Malam Tahun Baruan-nya Vie, Dali dan Zahra

Tiga tahun menjelang 2009, gw merayakan malam tahun baru di negeri orang. Malam baru menyambut tahun 2007 sih sebenarnya tidak bisa dibilang merayakan. Malah masih jelas teringat di benak, gw sangat miserable at that time harus ber-malam tahun baru sendirian di Singapura karena gw lagi ada job training sebelum gw dinyatakan 'legal' untuk bekerja disana.

Tidak mau terus menerus larut dalam ke-BETE-an, gw pun ikut terhibur dapat menyaksikan dan merasakan kebahagiaan orang-orang beserta keluarganya yang tertawa riang tenggelam dalam kemeriahan suasana perayaan malam tahun baru di sepanjang jalan Orchard Road. Waktu itu, dalam hati gw bertekad suatu hari dapat membawa Dali dan Zahra untuk turut menikmati suasana meriah di sini, di Orchard Road, Singapura.

Malam menjelang tahun baru 2008, tak terasa tekad gw untuk membawa Dali dan Zahra menikmati malam tahun baru di Singapura dapat tercapai. Kondisi keuangan yang masih lumayan tebal setelah giat menabung hasil jerih payah bekerja di Singapura selama setahun membuat diriku dapat membawa ke dua anakku datang ke Singapura untuk menikmati suasana natal terang benderang dihiasi banyak sekali lampu-lampu yang cantik disepanjang jalan negeri Singa ini, sesuai dengan tema yang selalu diusung negeri ini setiap natal datang, Christmas Light Lattern. Tidak hanya sekedar menikmati cantiknya suasana natal di sini, Dali dan Zahra pun dapat sekalian mengalami meriahnya perayaan tahun baru. Kali ini, perayaan tahun baru di Singapura tidak lagi terasa sepi. Kehadiran ke-dua anakku tercinta membuat suasana malam tahun baru semakin meriah.

Malam menjelang tahun baru 2009, sisa tabungan dolar Singapura-ku masih membuat gw sanggup merencanakan untuk menghabiskan malam tahun baru di negeri orang lagi. Kali ini, sasaran kita adalah negara Malaysia. Selain lebih murah dan sesuai dengan budget yang tersedia, anak-anak ingin sekali mengunjungi Genting Highland. Seperti biasa, seorang Ibu selalu mengusahakan yang terbaik buat anak-anaknya selagi mampu. Maka berangkatlah gw dan anak-anak ke Genting Malaysia untuk menghabiskan malam tahun baru-an disana.

Malam menjelang tahun baru 2010, kali ini gw memutuskan untuk merayakan pergantian tahun di negeri tercinta, Indonesia, tepatnya di Jakarta, lebih tepatnya lagi di rumah nyokap di Cempaka Putih. Beberapa hari sebelumnya, anak-anak memang sempat bertanya kemana kali ini gw membawa mereka merayakan malam tahun baru.
Ketika mendengar jawaban gw, Zahra spontan bertanya mengapa kali ini 'cuman' di Jakarta aja, di rumah lagi, ga kemana-mana, keluhnya. Sebelum diriku sempat menjawab, Dali terlebih dahulu menjawab seakan-akan mewakili diriku dengan menunjukkan kedewasaannya dengan berkata,"Dek, kalau begitu tandanya Mami lagi tidak punya uang...Inget dong kalau sekarang Mami sudah bekerja di Indonesia...Itu siapa yang minta?? Dedek kan?? Ya uang mami udah ga banyak lagi dong seperti waktu Mami kerja di Singapur."
Seperti biasa, si dedek tidak mau kalah dengan menjawab,"Tapi kan masih ada tabungan dolar Singapura-nya Mami."
Lebih tak mau kalah, Dali pun menangkis jawaban adiknya dengan,"Ya udah habis lah...memangnya dedek kira gaji Mami banyak kerja di Yayasan?? Pasti tabungan Mami kan terpakai."
Kali ini si dedek bertanya kepadaku,"Bener kata bang Dali, Mami?"
"Iya dek...Mami lagi bangkrut neh...tapi alasan utama Mami mau merayakan tahun baru di rumah aja karena Mami pengen barbecue-an dengan Amira dan Aira (Nama kedua keponakan baruku yang masih berusia 6 bulan dan 4 bulan)."

Syukur-nya tidak ada keberatan lebih lanjut dari Zahra. Malah anak perempuan dan abangnya terlihat paling antusias menyiapkan keperluan bakar-bakaran untuk malam tahun baru, dari ikut berbelanja daging dan keperluan lainnya di carrefour, ikut mengipas-ngipas arang, sampe paling semangat menghabiskan menu barbecue-an yang tersedia malam itu:)

Ah...sepertinya...mau di Singapura-kah, di Malaysia-kah, atau hanya sekedar di rumah saja di Jakarta ini...asal ada ke-dua anakku itu, perayaan malam tahun baru akan selalu berkesan bagiku:)