Ibu Kartini pun Tersenyum Bahagia
Wah ga terasa udah mau tanggal 21 April, hari Kartini. Emang seh, semenjak menginjak bangku sekolah menengah pertama sampai telah berada di dunia kerja, greget-nya hari Kartini tidak begitu terasa lagi. Mungkin karena gw tidak lagi secara langsung ikut berpartisipasi dalam acara dan juga sekarang ini kegiatan perayaan untuk memperingati hari kelahiran Ibu Kartini tidaklah semeriah lagi seperti halnya jaman SD dulu yang diramaikan oleh berbagai macam lomba seperti lomba peragaan busana daerah, lomba mengarang bertemakan Ibu Kartini dan yang pasti tidak ketinggalan dan juga menjadi favoritnya Vie yaitu lomba menyanyi he..he..
Maseh tercetak dengan jelas dalam ingatan, betapa getolnya gw untuk ikutan lomba peragaan busana daerah. Benernya seh bukan karena lombanya, tapi getolnya itu lebih disebabkan euforia kapan lagi gw bisa tampil cantik dan manis pake di-dandan-in lagi terutama bagian ber-bibir merah yang menjadi my favorite he..he...
Getolnya gw yang kedua adalah gw suka banget melihat diri gw dalam balutan baju daerah, terutama kebaya. Bukan hanya sekedar suka banget, tapi juga ketakjuban melihat diri sendiri di depan cermin yang selalu dirasakan setiap kali Vie mengenakan busana daerah dan kebaya. Aura feminin Vie langsung lebih kental terlihat, simbol sebagai 'perempuan Indonesia' tergambarkan dengan jelas dan sempurna ceileee....
Yah itu seh perasaan gw loh..sah-sah aja kan :)
Namun, semenjak mempunyai anak-anak yang telah duduk di bangku sekolah dasar, gw kembali merasakan 'greget-nya' hari Kartini melalui kegiatan peringatan yang diselenggarakan oleh sekolah Dali dan Zahra. Seperti kembali mengulang masa lampau, Dali dan Zahra sama-sama memilih berpartisipasi dalam lomba peragaan busana daerah. Well, What can I say but like mother like children :)
Tapi sebenarnya peringatan hari Kartini mempunyai arti yang jauh lebih luas dan 'dalam' daripada sekedar seharian mengenakan busana daerah ataupun berpartisipasi dalam berbagai macam lomba.
Bagi gw, setidaknya, hadirnya hari Kartini setiap tahunnya sebagai 'reminder' atau mengingatkan kaum wanita untuk tidak menyia-nyiakan dan menyalah-kaprahkan esensi dari makna kalimat 'emansipasi wanita' yang telah diperjuangkan oleh Ibu Kartini sepanjang hidupnya.
Di abad ke-21 ini, seperti halnya yang terjadi pada sebagian besar negara di dunia, Indonesia terutama kota-kota besar seperti Jakarta, apa yang diperjuangkan oleh Ibu Kartini yang dikenal sebagai emansipasi wanita ini boleh dibilang sudah menjadi kenyataan. Dibuktikan dengan kaum wanita telah banyak yang memiliki gelar pendidikan setara dengan kaum pria bahkan ada yang melebihi. Akses pendidikan dibuat dengan mudah dan dibuka selebar-lebarnya untuk kaum wanita. Begitupun halnya dengan pekerjaan. Hampir semua macam lapangan pekerjaan telah ada partisipasi makhluk wanita di dalamnya, walaupun mungkin jumlah pekerja pria lebih dominan dibandingkan populasi wanita, tapi setidaknya hal ini sudah menjadi tanda bahwa tidak ada yang tidak dapat dilakukan oleh wanita. Banyak wanita yang juga telah menjadi pimpinan usaha-nya sendiri, bahkan seorang wanita juga pernah memegang puncak pimpinan pemerintahan tertinggi di Indonesia. Mudah-mudahan semua kemajuan dan pencapaian yang dilakukan oleh kaum-ku ini akan membuat Ibu Kartini dapat tersenyum bahagia di alam sana.
Lo yakin Vie, Ibu Kartini tersenyum bahagia di alam peristirahatan-nya? Yakin banget, bahkan saat ini tergambar di benak gw dengan jelas seraut wajah teduh milik seorang ibu yang dikenal dengan nama khas wanita jawa, Kartini, yang berhiaskan senyum manis dibibirnya walaupun sedikit ternoda oleh raut kecemasan yang terlihat dari sedikit kerut di pelipis dahi-nya dan dari pancaran sinar mata-nya.
Hm...kenapa selalu ada kontra versi atas semua kejadian? Mungkin benar kata pepatah bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini dan bahwa kesempurnaan hanyalah milik Sang Maha Pencipta.
Kenapa sang Ibu terlihat cemas? Apa lagi yang dikhawatirkan olehnya? Bukankah apa yang telah menjadi impiannya, yang telah diperjuangkan olehnya telah tercapai?
