Jika Ada Seseorang Perempuan Lain yang Naksir Pacarku
Tak sengaja mataku terpaku membaca permintaan tolong dari seorang teman di suatu milis wanita. Sang teman meminta saran apa yang harus dilakukan mengenai hubungannya yang lagi kisruh dengan pacar tercinta dikarenakan sang mantan pacarnya tiba-tiba mendekati pacarnya tersebut setelah sekian lama. Akankah dia harus menemui dan berbicara dengan wanita sang mantan pacar tersebut?
Seiring tanganku yang bergerak men-scrolling mouse untuk membaca tanggapan dari teman-teman lain yang sebagian besar menyarankan sang teman untuk menemui dan berbicara dengan sang perempuan itu, aku malah berpendapat sebaliknya.
Kalo aku sih, I will not talk about it with the boyfriend's ex. Mengapa? Karena:
-Aku mungkin merasa terganggu tapi apakah aku berhak buat melarang dia menghubungi pacarku? I don't think so...terlebih kalo ternyata pacarku tidak merasa terganggu atau tidak merasa berkeberatan.
-Ada akibat pasti ada sebab...setiap hasil pasti ada perbuatan...maksudnya dalam hal ini lebih baik diriku memilih untuk ngomong baik2 dengan pacarku yang tentunya udah kukenal lebih baik daripada sang mantannya. Dengan bicara, maka secara tak langsung diriku juga mendapat kesempatan untuk menilai kualitas hubungan aku dan sang pacar yang sebenarnya. Apa sajakah kelemahan dari hubungan ini, apa di diriku yg sang pacar tidak suka, apa yg dia cari tapi tidak didapat di diriku ini, atau apakah co aku yang emang hidung belang, atau malah sebenarnya tidak ada apapun yg perlu dikhawatirkan.
-Memilih ngobrol dengan sang mantan pacar, menurutku malah akan menunjukkan situasi diriku yg lagi 'insecured', yg lagi 'kebakaran jenggot'...syukur kalo si ce itu merasa mengerti, nah kalo malah si ce itu malah merasa di atas angin?tambah berabe ga sih???
-Dan juga, sapa yang berani jamin dia tidak akan berkata sebaliknya ke pacaku, misal malah bilang kalo aku ngelabrak marah2 pake ngancam segala...so pacarku tentunya pasti akan merasa malu atas kelakukanku itu dan di saat yg bersamaan ego lelakinya akan terusik untuk membela pihak yg dirasakannya lemah yaitu si ce itu. Lebih parah lagi kalo pacarku malah merasa menjadi pihak tertuduh.
Selain itu, aku coba untuk berpikir ala pacarku....menempatkan diriku diposisinya...di saat ada ce lain yang lagi perhatian banget ma pacarku...kok aku yang sekarang berstatus menjadi pacar resminya malah marah mulu, ngomel-ngomel pake nuduh segala tentang masalah yang sebenarnya seh ga worthed buat dipikirin apalagi untuk dibahas, sepanjang diriku meliat co aku bersikap biasa2 aja. So, co ditengah2 tekanan dari dua belah pihak?? Bukannya tidak mungkin kalo dia malah memilih untuk kabur dari dua2nya. Ingat loh, co itu sangat rentan pada tekanan dan akan mudah kabur apabila dia tidak merasa nyaman lagi.
So, walopun emosi boleh panas tapi akan sangat menolong kalo diriku tetap menunjukkan sikap percaya dan tenang. Lagipula kalo bukan pacarku yg bisa aku percayain, siapa lagi yg bisa??
En satu lagi...status hubungan kan masih pacaran...nah selama belom ada janur kuning terpasang di depan rumah...sah-sah aja lah co aku memilih yang terbaik untuk dirinya sendiri, begitupun juga diriku ini:)