Tampilkan postingan dengan label Divorce. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Divorce. Tampilkan semua postingan

Bersih-Bersih Rumah Sebagai Salah Satu Metode Terapi Dampak Perceraian...Gratis Lagi:)


Salah satu penemuan tak terduga yang aku dapat di awal-awal masa paska perceraian adalah ternyata kegiatan bersih-bersih rumah dapat menolong diriku terhindar dari masa-masa 'divorce blues' loh. Ternyata, ada korelasi antara efek lingkungan sekitar dengan my state of mind.

Penemuan tak terduga ini menghasilkan kesimpulan bahwa sangat mungkin kegiatan bersih-bersih rumah dapat menolong diriku untuk melalui masa-masa sulit sesaat setelah perceraian terjadi. Dengan kegiatan bersih-bersih rumah ini seakan-akan secara tidak langsung, secara tidak sadar juga menolong diriku membuang 'emotional baggage' that I carry around since my divorce happened. Get rid of the clutter!Go through my old clothes; give those that I don’t need to someone who can use them or to a charity. Clean out my closets, open the windows on warm days, and feel a sense of renewal with every breath of fresh air I take.

Manusia sering kali luput untuk menyadari betapa banyak sebenarnya lingkungan sekitar dapat mempengaruhi psikis kita, baik negatif maupun positif. Kebanyakan pada masa-masa awal perceraian, energi dan emosi negatif lah yang sering menghampiri. Di tengah-tengah pergumulan emosional kita sendiri, kita merasa bahwa kita telah kehilangan kendali atas hidup kita sehingga hal yang paling sederhana tapi yang sepenuhnya seharusnya berada 100% di dalam kendali kita yaitu pekerjaan rumah tangga saja sering tersisihkan. Apalagi anak-anak atau pekerjaan akan semakin jauh tidak terpikir oleh kita di masa-masa awal perceraian. Menangisi nasib jelek yang sedang menghampiri dan mengutuk kesialan diri adalah satu-satunya hal yang menjadi pusat pikiran kita saat itu. Mengasingkan diri sendiri adalah satu hal favorit lainnya karena enggan bertemu dengan manusia lainnya, takut mendengar rasa simpati basa-basi yang terbayang akan keluar dari mulut orang lain, takut akan penilaian dari orang lain, takut akan dijauhi oleh teman atau keluarga, tidak tahan mendengar gosip-gosip yang mungkin beredar di luar sana, dan masih banyak keengganan-keengganan lainnya.



Namun, ada satu hal di dekat kita yang tidak mengenal semua itu. The good news is, housecleaning does not discriminate! Kita dapat menggunakan energi terpendam yang kita miliki, baik itu energi negatif seperti rasa sedih, cemas, khawatir, frustasi, dan mengubah energi negatif itu menjadi sesuatu hal yanag positif seperti menata ulang perabot ruang tamu, memetik bunga segar dan menaruhnya di dalam vas, dan banyak lagi hal lain. Just simply try to do whatever little and inexpensive things we can to make our home feel more inviting. Creating a peaceful atmosphere by organizing our surroundings and making them more aesthetically pleasing will not only help our state of mind, but it will give our children a sense of well being as well.


Aku sangat menganjurkan para orangtua tunggal untuk segera memulai lembaran hidup baru. Tidak pernah ada kata too early atau too late untuk membuat suatu perubahan yang positif dalam hidup kita. Terutama, sebagai orang tua adalah tugas kita untuk menciptakan 'rumah yang bersahabat' untuk anak-anak. Anak-anak tidak punya pilihan selain tinggal di lingkungan apa pun yang kita ciptakan. Ini adalah tugas kita untuk membuat lingkungan yang bersih, nyaman dan santai yang juga akan menolong untuk mengalihkan perhatian dan pikiran kita dari emosi-emosi negatif tadi. Organizing our surroundings will inevitably make it easier to organize our thoughts, focus on important tasks and priorities and begin looking ahead with a renewed sense of promise. Our children will benefit not only from the same renewed ability to concentrate and stay focused, but also from the positive changes they see in us. Nothing makes a child happier than the sense of security they get from living with a happy parent.

Perceraian Tidak Selalu Berakhir Dengan Permusuhan


Cerai atau kata sepakat untuk suatu perpisahan yang dicatat dengan bahasa resmi dalam sebuah akta, mungkin itu kata yang paling tepat.

Pernikahan yang telah dibina selama 4 tahun itu tak bisa gw pertahankan lagi. Walopun kami telah dikaruniai sepasang putra dan putri yang pintar dan menggemaskan. Apakah ada alasan lain dibalik segudang alasan klise lainnya yang membuat gw dan mantan
sepakat untuk tidak sepakat lagi dalam membina biduk rumah tangga?
Hanya kami berdua yang tahu.

