Perlukah Cinta di-Test?


Pada dasarnya ga ada orang, apalagi co, yang suka di test-test kayak gitu. Kesannya kan spt dicurigain. Kalo sampe gw berniat men-test cowok gw maka kemungkinan gw menyimpan kekhawatiran yang beralasan dan juga yang tidak beralasan atas hubungan antara gw dan pasangan. Tapi, terlebih dahulu gw selalu berusaha
meyakinkan diri bahwa kekhawatiran yang sedang gw rasakan hanyalah kekonyolan semata alias tidak beralasan. Dengan tetap sabar dan setia berada disamping gw dan menjalin hubungan dengan gw selama bertahun-tahun dalam suka duka, bagi gw sudah merupakan salah satu tanda kalo pasangan sayang ma gw, terlepas dari sikap pasangan yang gw rasakan semakin cuek akhir2 ini. Dengan masa pacaran yang bertahun lamanya, mungkin telah membuat pasangan merasa semakin nyaman ma gw jadi dia merasa ga perlu berpura2 lagi alias udah 'menjadi dirinya sendiri' yang istilah bekennya ga jaim lagi.

Waktu masa PDKT atau awal2 pacaran pasti setiap pasangan selalu menampilkan sisi diri pribadi yg terbaik dan juga selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi pasangannya, misalnya selalu menjemput atau selalu bersikap manis, ga cuek, dsb, karena ada rasa ingin memikat, memiliki atau mendapatkan seseorang yang lagi di-incer (kayak apa aja ya pake kata "diincer" he..he..) sehingga ga mungkin kan kalo di awal2 pacaran/PDKT sudah menampilkan sisi diri kita yang kurang baik...hmm..bisa2 lari deh pasangan kita sebelum jadian he..he..jadi wajar aja kalo 'dunia terasa indahnya' di awal2 masa pacaran atau PDKT tersebut.

Nah seiring berjalannya waktu, gw dan pasangan sudah saling mengenal kepribadian satu sama lain dengan lebih baik, maka akan semakin nyaman pula untuk menampilkan sisi gw yang sesungguhnya atau 'ini loh aslinya gw'. Juga karena pada dasarnya hanya sedikit orang yang bisa berpura2 dalam waktu lama menyembunyikan sifat aslinya. Tapi menurut gw seh, menampilkan sisi pribadi yang sesungguhnya ada bagus nya juga loh. At least, kita bisa tau apa cinta pasangan cukup besar untuk mau mengerti dan memahami juga menerima diri kita sesungguhnya.



Selain itu maseh banyak kemungkinan lain seperti mungkin pasangan lagi sibuk dengan keluarganya atau lagi konsen ma kerjaannya, etc.Lebih baik kita sebagai pasangan, coba untuk berpikir positif aja. Ngapain kita memusingkan diri sendiri dengan berbagai macam pikiran negatif yang belom tentu kenyataannya spt itu. Males banget kan ?
Dan coba jangan pernah untuk merasakan 'kenapa sih dia begitu, padahal gw kan udah berbuat banyak demi dia?', karena kesannya kamu jadi 'perhitungan' atau mengharapkan timbal balik yang rumusannya 'kalo aku begini ..dia juga harus begitu dunk...'.
Pikiran2 negatif seperti ini dapat membuat kamu dan pasangan merasa tidak nyaman dalam berhubungan. Kalo kita benar2 menyayangi pasangan, kita akan do best for him, tanpa mengharapkan dia akan berbuat yang sama. It's ironic how a person can be depressed if they still haven't found the one they love, when another person (us, for example) can be depressed with the person they (=we) love....aren't we stupid then?

Tapi kalo kita emang bener2 ga tahan pengen nge-test dia neh, bentuk test yang (menurut gw loh) bijaksana adalah just give him space and time to be alone. Karena bagaimanapun apabila dia emang bener2 syg ma kita dan juga kita bener2 syg ma
dia...'Love will gather us back again.'

"Bila kita sangat menginginkan sesuatu, biarkan dia pergi. Apabila dia kembali, berarti dia akan menjadi milik kita selamanya. Apabila tidak kembali berarti dia memang tidak akan pernah menjadi milik kita."

Love will lead you back in my arms again, katanya Taylor Dane:)

Oh ya satu lagi....Always listen to your heart because even though its on your left side, it tells you the proper things:)