Cinta Seorang Ayah Tunggal


“Whattt…..c’mon Vie…ada-ada aja deh lo….am not in the mood for joke at the moment,”kata temanku yang kebetulan berstatus sama dengan status ku..hm..well..except..his sex is male….means that he is a single daddy….the most wanted single daddy in town ., that’s exactly what I mean he..he…
“I am not joking…I just really really wanna know…,” reply me….”Pleaseeee…pleaseee…,” reply me any further.
“Ok…ok…what do you want to know….and please stop making that not funny face anymore…,”that’s what my friend said to me.
“Ha..ha…I know you always can’t stand to see my innocent face,” I reply him with big smile on my ‘innocent’ face he..he..

Apa yang pengen diriku ketahui dari temanku itu- let’s say his name is James, yang berstatus single dad dari dua orang anak perempuan yang sebaya dengan umur anak-anakku, adalah bagaimana cara seorang single dad memberitahukan kepada anak-anaknya bahwa ‘that he is seeing someone’.
Temanku itu, James, single dad yang ditinggal kawin oleh istrinya untuk selama hampir 8 tahun ini, dan baru saja beberapa bulan kemaren berhubungan serius dengan seorang wanita dan segera akan melanjutkan ke tahap pernikahan.
Tak lama kemudian, James pun siap-siap untuk bercerita sedangkan diriku duduk manis bagaikan anak yang sangat antusias untuk mendengarkan dongeng dari orangtuanya he..he..Dan… kisah James pun dimulai…..:)

Sejak saat pertama menyandang status duda, saat itu pula diriku sering berkata bahwa diriku tidak akan lagi pernah berhubungan serius, apalagi menikah, dengan seorang wanita. Dan mungkin sama situasinya dengan yang lo punya Vie, hari-hari gw hanya disibukkan dengan urusan anak-anak, kerjaan, rumah, dan teman-teman yang umumnya berjenis kelamin laki-laki. But that situation changed for me in a heartbeat when Ifinally find someone whom I can envision saying “I love you” , a statement that may be difficult to fathom in my moment of singledom. Sejak saat itu, diriku telah menyadari, sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya diriku tidak bisa lantas egois hanya memikirkan kepentingan diri sendiri saja. Ada anak-anak yang perasaan dan pikirannya pun harus gw perhatikan. Lagipula, gw kan juga ‘satu paket’ Vie…dan ingat ga ma becandaan yang lo dulu sering bilang ke gw kalo kita lagi makan Kentucky,”Gw pikir-pikir ….kita ini beda-beda tipis ma paket Combo Kentucky ya James”,ha…ha…(James…James…bisa-bisanya masih keingetan ma candaan gw yang seperti itu)

Gw berusaha untuk selalu jujur dan terbuka ma anak-anak.Selain jujur, sebisa mungkin gw akan berusaha menjelaskan kepada anak-anak sesederhana dan ‘seindah’ mungkin. Bukannya berlagak sok romantic, tapi gw hanya berpendapat ketika diriku menggambarkan sesuatu dalam bahasa yang jujur, sederhana dan indah, maka secara tak langsung diriku pun mengajarkan kepada anak-anak bahwa rasa cinta antar lelaki dan perempuan dewasa adalah sesuatu yang indah, agung, dan berharga. Sehingga kelak, diriku pun bisa mengharapkan anak-anak tidak akan menyia-nyiakan cinta.

Gw pun tak lupa untuk menanyakan pikiran dan perasaan anak-anak
Gw melihat, kebanyakan orangtua tunggal enggan untuk menanyakan perasaan anak-anak mereka, lebih karena mereka takut untuk mendapatkan penolakan dari anak-anak akan kehadiran seseorang yang baru dalam hidupnya. Percayalah kalau anak-anakpun tentunya ingin orangtuanya bahagia. Apabila sebagai orangtua telah terbiasa mendidik anak dengan perhatian dan pelukan penuh kasih sayang, pikiran anak-anak yang polos tentunya berpendapat bahwa orangtua pun membutuhkan hal yang sama, membutuhkan perhatian dan pelukan menentramkan penuh kasih dari seseorang yang lain di masa-masa sulit.



Tentunya gw pun tak lupa untuk terus meyakinkan anak-anak bahwa meskipun ada seseorang baru di hidup kami, anak-anak pun tetap menempati posisi yang sangat penting di hidup gw. Mereka adalah permata hati yang tidak bakal pernah tergantikan oleh siapapun dan kapanpun di hidupku.

Biarkan anak-anak menentukan sendiri waktu yang tepat untuk bertemu dan berkenalan
Walaupun mereka masih kecil, gw tetap berusaha untuk memperlakukan mereka dengan menghargai mereka sebagai suatu individu yang mempunyai hak dalam menentukan sesuatu. Sehingga, niat menggebu-gebu untuk memperkenalkan anak-anak dengan si dia sesegera mungkin, mudah-mudahan tidak pernah terlintas di benak. Selagi menunggu, diriku pun berusaha untuk lebih memantapkan hubungan gw dengan si dia. Gw tidak ingin apabila anak-anak telah mengenal dan ikut jatuh cinta dengan si dia, lalu akan terluka apabila ternyata hubungan gw dan si dia tidak berjalan lancar. Jadi, gw sendiri tidak akan memperkenalkan anak-anak dengannya apabila gw belum merasa yakin dengan hubungan yang sedang gw bina ini. Selain itu, sedikit demi sedikit gw akan berusaha secara tidak langsung mengenalkan si dia ke anak-anak. Misalnya ketika sedang makan malam, gw akan mengatakan kepada anak-anak,” “You know what Sari said to me today? She said something really funny. She said that I have a chubby cheek like balloon:)”. By doing so, I try to make it emotionally easier for my children when the time to meet her comes. They will meet her with a sense of established trust, and children understand the language of laughter.

Dan satu hal lagi yang paling penting, jangan sampai kebiasaan-kebiasaan yang sering gw lakukan dengan anak-anak lantas jadi jarang lagi atau bahkan malah tidak pernah lagi dilakukan hanya karena gw merasa ingin selalu berjumpa dan menghabiskan waktu dengannya. Yang paling tidak ingin gw lakukan sebagai seorang ayah adalah mengecewakan mereka.

Mendengar temanku bercerita dan sekaligus melihat mimiknya yang terlihat sangat bersemangat penuh kasih saying ketika bercerita tentang anak-anaknya, sungguh membuatku terharu dan juga bangga pada temanku ini. Benar juga kata pepatah,” Any fool can be a Father, but it takes a real man to be a Daddy!!...And you are a really fine Daddy, my friend:)”