Iseng2 Nulis Cerita Romantis

Lana dan Ari adalah sepasang kekasih yang saling mencinta semenjak memasuki semester pertama masa perkuliahan. Hampir semua orang, baik dosen maupun teman-teman kampusnya berpendapat sama atas keserasian mereka sebagai pasangan, walaupun sebenarnya terdapat kesenjangan status sosial yang cuku[ tajam diantara mereka. Lana adalah anak tunggal seorang pejabat yang hidup serba berkecukupan, sedangkan Ari hanya seorang anak yatim piatu yang hidup sangat sederhana dengan kakak perempuan satu-satunya anggota keluarga yang dia punya yang hanya seorang ibu rumah tangga biasa dari seorang guru mengaji. Bahkan, tak sedikit yang meyakini kalau mereka akan segera menikah setelah lulus kuliah. Tidak banyak orang lain yang tahu, kalau Lana dan Ari juga harus rela berpacaran secara sembunyi-sembunyi karena tidak mendapatkan persetujuan dari orangtua Lana. Ari sadar tidak banyak yang dapat dia lakukan untuk mengubah keadaan ini selain berdoa dan berusaha untuk menyelesaikan kuliah secepat mungkin agar dapat mengumpulkan uang yang banyak sehingga dapat berdiri tegak dengan penuh kebanggaan dan percaya diri di hadapan orangtua Lana. Sebagai seorang pemuda yang berperasaan halus, walaupun kecewa dengan sikap yang ditunjukan oleh orangtua kekasihnya, Ari dapat sebagai orangtua tentunya mereka mengharapkan yang terbaik untuk Lana. Terlebih mereka dikaruniai seorang anak gadis yang cantik mungil berkulit kuning gading dengan wajah oval yang dipermanis dengan bentuk bibir yang selalu tersenyum. Selain bentuk fisik menawan, Lana juga dianugerahi dengan otak yang mempunyai tingkat intelejensia yang cukup tinggi, diatas rata-rata. Sehingga tidak heran, Ari yang hanya seorang pemuda dengan wajah dan tingkat kecerdasan biasa-biasa saja merasa sangatlah beruntung mendapatkan cinta dari seorang primadona kampus seperti Lana, seperti mimpi di siang bolong yang menjadi kenyataan. Seringkali diungkapkan perasaannya ini ke Lana yang selalu dibalas oleh gadis itu bahwa sebaliknya Lana lah yang merasa beruntung mendapatkan Ari karena Lana selalu merasakan keteduhan batin yang tak pernah dia dapatkan sebelumnya setiap memandang wajah Ari. Suatu penjelasan sederhana yang absurd, tapi mungkin itulah bentuk lain dari cinta yang kadang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata, dan hanya dapat dirasakan oleh hati yang mencinta.

Ari sangat menyayangi Lana. Tiap minggu, Ari selalu menuliskan satu surat pendek dengan serangkaian kata-kata indah yang mewakili perasaannya terhadap Lana yang dirasakan semakin bertambah besar seiring waktu yang berlalu. Dan Lana selalu tersenyum bahagia setiap menerima surat dari kekasih yang juga sangat disayanginya.
Ari dan Lana setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua yang tiada pernah ada kata bosan di dalam kamus cinta mereka walopun tidak terasa hubungan mereka telah memasuki tahun yang ke-empat.
Akan tetapi, beberapa hari belakangan ini Ari merasakan ada perubahan dalam sikap Lana. Tak seperti biasa, Lana terlihat menghindari pertemuan dengan Ari yang dulu sangat dinantikan oleh mereka berdua. Kekalutan sangat dirasakan oleh Ari, terlebih dia merasakan tidak melakukan apapun yang dapat menyakiti Lana karena bagi Ari, Lana adalah segalanya. Menyakiti Lana berarti menyakiti dirinya sendiri. Kecuali, Lana tidak menyukai rencana menikah yang diajukan oleh Ari beberapa hari kemarin. Teringat oleh Ari, Lana hanya terdiam setelah mendengar rencananya dan terus tidak mengucapkan satu patah kata pun sampai mereka berpisah. Ari bertambah kalut memikirkan kemungkinan ini yang dapat membuat dirinya kehilangan dirinya dan Ari tidak dapat berhenti menyesali kebodohan yang dilakukan olehnya.

