(Katanya) Sex Itu.........(Ternyata)Sex Itu.......


-(Katanya) kaum lelaki itu selalu ‘ON’ 24 hours ketimbang kaum wanita
Ha...ha…bener ga sih ya mitos ini? Tapi kalo bener, kasihan amat ya jadi laki-laki…karena kesannya kok jadi Ready To Use …Anytime…Anywhere…Anyplace…..by Anybody…..ha…ha….Mungkin emang ada sih jenis lelaki yang selalu horny terus, tapi sih kaum lelaki kan juga manusia sepertinya kaum wanita yang walaupun dibedakan oleh jenis hormone seksualnya tapi kan tetep aja otak alias pikiran yang mengendalikan semua fungsi organ tubuh manusia, termasuk hasrat seksual ini.

Pikiran yang dibebani oleh terlalu banyak masalah sehingga menyebabkan stress secara otomatis akan mengurangi libido seseorang, termasuk kaum laki-laki. Apalagi kaum laki-laki di Indonesia juga dikenal sebagai ‘bread winner’ untuk keluarganya yang notabene tanggung-jawab dan bebannya akan lebih banyak dan berat dibandingkan kaum wanita. Ada juga sih omongan orang yang mengatakan bahwa tingkatan stress dapat dikurangi dengan melakukan hubungan intim..well…itu kan teorinya ya…tapi apakah prakteknya juga seperti itu??

Selain pikiran, kondisi kesehatan juga mempengaruhi tingkat Ready To Go-nya kaum pria ini. Diabetes misalnya, penyakit yang satu ini sering mengakibatkan kaum pria tidak dapat mempergunakan alat tempurnya dengan sebagaimana mestinya, walaupun rasa libidonya tetap normal. Namun, kondisi ini akan sangat mempengaruhi emosi si pasangannya. Alih-alih mencoba untuk tetap memahami dan sabar, si pasangan malah ngomel-ngomel menyalahkan si ‘alat tempur’ yang tidak juga dapat bertempur. Lama kelamaan karena diomelin terus, sang pria pun akan merasa ‘bersalah’ karena tidak dapat memuaskan pasangannya dan menjadikan dirinya males untuk ON.


-(Katanya) kaum lelaki itu tidak butuh cinta untuk ON sedangkan bagi wanita adalah sebaliknya
Mitos yang satu ini mungkin berasal dari anggapan umum bahwa Laki-laki itu adalah makhluk hidup yang lebih mengandalkan logikanya, sedangkan wanita lebih memakai perasaannya. Namun, apakah hal ini juga berlaku dalam kaitannya dengan kebutuhan dan kegiatan seksualitas??

Kalo menganggap kebutuhan seksual itu sebagai salah satu kebutuhan dasar makhluk hidup yang berarti juga sama dengan makan atau bernafas, sepertinya sih unsur logika dan perasaan tidak ada yang mendominasi. Masak untuk bernafas, harus berpikir dulu sih?? Atau untuk makan, harus menyukai makanannya dulu??

Begitupun dengan kebutuhan seksual yang ini. Gw berpendapat, kaum wanita dan pria adalah sama saja, bisa dengan atau tanpa cinta dalam memutuskan untuk berhubungan seksual. Kalau semua wanita memakai perasaannya atau harus jatuh cinta dulu untuk berhubungan intim, tentunya tidak akan wanita yang melakukan hubungan intim atas dasar uang, bukan?


-(Katanya) berfantasi seksual itu pamali
A large part of the sexual experience starts with our brain, not our body, and sometimes our brain can wander. If it is not danger the relationship and we are committed to our couple and the fantasy could make the ML things go more ehem…ehem…then…why not??:)



-(Katanya) beberapa makanan tertentu dapat membantu meningkatkan gairah dan kemampuan seksual
Tiram, chocolate, daging merah, rempah-rempah adalah contoh jenis makanan yang tergolong aphrodisiacs. Dan ternyata sampai saat ini, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa makanan aphrodisiacs ini memang dapat meningkatkan gairah dan kemampuan seksual. These aphrodisiacs can trigger an erotic memory or desire in our own mind. Pantesan, boro-boro lebih merasa ‘horny’, yang ada gw malah ketiduran karena kekenyangan kebanyakan makan tiram he…he…Jadi tidak perlu susah-susah memburu makanan tertentu hanya untuk pengen lebih merasa ‘berhasrat':)


