Bercerai Atau Tetap Bertahan? Namun Ada Anak-Anak...


(Latar Belakang : Bangku Orangtua Pada Pentas seni Sekolah Dali)

Mrs B : Hai....saya Mrs B, mamanya Dani (nama disamarkan-red)
Vie : Hai...saya Vie, mamanya Dali
Mrs B : Anak kamu yang mana? Kelas 3B juga ya?
Vie : Iya..itu anakku yang nomer dua dari kiri...di barisan tengah itu..Itu yang lagi senyam-senyum dipotret..Anakmu yang mana? eh Dani kan tadi namanya?
Mrs B : Betul...Dani yang di barisan depan tuh..yang paling ujung kanan..btw, itu suami kamu ya yang lagi motret Dali
Vie : Oh bukan, papanya Dali lagi tugas di Medan. Itu abangku...omnya Dali..Kamu sama suami juga kesininya?
Mrs B : Sendirian kok
Vie : Iya sih...acara sekolah jam kerja gini, pastinya para bapak-bapak ga bisa dateng ya
Mrs B : Hm..aku malah ga tau papanya Dani lagi ada dimana ataupun lagi ngapain
Vie : Maaf...kamu bercerai?
Mrs B : Syukurnya enggak...mungkin belum...tapi kondisi kami lebih seperti sepasang orang asing yang dipaksa untuk tinggal dalam satu rumah...seperti acara apa tuh yang dulu pernah diputar di MTV
Vie : Yang sabar ya..
Mrs B : Gpp kok, udah biasa...udah ampir 3 tahun kayak gini..satu-satunya yang buat aku bertahan adalah Dani. Aku ga ingin Dani punya orangtua yang bercerai. Eh...kok jadi curhat deh .... maaf ya:)
Vie : Gpp...sekali-kali curhat perlu juga loh:)


Bertahan dalam pernikahan yang tidak lagi bahagia karena alasan adanya anak-anak, mungkin tidak lagi terdengar asing di telinga. Malah aku yakin banget hal itu menjadi alasan utama dalam mempertahankan perkawinan.

Tapi, jujur, mengapa diriku tidak pernah berpikir seperti itu sewaktu dulu memutuskan bercerai? Malah sepertinya, hal itu tidak pernah terlintas dalam pikiranku? Apakah aku salah bila seperti itu?

Bertahan demi anak-anak dalam perkawinan yang sudah tidak lagi sehat dan tidak ada rasa bahagia di dalamnya hanya akan lebih menyakitkan, tidak hanya bagiku tetapi juga bagi anak-anak. Lebih jauh, aku berpendapat, unsur-unsur positif dalam perkawinan seperti kebahagiaan,keharmonisan, kerjasama, saling menghargai, saling memahami sudah tidak ada lagi dalam suatu perkawinan yang bisa dibilang sudah 'bercerai' secara emosional walaupun legalnya belom. Unsur-unsur positif yang hilang ini dan digantikan oleh unsur-unsur negatif tidak hanya dirasakan oleh sang suami istri, tetapi juga oleh para anggota keluarga lain termasuk anak-anak. Children feel it, are confused by it, often blame themselves, are usually guilt-ridden and experience little peace in childhood.

Many unhappy couples think they should stay together for their children. This is entirely up to us, but be warned that at this point, we're not going to be in an ideal situation no matter what we choose to do. If we get a divorce, yes, our children will be in split homes. If we don't, our children may learn that marriage is an unhappy, miserable place to be. So, what are we going to choose then?

Saat itu, aku lebih memilih untuk bercerai. Yup, pada mulanya anak-anak mungkin akan berpikir bahwa perkawinan itu akan dijalani dengan banyak pertengkaran dan tangisan, ketidak bahagiaan yang berakhir dengan perceraian. Namun, saat itu juga aku berpikir, dengan perceraian aku juga bisa mengajarkan pada anak-anak bahwa walaupun aku tidak bahagia dalam perkawinan namun aku masih punya banyak pilihan lain untuk bahagia. Yang penting, aku sebagai manusia berhak untuk merasa bahagia. Dan sebagai orangtua, aku juga ingin anak-anakku tumbuh di dalam lingkungan yang sehat, tidak ada pertengkaran. Aku ingin mereka juga bahagia. I can teach them the reality that while marriage is intended to be happy and it can be but if it's not, they have the power to move on and be happy in other ways. If I can't work things out with my partner, it certainly isn't the end of the world. While there are plenty of fish out in the sea, perhaps I want to swim alone for a little while!

Perceraian dengan adanya anak-anak tidaklah suatu hal yang menakutkan. Hanya lebih dibutuhkan sikap kedewasaan kita dan pasangan sebagai orangtua untuk bertekad tetap memposisikan diri sebagai orangtua yang terbaik untuk anak-anak kita, apapun yang terjadi...meskipun harus bercerai. Perceraian walaupun secara fisik memisahkan antara salah satu orang tua dengan anak-anak, tapi tidak secara emosional. Orangtua yang memutuskan bercerai harus dapat menciptakan kerjasama yang harmonis dan sehat secara continously dan conciously yang mengutamakan dan mementingkan kebutuhan emosional dan psikologis anak-anak. That will be better for children than being raised in a war zone or in the silence and apathy of sleep-walking zombie through a dead marriage.

My life is what I make it and I can choose to stay in an unhappy marriage or I can choose to move on and find something that does make myself happy. Realize that I will never "stuck" anywhere I don't want to be and that I have the power to change the status quo. I don't have to stay in an unhappy marriage if I don't want to. Just that plain and simple!