Bertahan Dalam Perkawinan Yang Tidak Bahagia...Akankah Mungkin??



Menyambung tulisan aku sebelumnya yang berjudul "Bercerai Atau Tetap Bertahan? Namun Ada Anak-Anak", apabila seseorang memutuskan untuk bertahan daripada bercerai (yang telah menjadi pilihanku), mungkin alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangannya ada yang sama dengan apa yang dikatakan oleh Dr Randy carlson yang mengatakan bahwa ada 10 alasan mengapa seseorang lebih memilih untuk bertahan dalam perkawinan daripada bercerai, yaitu:

1. Karena Tuhan membenci perceraian.

2. Karena perkawinan adalah salan satu bentuk murni dari cinta Tuhan terhadap manusia sehingga tidaklah layak untuk dihancurkan.

3. Karena perceraian akan menyakiti keluarga yang kita sayangi, terutama anak-anak.

4. Karena kemungkinan perkawinan-perkawinan selanjutnya mempunyai resiko perceraian dan ketidakbahagiaan yang lebih besar daripada perkawinan pertama.

5. Karena perceraian sering mengakibatkan masalah kesulitan keuangan yang serius.

6. Karena perceraian menyebabkan keluarga bercerai-berai.

7. Karena perceraian dapat menyebabkan seseorang kehilangan segalanya.

8. Karena cinta yang hilang dalam perkawinan dapat diperoleh kembali apabila pasangan tersebut benar-benar berniat untuk mewujudkannya.

9. Karena perkawinan sangat baik untuk kesehatan.

10. Karena perkawinan akan membentuk karakter pribadi yang baik.


Jika Dr Randy Carlson menuliskan sebanyak 10 alasan untuk mempertahankan perkawinan, maka diriku ini berpendapat hanya ada 3 hal mendasar yang sangat perlu untuk diperhatikan dan diingat apabila sepasang suami-istri ingin tetap menjaga perkawinan mereka.

1. Anak-anak (pastinya!)
Pasangan yang memilih perceraian sebagai opsi keluar untuk kondisi ketidakbahagiaan yang mereka rasakan, memusatkan kebahagiaan diri mereka sendiri sebagai point utama. Mereka berpendapat bahwa apabila mereka tidak bahagia, walaupun bertahan dalam mperkawinan, maka ketidakbahagiaan itu akan menular kepada anak-anak.

Sedangkan bagi pasangan yang memilih untuk bertahan dalam perkawinan, berpikir dan berpendapat kebalikan. Mereka berpikir walaupun ini menyangkut hidup mereka, tetapi hidup dan kebahagiaan mereka bukanlah segala-galanya. Kebahagiaan anak-anak adalah yang menjadi pusat perhatian. The center of the universe should be our children's happiness.

Our children should be our highest priority. Perceraian orangtua yang menyebabkan perpisahan antara anak dan salah satu orangtua akan menyebabkan anak-anak menjadi tidak bahagia. Sekali lagi, staying married is about making choices that are not just about us.
We make the choices based on higher goals, and not on what makes us happy this moment.

2. Kebahagiaan
Everyone gets upset or angry and couples start feeling distant. But please be happy always. How To get happy? Just learn to make our own happiness. Please realize that it is not the job of our kids, our husband/wife, or any other person in the world to make us happy. Its all up to us to do that to assure our own happiness, no matter how difficult the situation around us.

3. Be positive always
Daripada terus memfokuskan pikiran pada hal-hal yang menjengkelkan, menyesakkan dada dan hampir meledakkan kepala, maka lebih baik dan berguna apabila kita merubah pandangan dan pikiran pada hal-hal atau sesuatu yang bersifat positif dan menyenangkan.

Well....emang sih teori mah mudah banget diucapkan tapi prakteknya widihhhh susah bangettttt. Namun, inget lagi deh kalo sepasang manusia yang tadinya saling mencintai tidak lantas tiba-tiba aja cinta bisa hilang begitu saja kan? Cinta 'berasa' hilang karena ya tadi itu gara-gara saling berkonsentrasi pada kesalahan pasangan. We only focus on what we dont like or dont want in our couple anymore.

So...to ease the positive feeling back again, jsut try to remember and grab the old feeling we had when we love and then got married for the first time...remember the joy and excitement....remember all the lovely and the sweetest moment. Feel the love back again into our soul.



At last, apapun ragam alasan yang mendukung keputusan sepasang suami-istri untuk bertahan dalam perkawinan, hendaklah sikap dewasa dan legowo itu beserta tekad yang kuat untuk tetap menjaga kelangsungan perkawinan harus tetap ada. Apabila dirasakan perlu untuk mendapatkan bantuan dari tenaga profesional seperti psikiater, maka carilah dan dapatkanlah! Jangan gengsi ataupun malu. Having the determination to re-connect, get professional assistance and stay together in a renewed commitment to marriage, that would absolutely be ideal. The entire family will benefit and the healing will be a blessing. We married for love, so then stay married for love. We can have a happy marriage, if we believe we can. Just keep be sure of that!