Sang Ibu bahagia sekali tetapi juga merasa cemas melihat makna emansipasi wanita Indonesia terkontaminasi oleh emansipasi wanita ala dunia modern. Emansipasi wanita yang diidamkan oleh Ibu Kartini adalah emansipasi wanita yang tetap mengingat kodrat yang telah digariskan oleh Tuhan khusus untuk wanita, dimana selain berprofesi sebagai wanita pekerja atau wanita yang berkarir professional istilah kerennya, kaum wanita juga mempunyai profesi dan posisi lain sebagai seorang istri untuk seorang laki-laki dan seorang ibu dari anak-anak yang membutuhkan kasih sayang dan bimbingannya. Ibu Kartini yang juga seorang perempuan Jawa tentunya sadar dan menghormati sekali ketentuan Tuhan ini. Begitu banyak-nya profesi dan posisi yang dianugrahkan oleh Tuhan kepada kita, kaum perempuan. Menunjukkan bahwa Tuhan sangat sayang dan mengistimewakan kaum wanita sekaligus menaruhkan kepercayaan-Nya yang sangat besar kepada kita, kaum wanita.
Sayang sekali, ada beberapa dari kaum kita (kalau tidak mau dikatakan banyak) yang memandang lain makna dari kodrat wanita ini. Biasanya mereka yang sudah dirasuki oleh pikiran-pikiran feminisme ala dunia modern yang dianut oleh negara-negara barat sana. Feminisme yang malah memandang kodrat wanita sebagai pembatasan hak kaum wanita. Feminisme yang menurut gw salah kaprah. Feminisme yang walaupun mendorong peningkatan jumlah wanita yang bertitel wanita karir, akan tetapi di lain pihak juga mendorong peningkatan jumlah perceraian.
Loh Vie, lo kok seakan-akan membuat kaum wanita sebagai pihak nomer satu penyebab hancurnya sistem dan ikatan rumah tangga di Indonesia? Emangnya ga ada kontribusi pria dalam hal ini?
Pasti adalah ! Tapi kembali lagi ngapain juga kita ngomongin dan ngebahas sesuatu yang diluar kendali kita. Kaum pria adalah entitas lain dalam sistem kehidupan ini. Mereka mengendalikan diri mereka sendiri, jadi satu-satunya yang bisa kita kendalikan adalah diri kita sendiri, kaum kita, kaum perempuan.
So, feminisme yang menurut gw salah kaprah ini, feminisme yang mengingkari kodrat wanita adalah suatu pola pikir hiperbola dengan rasa ke-egois-an dari seorang wanita. Pola pikir hiperbola dimana seorang wanita dengan posisi karir gemilang dengan self-pridenya yang over dosis mengatakan bahwa dunia telah ada berada dalam genggamannya,seorang wanita yang merasa dirinya sangat independen. Bagi gw seh tidak lebih dari seorang wanita yang bodoh.
Loh kenapa begitu Vie?
Tidak-kah disebut bodoh apabila ambisi pribadi lebih mengalahkan akal sehat dan intuisi sebagai seorang wanita?
Apabila gw mempertanyakan independensi mana yang dimaksud, dan ternyata independensi yang dimaksudkan itu ujung-ujungnya adalah uang yang tidak menjadi masalah. Hm..bukankah hanya orang yang bodoh yang membiarkan dirinya dikendalikan oleh uang dengan berpendapat apapun bisa dibeli dengan uang, dan maseh menganggap dirinya sudah independen?...OMG
Dan bukankah hanya orang yang bodoh yang maseh berpola pikir seperti para majikan di masa perbudakan?
Tidak-kah tepat disebut bodoh kalo kaum wanita yang selama ini mengagungkan kesamaan jender antara pria dan wanita malah akhirnya kaum wanita yang melecehkan prinsip itu sendiri dengan berperilaku merendahkan kaum pria dengan mengacuhkan rumah tangga, suami dan anak-anaknya?
Setiap hidup ini pasti ada unsur dan hal lain yang membatasi. Suatu batasan yang dimaksudkan untuk tujuan baik. Agar kita tidak melenceng dari tujuan awal kehidupan ini yang sebenarnya telah ditetapkan oleh Tuhan kepada kita semenjak kita dilahirkan ke dunia ini.
Maseh banyak lagi yang dapat gw tuliskan akan tetapi gw dibatasi harus segera siap-siap untuk berangkat ke kantor. Kalau tidak ada kesadaran akan batasan ini, akibatnya gw bisa terlena terus menulis, akhirnya terlambat ke kantor, pekerjaan untuk hari ini yang seharusnya dapat terselesaikan tidak akan maksimal, pasti dunk gw akan dimarahi oleh boz yang bisa-bisa nanti gw terkena ancaman pemutusan hubungan sepihak :)
So, mudah-mudahan Ibu Kartini suatu saat nanti akan bisa 100% tersenyum lebar nan bahagia 'melihat' kaumnya yang berpola pikir modern tetapi tetap mengingat dan sadar akan kodratnya sebagai wanita:)