Mengapa Vie Menginginkan Suami?



Why do I want a Husband? Iya ya....apakah diriku masih membutuhkan seorang suami?

Apakah benar diriku masih membutuhkan seorang pendamping hidup? Apakah diriku masih mau mencoba lagi? Seperti kata anak-anakku,"Kita ga apa-apa sih mami menikah lagi. Tapi nanti ayah baru mau ngapain, Mami? Secara kan Mami selama ini bisa melakukan semuanya sendirian dan kita pun tidak mengeluh kok".

Selama lebih dari 6 tahun menjanda ini, memang mungkin belum saat yang tepat bagi diriku berjumpa dengan "Mr Wonderful",seseorang yang diriku nilai sangat layak untu dijadikan calon suami. Kesannya Vie menjadi too picky ya, pake ada kriteria layak atau tidak layak. Padahal kan peluang dan pilihan bagi seorang janda dengan anak seperti diriku ini kan tidaklah luas. Tapi yah boleh2 aja toh....sapa sih yang mau gagal untuk ke-dua kalinya? Kalo bisa kan seoptimal mungkin harus aku hindari.

I have no complain at all why I don't meet this Mr Wonderful yet. Karena sadar kalo diriku ini juga tidak mencari dengan sengaja kok. Se-ketemunya ada. Lah kok jadinya pasrah begitu yak? Allah kan menyuruh kita manusia untuk berusaha. Well, dengan bekerja di luar rumah, bertemu orang baru, berteman adalah merupakan suatu 'usaha', begitulah diriku menanggapi pengertian dari 'usaha' ini. Walaupun tidak dengan sengaja mengusahakan untuk secepatnya mendapatkan si Mr Wonderful, diriku ini kadang membayangkan how much easier life would be if I had a partner. You know, a wonderful man to carry in the groceries when the weather is cold and rainy. Someone to pick up my children from school when I’m running late. A man to be my safety net if I lost my job. So wonderful imagination kan...makanya aku menjuluki si potential man itu dengan julukan Mr Wonderful...jiyahhhh he...he...

Kembali ke topik semula, Apakah diriku masih menginginkan seorang suami? Jika ya, mengapa diriku menginginkannya?



Aku menginginkan seorang pria untuk dijadikan suami agar ada seseorang yang memperhatikan, menjaga dan menyayangi diriku lebih dari sekedar teman, juga agar diriku mempunyai seseorang yang rela bekerja keras mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan aku dan anak-anak sehingga aku bisa nyante-nyante aja di rumah alias ga repot harus kerja lagi, terus supaya aku bisa membagi beberapa masalahku jadi kepalaku ga terus pusing apalagi menjelang pertengahan bulan he...he...

Tetapi, setelah aku membaca daftar alasan mengapa Vie menginginkan seorang suami ini, diriku malah terkejut. Wah ternyata betapa egoisnya diriku ini. Daftar alasan ini menunjukkan dengan jelas bahwa dalam suatu hubungan, diriku mengharapkan lebih banyak menerima ketimbang memberi. Padahal diriku paham bahwa suatu hubungan tidak akan berjalan dengan baik apabila satu atau dua orang yang menjalin hubungan tersebut maunya menerima mulu. However, no woman should marry a man soley for sanctuary or for security.

Pernikahan adalah suatu hubungan yang diberkahi oleh Tuhan. Dan kita menikah pun harus didasarkan dengan niat untuk mengasihi pasangan kita sampai kematian memisahkan. Yang artinya adalah sebanyak mungkin memberikan kasih tanpa syarat. Sebaiknya kita pun menyadari bahwa tidak seharusnya kita menyandarkan semua keinginan kita pada calon suami kita. Tidak tepat rasanya, karena dia pun manusia biasa seperti kita yang mempunyai keterbatasan. Hanya kepada Tuhan-lah kita menyandarkan semua keinginan itu. Karena memang hanya Tuhan yang bisa mengabulkan semua keinginan kita. Jadi, jika diriku masih menginginkan seorang suami, alasan yang tepat adalah karena diriku mencintainya, dan membutuhkan dalm hidupku bukan untuk alasan materiality. Tapi karena diriku meyakini bahwa dengan hadirnya seseorang kembali dalam hidupku, bisa membawa diriku menjadi seseorang yang lebih memahami kodratku sebagai seorang wanita,lebih menghargai hidup ini, memiliki keimanan yang lebih baik, kecintaan terhadap Tuhan yang semakin besar, dan lebih mengasihi sesama. Pendeknya, aku membutuhkan suami yang dirinya patut untuk kujadikan imam di dunia dan akhirat untuk diriku dan anak-anak. Amin:)