Gw dan mantan bukannya tidak sadar akan keputusan yang kami ambil. Terutama saya sebagai pihak pertama yg berinisiatif mengajukan perceraian sepenuhnya sadar dan tanpa paksaan dari orang tua dan pihak mana pun, juga tanpa didasari oleh banyak alasan yang di buat2.
Tekad kami sudah bulat, tidak lonjong lagi. Cerai merupakan pilihan terbaik saat itu.

Lantas setelah semua berlalu, apakah kisah berikutnya yang harus dilakoni oleh gw dan mantan? Tentu ada konsekuensi yang harus kita jalani. Nah, siapa lagi kalau bukan sepasang anak kami. Ikatan resmi tali cinta bolehlah selesai. Namun perjalanan hidup buah kisah kasih kami tak boleh terhenti di tengah jalan.
Anak2 tetap membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua, dan semua embel2 kebutuhan hidup lain.

Inilah akibat dari sebuah perpisahan. Namun, gw dan mudah2an mantan dan pasangan barunya paham
betul akan konsekuensi perpisahan ini. Walau sudah tak berada dalam satu ikatan lagi, namun kami masih memikul tanggung jawab bersama, yakni kehidupan anak2. Tapi, benarkah cinta gw dan mantan terhenti hingga cukup sekian di sini?

Walau sudah bercerai, namun gw dan mantan masih tetap berkomunikasi
dengan cukup baik. Bahkan mungkin lebih baik dibandingkan dulu sewaktu masih menjadi pasangan suami istri. Hubungan kami kini seperti layaknya hubungan dua orang sahabat.

Rupanya inilah wujud cinta baru di antara kami. Gw dan mantan memang
sudah tidak terikat pernikahan, namun cinta sejati yang semestinya tumbuh dalam masa perkawinan, malah tumbuh lebih subur ketika kami tidak lagi berada dalam ikatan
pernikahan.

Selama ini publik selalu dipersepsikan bahwa mencintai seseorang tak harus memiliki. Justru saya menemukan anti-thesis dari quote tersebut. Cinta pasti memiliki. Memiliki tidak berarti bahwa gw harus menikah dengan orang yang gw cintai.
Memiliki dalam arti suatu pernikahan, itu hanyalah sekedar persoalan
administratif belaka. Dan bila cinta tidak sampai ke pernikahan, tak berarti cinta itu hilang.

Kalau gw mencintai seseorang, maka sudah tentu gw berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya. Tak ada kata tapi. Tak ada kata seharusnya begini dan begitu. Utuh tanpa syarat.

Makna yang lebih dalam, bukan hanya materi dan perasaan semata, gw pun harus
memberikan kepadanya kebebasan. Memberikan kepadanya untuk memilih
pilihan-pilihan yang dikehendakinya yang dapat membuat dirinya lebih bahagia, walaupun gw dan anak2 harus terluka karena pilihan yang dipilihnya.

Bunda Teresa pernah mengatakan, mencintai secara sejati adalah mencintai hingga terluka. Sekali memberi diri, cinta harus tuntas tanpa kembali. Karena setiap kali cinta diberikan, ada onggokan hati yang ikut tergali dari pemberi cinta.

Mencintai seseorang memang harus sepenuh hati. Tetapi patut diingat, hal itu tidak musti berlaku sebaliknya. Suatu anugerah bila cinta
yang kita berikan mendapat timbal balik dari orang yang kita dicintai. Kenyataannya, tidaklah selalu demikian.
Tapi sekali lagi, bukan berarti bahwa cinta itu harus pergi.

Satu contoh cinta sejati yang tak perlu diperdebatkan lagi, adalah cinta orangtua kepada anaknya. Orangtua manapun, pasti akan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya.

Bagi gw pun, hal tersebut diatas adalah sesuatu yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Dibalik rasa banyak kekhawatiran gw terhadap anak2, gw akan menyerahkan sepenuhnya kebebasan
hidup untuk anak2, seperti memilih pekerjaan yang cocok, karir yang dijalankan, dan tentu saja pasangan hidup yang diinginkan. Gw tak akan mengekang
keinginan-keinginan tersebut. Mengapa? Karena rasa cinta gw yang teramat
besar untuk Dali dan Zahra.

Cinta, pada akhirnya, memang hanya sebuah kata, tetapi beribu makna.
Orang yang memberikan cintanya secara utuh adalah mereka yang paling memahami makna tersebut.
Dengan adanya perpisahan , mudah2an gw termasuk dari sedikitnya orang yang benar2 bisa memahami makna sesungguhnya dari Cinta.