Perselingkuhan & Perkawinan



I. Definisi Perselingkuhan
Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh tiga unsur:
1) saling ketertarikan
2) saling ketergantungan
3) saling memenuhi secara emosional dan seksual.

Perselingkuhan tidak selalu berarti hubungan yang melibatkan kontak seksual. Sekalipun tidak ada kontak seksual, tetapi kalau sudah ada saling ketertarikan, saling ketergantungan, dan saling memenuhi diluar pernikahan, hubungan semacam itu sudah bisa kita kategorikan sebagai perselingkuhan.


II. Tahapan Perselingkuhan
1) Tahapan ketertarikan, yang terdiri dari ketertarikan secara fisik atau pun emosional. Karena tertarik pada seseorang, mulailah kita bercakap-cakap dan menjalin hubungan dengannya.

2) Setelah itu, kita mulai merasa tergantung dengannya. Kita merasa
membutuhkan dia. Saat dia tidak hadir, kita merasa tidak nyaman,
sehingga kita mulai menanti-nantikan dia.

3) Setelah rasa ketergantungan, mulailah proses saling memenuhi.
Kita dengan dia merasa saling memenuhi kebutuhan emosional masing-masing.
Misalnya, yang satu punya problem dengan keluarganya, lalu diceritakan kepada rekan yang dapat memenuhi kebutuhan emosionalnya, dan terus berlanjut.
Biasanya, kalau ada unsur-unsur ini, hanya tinggal masalah waktu untuk terjadinya hubungan seksual antara kedua orang tersebut.


III. Macam Perselingkuhan
Pertama, yang terjadi secara temporer, yaitu yang disebut orang sebagai "jajan" atau "main-main perempuan / main-main lelaki".
Perselingkuhan jenis ini tidak melalui tahapan perselingkuhan.

Kedua, yaitu perselingkuhan yang terjadi secara permanen, dalam pengertian sudah ada jalinan atau kontak batin, ada saling bagi emosi satu sama lain. Perselingkuhan jenis ini tidak mudah diputuskan, karena pasangan selingkuh tersebut dicintai. Mereka benar-benar sudah menjalin hubungan yang intim dan akrab, sehingga untuk memutuskannya terasa sangat sulit sekali.


IV. Memulihkan Hubungan Yang Rusak Akibat Perselingkuhan
Perselingkuhan memang sulit untuk diputuskan. Menurut pendapat saya, hanya jika perselingkuhan itu sendiri yang retak (artinya, pasangan selingkuh itu memang tidak cocok), barulah perselingkuhan itu bisa putus dan si suami atau si istri kembali kepada pasangannya.

Jarang terlihat, seorang pria yang sudah menjalin hubungan di luar nikah, mau melepaskan hubungannya dengan pasangan selingkuhnya dan kembali kepada istrinya. Jadi, yang biasa terjadi adalah timbul keretakan antara hubungan selingkuh yang dijalin, dan mereka putus.

Perselingkuhan sulit diputuskan karena biasanya perselingkuhan dimulai dengan pernikahan yang sudah retak: ada masalah dalam pernikahan itu, ada kebutuhan yang tak terpenuhi, ada kekecewaan karena harapan yang tidak bisa dipenuhi.

Keretakan itu mengakibatkan kerawanan terhadap masuknya orang lain dalam
pernikahan kita. Sebab itulah, perselingkuhan tidak mudah diputuskan.

Biasanya perselingkuhan retak dulu, baru yang bersangkutan bisa kembali kepada pasangan nikahnya. Sekalipun mau kembali, hubungan dengan pasangan nikah sering susah dipulihkan, karena pernikahan itu sendiri sudah
tidak harmonis lagi.

Jadi, untuk memulihkan hubungan yang sudah retak karena perselingkuhan, memerlukan dua tahap penyelesaian :
1) Memutuskan hubungan suami istri / suami dengan orang lain.
2) Mengharmoniskan hubungan suami istri, saling refleksi, berusaha dan berdoa.

Kedua tahap penyelesaian tersebut bisa memerlukan waktu panjang. Sejak seseorang bertekad untuk putus dan berjanji kembali pada istrinya sampai benar-benar putus bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bisa lebih dari setahun.

Apalagi, bila yang bersangkutan belum yakin sepenuh hati untuk memutuskan hubungan dengan pasangan di luar nikahnya, waktu yang diperlukan akan lebih lama. Jadi persoalan semacam ini sangat kompleks.

