dan kakek yang selalu menyuplai kebutuhan sang cucu tercinta tanpa diminta. Sang istri pun merasa terbantu sekali, makanya dia tidak dapat mengerti kenapa sang suami malah berpikiran sebaliknya. Sang istri pun tersinggung karena merasa sang suami sangat tidak peduli dan tidak berterimakasih atas bantuan dari keluarga besarnya.

Sang suami, temanku ini, pun berkomentar bahwa justru sang istri yang sekarang menjadi sangat tidak mengerti perasaannya sebagi suami. Hanya memikirkan dirinya sendiri. "Sebagai kepala keluarga se-enak2nya di rumah mertua kan pasti lebih enak di rumah sendiri Vie, bisa bebas main dengan anak dan mendidik anak dengan cara gw,"kata teman gw ini lebih lanjut.



Dear temans...,
Ternyata batas antara SANGAT PENGERTIAN dengan KETIDAKPEDULIAN itu sangat
tipis sekali ya. Dulu jaman berpacaran dan awal menikah, mereka saling memuji kalo kekasih hati sangat pengertian sekali. Tapi sekarang saling puji berganti jadi saling tuding, saling pengertian pun berganti menjadi saling tidak peduli. Apakah ini terjadi karena cinta itu telah sirna?

Our marriage is only going to grow as long as we are depositing more into it than we are withdrawing from it. When I look up to the people who keep on dancing even after the music has stopped, because those are the people who will keep on trying even after all hope is lost.

I look up to the people who keep on dancing even after the music has stopped, because those are the people who will keep on trying even after all hope is lost.