Tidak ada yang abadi di dunia ini, begitupun juga dengan kekalutan yang berkecamuk di dalam pikiran dan hati Ari pun akhirnya terjawab. Satu surat elektronik yang dikirimkan oleh Lana diterima oleh Ari, tiga bulan semenjak Lana menghindari dirinya. Bagaikan petir di siang bolong, ketika Ari membaca bahwa Lana memutuskan untuk berpisah dengan Ari karena dirinya sebenarnya tidak benar-benar mencintai Ari seperti yang disangka oleh Ari dan kebanyakan temen-teman mereka. Lana yang sebenarnya adalah seorang gadis yang sangat mengerti bahwa dirinya dianugerahi kondisi fisik dan kepintaran dengan status sosial ekonomi yang mendukung. Lana mendekati Ari karena merasa dirinya tertantang untuk membuktikan apakah seorang pria dengan keadaan seperti Ari cukup berani untuk jatuh cinta kepada seorang gadis yang diluar jangkauannya. Apakah pria seperti Ari sama membosankannya dengan kebanyakan pria yang Lana kenal yang berkeadaan sama dengan dirinya.
Lana yang pembosan, mendapatkan suatu tantangan baru yang dapat membuat dirinya keluar dari kebosanan yang membelit dirinya. Setelah melakukan beberapa pengamatan secara diam-diam terhadap Ari, Lana pun menyusun beberapa rencana strategi yang ternyata hasilnya seperti yang telah dia duga. Seorang pemuda bernama Ari yang berstatus bagaikan" Langit dan Bumi" juga dapat dengan mudah jatuh kedalam pelukannya seiring datangnya kebosanan yang segera kembali melanda Lana. Dan tak ada yang dapat dilakukan kecuali memutuskan hubungannya segera dengan Ari. Tak lupa Lana tambahkan dalam suratnya bahwa menikah bagi dirinya adalah kehidupan baru yang harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan selain kebaikan hati yang dipunya, Ari terlalu miskin juga tidak begitu berprestasi sehingga Lana tidak dapat membayangkan akan adanya masa depan yang cerah pada diri Ari.
>
Selain patah hati dan sangat tersakiti oleh kalimat demi kalimat yang tertulis dalam surat Lana, Ari juga merasa dipacu semangat dan harga dirinya sebagai seorang laki-laki untuk membuktikan bahwa tidak seluruhnya semua penilaian Lana itu salah. Seorang laki-laki miskin yang tidak mempunyai kelebihan apapun kecuali kebaikan hati dan kemauan untuk bekerja keras juga dapat meraih kesuksesan. Karena bukan wajah yang rupawan ataupun kepintaran apalagi kekayaan semata yang menentukan kesuksesan, selain hanya Tuhan yang berkuasa penuh atas segala takdir manusia.
Semenjak itu, hanya belajar dan bekerja (selain beribadah) yang menjadi tujuan hidup Ari.Walopun dirinya berhasil lulus menjadi seorang sarjana dan bekerja menjadi seorang karyawan di salah satu perusahaan milik salah satu sahabatnya di kampus, tetapi di waktu senggangnya Ari tidak lupa ikut membantu urusan administrasi di koperasi mesjid dimana kakak iparnya bertanggung jawab sebagai imam.

Waktu berlalu dari tahun ke tahun yang lain, tekad baja di hati didukung oleh kepribadian jujur mempesona membuat Ari cukup dapat dibilang berhasil menjadi orang. Sahabatnya yang akan melakukan ekspansi usaha ke negeri tetangga, meminta Ari untuk memimpin induk perusahaan di Indonesia. Dibalik kebanggaan atas keberhasilan yang diraih, tidak ditampik Ari bahwa dia maseh tidak dapat melupakan perasaaannya terhadap Lana. Mungkin sebenarnya dia tidak sungguh ingin melupakan gadis cantik itu, Ari hanya sementara menepiskan perasaan itu dan menyembunyikannya di sudut terdalam relung hatinya dan mempusatkan seluruh perhatiannya cuman pada pekerjaan. Sehingga perasaan yang sesungguhnya tidak pernah hilang karena tidak pernah berniat untuk dilupakan akan mudah dimunculkan kembali ke permukaan. Apalagi setelah Ari menyadari, seberapa pahit rasa sakit yang dirasakan tidak akan pernah dapat mengurangi sedikitpun perasaan cinta yang dirasakan oleh nya hanya untuk Lana selain segudang rasa pengertian dan maaf yang melengkapi.