-(Katanya) Viagra adalah jawaban untuk menjadi lebih perkasa
Kejantanan adalah salah satu simbol ego kaum pria. Jadi wajar saja lalu banyak pria yang lantas kebakaran jenggot apabila mendapati ‘si jantan’ tidak lagi se-perkasa dulu. Malu untuk mengungkapkan masalahnya ke orang lain, termasuk periksa ke dokter, menyebabkan banyak pria hanya mencari informasi umum yang belum tentu cocok untuk dirinya.

Viagra dan obat-obatan oral lainnya yang serupa adalah terbaik hanya sebagai pengobatan untuk pria dengan disfungsi ereksi tanpa keluhan kesehatan lainnya, dan itupun hanya berlaku sebagai pengobat dengan sifat sementara atau tidak permanen. Dan untuk sebagian orang lain yang mengalami disfungsi ereksi sebagai akibat penyakit yang diderita, seperti diabetes, Viagra ini bukanlah pilihan yang layak. Selain hasilnya tidak akan efektif, terburuk malah dapat memperparah kondisi kesehatan atau menyebabkan kematian.


-(Katanya) Ukuran dan bentuk sang alat tempur dapat menentukan enak tidaknya surga dunia loh he…he..
Hm…..no comment deh untuk hal yang satu ini…Karena jujur, pengalaman gw hanya terbatas pernah mencicipi satu ukuran dan satu bentuk saja sih, dan belum pernah melakukan studi banding dengan ukuran-ukuran lainnya:)
Namun, membaca salah satu pendapat ahli yang mengatakan,”Even if every guy you know can probably tell you exactly how big his penis is, size is not a barometer for manhood. As anyone with sexual experience knows, true sexual enthusiasm far outweighs any gifted parts. And contrary to another popular sex myth, the size of your member has nothing to do with the size of your hands or feet.”

Well…..bagi teman-teman yang pernah merasakan lebih dari satu ukuran dan satu bentuk saja….bener ga sih pendapat ahli tersebut??? (ayo kasih contekannya dunk…penasaran neh:))



-(Katanya) Tidak udah belajar untuk menjadi pintar dalam berhubungan intim, karena sex itu alamiah
Tidak setuju! Walaupun itu kebutuhan alami, tetap saja mesti diajari dan mengajari dunk….Waktu kita masih bayi, orangtua mengajari kita makan, mandi, dll. Untuk yang satu ini pun begitu, walaupun dalam hal ini mungkin hanya sedikit sekali para orangtua yang mengajarkan anaknya tentang seni dan jurus bercinta he…he….

Kesediaan untuk mencoba teknik baru dan posisi yang menyenangkan bagi diri kita dan pasangan adalah media untuk belajar. Komunikasi yang baik juga adalah kuncinya. Mungkin pada awalnya kita akan merasa malu atau canggung dalam mengkomunikasikan apa yang kita mau dari pasangan, tetapi lama kelamaan akan terbiasa juga kok. Just think about the outcome: a partner who knows how to do it right every time! Asyik bukan???:)


-(Katanya) kalo udah menopause atau udah tua, sex itu tidak perlu lagi
Komen gw cuman singkat aja untuk yang satu ini…sapa bilang??? He..he…
Untuk melakukan aktivitas hiburan lain seperti bertamasya, berolahraga, hangin out…..duh kok kayaknya kondisi badan yang udah tua ini sudah tidak memungkinkan ya?? Males berlama-lama di pesawat karena rematik pasti akan mengganggu, jantung yang tidak begitu kuat lagi untuk berlari-lari pagi, dan dinginnya angin malam yang bisa mengganggu paru-paru, menyebabkan para manula untuk lebih pintar mencari ‘solusi’ hiburan lainnya yang sehat dan menyenangkan. Nah, apalagi kalo bukan bercinta dengan pasangan he..he…Sex is an important aspect of physical and emotional health and well-being for adults of all ages, even those in their golden years.

Well....apapun mitos tentang sex...satu yang pasti adalah Lakukan Sex Dengan Sehat Bersama Pasangan Yang Tepat Yaa:)