Puasa...Puasa....Mari kita puasa:)


Apa hikmah puasa bagi seorang Alvi? Apa sebenarnya hikmah dari anjuran untuk saling memaafkan sebelum menjalankan ibadah puasa? Apakah semata-mata karena anjuran Allah? Hm...aku bukan seorang ahli agama, dan bukan pula bisa dibilang seorang umat yang taat. Walaupun keyakinan terhadap agama yang kupilih sekarang ini, Insya Allah, tidak akan tergoyahkan. Tapi terus terang diriku sangatlah jauh untuk dibilang umat yang beriman apabila keimanan seseorang dinilai melalui taat atau tidaknya seseorang itu melakukan sholat lima waktu.

Jujur, seorang Alvi maseh sangat bolong-bolong sholatnya dan sangatlah jarang membaca kitab suci Al-Qur'an walopun syukur Alhamdulillah pernah merasakan rahmatnya khatam. Tetapi aku bisa dengan tegas mengatakan bahwa diriku manusia yang beriman, manusia yang percaya adanya Tuhan, dan oleh karena itu aku juga menganggap diriku sebagai seorang manusia yang beragama, walopun ibadah sholatku maseh belang bentong. Memang, ibadah sholat dan membaca Quran merupakan salah satu rukun islam yang diwajibkan kepada umat islam dan aku sangat menyadari kekuranganku dalam hal ini, juga tidak pernah berusaha untuk mengingkarinya. Aku terbuka mengakui bahwa sampe sekarang maseh terus berusaha untuk lebih memperbaiki kekuranganku dalam menjalankan ibadah sholat dan membaca Qur'an.

Tapi apakah yang namanya ibadah itu hanya mencakup sholat dan membaca Qur'an? Apakah yang namanya ibadah itu hanya mencakup zakat, berpuasa, dan naik haji? Bagiku, jawabannya tidak.
Seperti halnya diriku mendefinisikan suatu agama sebagai sesuatu yang bersifat paling pribadi dan bebas untuk dipilih, diyakini, dan dimiliki oleh seseorang. Agama merupakan apa yang aku yakini, bukan apa yang selama ini diajarkan kepadaku. Agama adalah apa yang kurasakan, bukan apa yang orang lain rasakan.

Untuk itu, aku sangat menghindari konfrontasi yang mengatakan agama diriku ini adalah yang benar, dan agama yang lain salah. Bagiku, tidak ada yang namanya benar atau salah antara satu agama dan agama lainnya. Yang membedakan adalah seberapa jauh agama-agama tersebut dapat merasuk masuk ke dalam diri, meyakinkan hati kecilku akan arti agama tersebut untuk diriku dan seberapa jauh agama tersebut dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaanku tentang esensi kehidupan, tentang Maha Pencipta, maupun tentang diriku sebagai manusia . Bagiku, tidak ada yang namanya menganut agama karena keturunan, misal dimana karena orangtua-nya beragama islam maka anak-anaknya pun harus menganut agama yang sama pula. Sejak diciptakan, manusia diberikan akal pikiran bukan untuk disia-siakan. Gunakanlah akal dan pikiran itu untuk mempelajari dan memilah apa yang terbaik untuk kita yakini, meskipun jika pada akhirnya kita memilih untuk tidak beragama.Thats fine for me as long as manusia tidak mencoba untuk menciptakan suatu agama atau aliran baru yang menyimpang seperti pengkultusan diri menjadi Tuhan atau Nabi masa kini.

Mungkin aku bisa dianggap orang yang berpikiran aneh dalam hal ini, tapi aku mendefinisikan ibadah lebih luas dari sekedar rukun islam. Aku melihat sikap dan tingkah laku dalam hubungan dengan orang lain, dengan makhluk hidup lainnya, dengan benda mati juga dapat diartikan sebagai ibadah. Dimana setiap kata-kata dan perbuatanku yang tulus menyenangkan orang lain, membawa dampak tulus yang baik untuk orang lain adalah juga ibadah. Dan bagiku besar atau sedikitnya pahala yang terkandung dalam setiap ibadah adalah sepenuhnya milik Allah, demikian pula untuk besar atau sedikitnya dosa.

Demikian pula dengan puasa, aku melaksanakan puasa terutama bukan karena ajaran agamaku mewajibkan diriku harus berpuasa. Aku sebisa mungkin berusaha untuk melihat anjuran untuk berpuasa ini diluar artian yang selama ini ditanamkan kepada umat muslim bahwa puasa merupakan kewajiban yang harus dijalankan, kalau tidak mau dibilang berdosa. Aku ingin melihat hikmah puasa selain yang selalu diajarkan oleh para guru agama maupun ustad bahwa dengan berpuasa dapat merasakan penderitaan orang miskin, menjadi orang yang lebih sabar dengan belajar menahan nafsu, mendatangkan pahala dan sebagainya. Memang, itu semua merupakan alasan yang baik. Tapi, mungkin itu tidak cukup bagiku.

Menurutku, sedikit terlihat dan terdengar mengada-ngada apabila untuk merasakan penderitaan dan kesusahan orang miskin hanya diwajibkan setaun sekali yang artinya dalam sebelas bulan lainnya penderitaan dan kesusahan orang miskin EGP aja ah alias Emang Gue Pikirin. Bagaimana bisa merasakan penderitaan dan kesusahan orang miskin kalau diriku belum sepenuhnya bisa mengenal diriku sendiri? Bagaimana bisa meminta maaf dan memaafkan orang lain, kalo hati kecilku tidak pernah dapat mengenali kesalahan yang ada di diriku dimana orang lain dapat melihatnya? Bukankah itu hanya sekedar lip service saja?

Juga sama mengada-ngadanya bagiku anjuran beribadah puasa dan sholat untuk berlomba-lomba pahala yang dilipat-gandakan di bulan suci ini. Berpuasa maupun ibadat lainnya yang aku jalankan adalah semata-mata karena Allah, karena aku ingin memberikan hadiah penghormatanku kepada Allah, karena aku ingin menunjukkan rasa sayang dan cintaku kepada Allah. Semata-mata bukan karena aku merasa itu kewajibanku sebagai umat muslim, semata-mata bukan juga karena aku ingin mendapatkan pahala ataupun ingin masuk surga. Aku tidak ingin merasa terpaksa dalam menjalankan apapun kegiatan yang bersifat pribadi bagiku termasuk beribadat atau cara diriku ini dalam berkomunikasi dengan Tuhan, sama halnya aku pun tidak ingin menuntut Tuhan untuk memberikan imbalan ataupun pahala bagiku atas setiap perbuatan yang aku lakukan.

Hikmah yang aku dapat dalam menjalankan puasa karena rasa cinta kepada Allah, akan dapat lebih me-manusia-kan diriku ini. Sebagaimana normalnya manusia, karena cinta maka diriku menjalankan puasa dengan sepenuh jiwa raga tanpa meminta imbalan atau tanpa ada alasan apapun dibelakangnya. Hal ini pula yang bisa menolongku untuk melihat dan bergaul dengan sesama manusia tanpa ada 'azas manfaat' atau 'konsep untung rugi' maupun 'prinsip barter' yang dimana akhirnya anjuran untuk saling maaf memaafkan bukanlah lagi hanya merupakan sekedar lip service saja.