Sebab itu, langkah terbaik adalah pencegahan. Jangan memulai terlebih dahulu. Kalau sudah mulai, pemulihannya susah. Jadi, langkah pertama adalah jangan
mencobanya.



V. Kategori Pernikahan Yang Rawan Terhadap Perselingkuhan
1) Pernikahan yang kering kasih sayang dan cinta.
Pernikahan bermasalah bila kebutuhan emosional dan seksual sudah tak terpenuhi dengan baik atau terganggu. Kebutuhan yang tak terpenuhi membuat kita secara tak sadar dan alamiah mencoba mencari pemenuhannya.
Jika pemenuhannya tak terpenuhi di rumah, dicarilah pemenuhan di luar rumah. Pernikahan semacam ini sudah tidak memiliki cinta kasih. Yang ada hanya hubungan formal sebagai suami istri yang diikat oleh pernikahan dan anak-anak. "Malu kalau bercerai, apa kata keluarga dan masyarakat?"

Sebenarnya kasih adalah pengikat pernikahan yang sangat kuat. Kalau kasih sudah luntur, ikatan pernikahan mudah lepas. Pernikahan bermasalah membuat suami istri frustrasi sehingga menimbulkan kemarahan, percekcokan tiada henti, perbuatan melukai hati pasangan dan koreksi (kritik) yang terus-menerus.

Dalam keadaan semacam ini, pasangan tersebut membutuhkan kelegaan, bagaikan tanah kering membutuhkan air yang sejuk. Waktu ada yang menyediakan dan meneteskan air yang sejuk itu, kita akan menyedot air itu dengan lahap.


2) Pernikahan yang tanpa adanya moral tanggungjawab di dalamnya.
Jika istri bertanya, "Jam berapa akan pulang", dijawab, "Jangan banyak tanya". Bila ditanya, "Mau pergi ke mana", dijawab, "bukan urusanmu". Sikap semacam ini adalah sikap tidak mau memberi pertanggungjawaban.
Tipe ini juga mencakup tidak ada pertanggungjawaban finansial, yaitu kita tidak tahu pendapatan suami atau istri kita. Suami istri harus saling tahu pendapatan masing-masing. Jadi, jika sebagian pendapatan keluar untuk perselingkuhan, pasangan akan tahu.
Awalnya, mungkin tidak ada rencana berselingkuh saat dia tidak mau memberitahu gajinya. Namun, sistem seperti itu memudahkan dirinya berselingkuh.


3) Pernikahan yang diisi dengan perilaku seks menyimpang, termasuk kecanduan seks.
Pada Orang yang mempunyai perilaku seksual menyimpang akan mempunyai ketidakpuasan apabila sang istri/suami dinilai tiadak dapat memenuhi kepuasan seksualnya. sehingga kemudian orang itu akan selalu menyimpan keinginan terpendam untuk memenuhi kepuasan seksualnya di luar dengan siapapun yang dapat memenuhi kebutuhannya itu, meskipun bukan dengan suami/isterinya sendiri.

Orang dengan kelainan seksual seperti ini tidak akan pernah menganggap dirinya salah, yang ada malah menyesalkan suami/istrinya yang tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya.
Karena itu, latar belakang yang tidak baik harus dikubur dan jangan pernah
dibuka-buka kembali. Seperti laiknya orang yang pernah menjadi alkoholik, tidak boleh mengatakan, " I am recovered alcoholic" (saya pernah disembuhkan dari alkoholik), tapi seharusnya "I am recovering alcoholic" (saya masih terus disembuhkan dari alkoholik).
Demikian juga dengan perilaku seksual yang menyimpang yang harus disembuhkan.


4) Pernikahan tanpa adanya kekuatan agama/iman kepada Tuhan, didalamnya.
Lika liku naik-turunnya kehidupan, seperti orang yang mengalami perubahan drastis dalam kehidupannya, misalnya kejatuhan ekonomi atau kehilangan pekerjaan dan kehilangan orang yang dikasihi ataupun popularitas dan kekayaan yang datang mendadak, apabila tidak ada kekuatan iman di dalamnya, akan dapat dengan mudah sekali tergoda rayuan perselingkuhan.

Perselingkuhan bisa menimpa siapa saja. Dan ternyata, menangkal pernik-pernik perselingkuhan tidak semudah yang kita duga, karena godaan yang cukup besar. Hanya iman kepada Tuhan, cinta dan kasih sayang terhadap pasangan dan keluarga, serta rasa sadar dirilah yang dapat menyelamatkan kita dari godaan 'Selingan Indah tapi Keluarga Tetap Utuh' ini:)