Suatu hari dengan rintikan hujan yang menyertai, Ari yang sedang santai di teras melihat sepasang orangtua yang terasa tidak asing, berjalan memasuki kompleks pekuburan yang terletak tepat di depan kantornya. Tentu sepasang orangtua itu tidak asing bagi dirinya, mereka adalah orangtua Lana. Ari sungguh sangat berterima kasih sekali lagi kepada Tuhan, karena telah mempertemukan dirinya secara tidak sengaja dengan orangtua Lana sehingga dia dapat menanyakan kepada mereka tentang Lana juga keadaan mereka, karena telah berulang kali Ari menelepon maupun mampir ke rumah mereka, tapi ternyata Lana dan orangtuanya tidak lagi bertempat tinggal disitu.
>
Dengan perlahan tanpa menghiraukan tetesan air hujan yang membasahi dirinya, Ari berjalan keluar memasuki kompleks perkuburan itu mengikuti arah langkah orangtua Lana sampai mereka berhenti pada satu makam yang berbatu nisan dengan gambar seorang gadis cantik yang Ari cintai seumur hidupnya. Makam Lana dengan gambar Lana yang tersenyum sangat manis seakan-akan dia menyambut kedatangan Ari dengan senyum yang dulu biasa dia perlihatkan setiap kali bertemu dengan Ari.
Disamping makamnya juga ditanamkan suatu kotak kecil yang berisikan kumpulan surat yang dulu selalu Ari tuliskan untuk Lana. Orangtua Lana memberitahukan kepada Ari bahwa sesungguhnya Lana sangat mencintai Ari. Hanya Ari satu-satunya pria dalam hidup Lana, selain ayahnya. Sejak kecil, Lana sudah mempunyai penyakit kelainan darah yang divonis oleh dokter bahwa Lana tidak akan pernah dapat melewati usia 20 tahun. Keadaan dirinya mengakibatkan Lana tidak mau terlibat urusan asmara dengan lawan jenisnya. Karena percuma, selalu itu alasannya. Akan tetapi, manusia hanya bisa berencana. Tak diduga, akhirnya Tuhan pun menumbuhkan perasaan yang sebelumnya selalu dia tepiskan kepada diri Lana. Begitu kuat perasaan itu, sehingga akhirnya Lana pun menyerah kepada cinta yang dia rasakan. Orangtua Lana mengatakan lebih lanjut bahwa sesungguhnya mereka tidak pernah melarang hubungan anaknya dengan Ari, tetapi Lana yang meminta mereka untuk bersikap demikian sehingga ada alasan yang dibuat Lana untuk meninggalkan diri Ari. Lana tidak pernah mau menceritakan masalah kondisi sebenarnya terhadap Ari karena dia ingin menciptakan sosok wanita sempurna selama berhubungan dengan Ari. Dia tidak mau Ari mencintainya karena lebih didominasi rasa kasihan. Penyakit yang makin parah mendekati ajalnya, membuatnya harus lama tinggal di rumah sakit yang menyebabkan dia tidak dapat menemui Ari sampai Lana akhirnya harus menyerah pada maut yang merenggut hidupnya. Hanya dua pesan yang dititipkan oleh Lana ke orangtuanya, selain ikut menguburkan surat2 Ari bersamanya juga satu pesan untuk disampaikan langsung kepada Ari jika sewaktu-waktu mereka bertemu. "Dan saya yakin, papa dan mama pasti akan bertemu dengan Ari suatu hari nanti. Tolong katakan kalau saya tidak pernah berhenti mencintainya dengan seluruh jiwa dan raga ini."

Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti, membasahi sekujur tubuh Ari bercampur dengan derasnya air mata yang membahasi pipi. Terdiam di depan makam gadis yang sangat dicintai olehnya, kenangan tentang Lana pun semakin jelas berputar di benak Ari.

>
> "Hatiku tidak pernah menyesal,
> semuanya hanya untukmu mengenai
>ketulusan hatiku dan dalamnya cinta ini
>beterbangan di dalam angin menuju langit
>mengharapkanTuhan membawa cinta ini
>melewati sungai kehidupan dan menembus
alam kediamanmu yang baru.
Apakah cinta ini bisa bertemu denganmu?
>Masa lalu seperti asap...
hilang dan tak kan kembali...
>hanya menambah kerinduan di hatiku akan
sosok dirimu yang kucintai dengan setulusnya hatiku"
>