Ada Kado Hikmah dari Suatu Kematian di Hari Istimewaku
Di hari ulang-tahunku lagi-lagi sebuah kejutan menghampiri hidupku. Sayangnya kali ini bukanlah suatu kejutan hidup yang manis yang mungkin aku bayangkan sudah selayaknya aku terima di hari ulang tahunku ini.
Di hari dimana aku sedang bahagia-bahagianya menerima limpahan ucapan dan perhatian tulus dari keluarga dan teman-teman. Belum lagi segudang rencana sudah terprogram di memori otakku, mo makan malam dengan keluarga dan anak yatim, mo memanjakan anak2ku di hari ulang tahunku ini, mo nraktir teman2 dekat dan teman2 kantor dan rencana-rencana lainnya.
Di saat penuh kebahagiaan itu pula aku menerima kabar meninggalnya abang tertua almarhum papa, sosok yang menjadi pengganti papa untuk diriku dan keluarga setelah almarhum meninggal, sosok dimana aku melihat bayangan almarhum papa pada diri beliau, sosok yang menjadi panutan dan tempat bertanya, sosok yang menjadi wali nikah untuk adekku ketika papa sudah tiada, sosok yang juga aku hormati sebesar rasa hormatku pada almarhum papa, dan kini sosok itu pula telah pergi meninggalkan diriku, keluarga besarku, meninggalkan dunia ini menyusul untuk bergabung dengan almarhum papa yang telah sembilan tahun berada di pelukan Tuhan.
Kehidupan ini sungguh ironi ya. Aku tahu bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu di dunia berpasang-pasangan, ada siang ada malam, ada lelaki ada wanita, ada tua ada muda, ada yin ada yang, ada gelap ada terang, ada hidup dan juga ada mati.
Apakah meninggalnya almarhum uwakku yang terjadi tepat di hari ulang tahunku ini suatu kebetulan ataukah memang terjadi dengan satu alasan yang Tuhan ingin sampaikan?
Apakah ini juga merupakan salah satu cara Tuhan untuk mengingatkan kepadaku bahwa di saat seseorang bersenang-senang, ada seseorang yang mungkin sedang dilanda kesusahan?
Apakah ini juga merupakan pesan Tuhan untuk berkata kepadaku bahwa disaat aku mengingat hari kelahiranku, hendaknya aku pula mengingat hari itu juga merupakan hari kematian untuk seseorang yang lain ?
Apakah ini juga petunjuk Tuhan untuk mengingatkan diriku untuk tidak terlena salah mengartikan ucapan 'selamat' dari keluarga dan teman? Dimana lebih baik aku mengartikan ucapan selamat dari teman-teman untuk lebih bersyukur karena maseh diberi Tuhan satu kesempatan waktu di dunia untuk memperbaiki sikap diri dan jiwa sebagai umat yang mencintai-Nya?
Dan segudang apakah apakah lainnya yang berkecamuk di pikiran ini?
Mungkin maksud penyampaian Tuhan adalah kematian merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari seseorang seperti halnya kelahiran. Kematian merupakan salah satu teman setia seorang manusia yang selalu menyertainya kemanapun manusia itu pergi dan tidak akan pernah meninggalkanya sampai tiba waktu yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Berpulangnya almarhum uwak ke Rahmatullah di hari aku merayakan hari kelahiranku 33 tahun silam, membuatku berpikir untuk tidak lagi memandang kematian sebagai teman yang menakutkan melainkan sebagai teman bijaksana yang mengasihiku yang terus tanpa lelah mengingatkanku untuk menyadari terbatasnya waktu bagi diriku untuk hidup di dunia ini. Oleh karena itu, maka hendaknya aku mencintai kehidupan yang terbatas ini dengan segala cinta dan kasih yang aku punyai, yang telah dianugerahkan untuk setiap manusia dari sang pencipta. Karena apa lagi yang dikenang oleh seorang manusia yang telah berpulang meninggalkan dunia, selain rasa cinta dan kasih sayang nya yang dirasakan oleh umat manusia lainnya yang masih hidup yang akan meneruskannya kepada generasi umat manusia lain setelahnya.
Ilmu yang bermanfaat itu merupakan salah satu amal pembawa pahala yang tidak pernah terputuskan sampai hari pengadilan akhir tiba. Dulu aku begitu naif, mengartikan 'ilmu yang bermanfaat' ini hanya dalam makna arfiah semata sehingga aku sering berpikir "Bagaimana seseorang yang bukan berprofesi sebagai pengajar dapat meraih amal pahala ilmu yang bermanfaat ini?
Namun semakin tua dan semakin banyak kejutan hidup yang aku telan, baik manis dan pahit, aku semakin bisa melihat makna-makna Tuhan yang tersirat.
Seperti sekarang, dengan peristiwa peringatan kelahiran dan kematian yang tepat terjadi di hari istimewaku ini, aku memandang konsep amal ilmu yang bermanfaat bukan lagi dalam makna harfiah semata, namun lebih sederhana. Tuhan tidak pernah memberikan perintah yang berlebihan bagi umatNya. Bahkan Tuhan sangat mencintai konsep kesederhanaan. Begitu sederhananya sehingga rasa senyum dan kasih sayang tulus yang kita berikan kepada sesama umat manusia dan makhluk hidup lainnya juga merupakan salah satu bentuk dari amal pahala ilmu yang bermanfaat.
Kelahiran dan kematian ini memberikan peneguhan kembali atas pelajaran hidup yang telah aku dapat bahwa semua jawaban dan alasan kehidupan akan datang pada waktu yang tepat dengan cara yang tepat. Biarkanlah Tuhan bekerja dengan caraNya yang misterius. Yang harus aku lakukan hanyalah mengisi sisa waktu yang Tuhan berikan dengan sebaik-baiknya,terutama bukan untuk diriku sendiri, melainkan untuk orang-orang yang aku cintai dan umat manusia serta makhluk hidup lainnya.
Untuk "my beloved big uncle, Wak Anas Harahap" beristirahatlah dengan tenang disisiNya dan terima kasih bahkan melalui hari terakhir uwak di dunia pun, uwak tak lupa untuk memberikan Alvi pelajaran baru demi kebaikan kami semua.
Inna lillahi wa inna illaihi rojiun..
Untuk keluarga Alm Anas Harahap (Wak Butet, Bang Andi, Ade, Adin dan Ami)...Kami keluarga Alm Afdhal Harahap turut berduka cita sedalam-dalamnya dan semoga diberikan ketabahan dan keikhlasan atas ketentuan Tuhan ini.