Tampilkan postingan dengan label Kiddo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kiddo. Tampilkan semua postingan

Dali and Zahra Goes to Medan:)


Alhamdulillah....setelah hampir 7 tahun ini, akhirnya aku berhasil membujuk anak-anak untuk menghabiskan liburan mereka dengan papa mereka di Medan sampai akhir minggu depan. Yah walaupun harus pake tahap 'negosiasi' (he...he...) alhamdulillah akhirnya anak-anak mau juga.

Cemburu ga Vie? Apalagi lo kan ga ikut, cuman sebatas mengantar aja kesana?

Cemburu ga ya???? Insya Allah sih ga lah, buat apa pake cemburu-cemburuan kalo itu tujuannya untuk kebaikan anak-anak. Memang Allah menitipkan anak-anak ini di rahimku untuk dilahirkan,tapi itu bukan lantas seakan-akan men-sahkan seorang ibu tunggal untuk mempunyai 'hak veto' atas anaknya.

Sekali lagi ini semua buat kebaikan anak-anak. Bagaimanapun mereka harus mengenal 'sebagian darah' yang mengalir di tubuh mereka. Mereka harus mengenal keluarga papanya. Untuk kemudian anak-anak dapat menerima atau tidak, itu adalah bagian lain dari proses, tergantung ke-intense-an komunikasi dan hubungan antara anak-anak dan keluarga papa mereka. Diriku hanya dapat 'membuka jalan' untuk itu, menjembatani silaturahim yang sempat buntu.



Selain untuk kebaikan anak-anak, dalam hal ini diriku juga bermaksud untuk memberikan kesempatan kepada papa mereka untuk menjalankan perannya dengan lebih mendalam sebagai seorang ayah. Diriku tidak mau berpikir,"Ah, mantan suami gw tidak akan bisa merawat anaknya dengan baik", karena diriku percaya kalau diriku meminta bantuan dan memberi kesempatan kepada papa mereka untuk menjalankan perannya sebagai orang tua, Insya Allah papa mereka kemudian akan menyadari bahwa ternyata dia juga bisa mengasuh dan mendidik anak-anaknya, menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya.

Dan hal ini juga secara tidak langsung akan mengingatkan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sang mantan terhadap anak-anaknya, tanpa adanya paksaan dari diriku dan rasa keterpaksaan dari dirinya. Apalagi setelah melihat dedek Zahra langsung meng-upload poto-poto dirinya bersama keluarga papanya wah....Alhamdullillah, mudah-mudahan akan terus berjalan seperti ini:)

Halo Allah......Ini Dedek Zahra Mau Minta Tolong


Allah Tersayang, ini dedek Zahra. Allah punya nomer telepon opung dan atok di surga? Dedek Zahra tidak bisa pergi ke surga karena dedek Zahra kan masih hidup, belum meninggal. Kata ibu guru, hanya orang mati yang dapat menemui-Mu di surga. Tetapi, dedek Zahra harus berbicara pada Allah.

Halo Allah, apakah nomer telepon surga tercatat di buku telepon kuning ini? Tetapi bagaimana cara mencarinya ya? Dedek Zahra harus berbicara dengan opung dan atok segera. Tolong dedek Zahra, ya Allah. Supaya dedek Zahra bisa bicara sama opung dan atok. Dedek Zahra mau minta opung dan atok untuk memarahi papa. Habisnya mami ga pernah marahin papa sih. Karena papa dedek Zahra nakal, papa enggak adil. Papa tidak sayang lagi sama bang Dali dan dedek Zahra. Selalu lupa dengan janji-janjinya terhadap bang Dali dan dedek Zahra. Bahkan yang paling parah, papa malah memberikan rumah dan mobil yang dulu ditempati oleh dedek untuk Tante 'X' dan dedek 'Y'. Juga papa tidak pernah mengajak kami berlibur bersama, padahal di poto fesbuknya papa pergi liburan ke Malaysia dengan keluarga barunya. Bagaimana bang Dali dan dedek Zahra mau sayang sama keluarga baru papa?

Allah, tolong dedek dong. Tolong beritahu dedek Zahra nomer telepon opung dan atok di surga. Dedek Zahra meminta bantuan Allah karena dari Ibu Guru Ngaji, dedek tahu Allah selalu dan sangat sayang sama anak kecil. Zahra kan masih anak kecil dan sebagai Tuhan, Allah pasti pengen dedek Zahra bahagia seperti dedek sayang sama mami juga sama bang Dali dan mau mami selalu bahagia.

Tolong kabulkan doa dedek, ya Allah. Amin


PS:
Ini catatan yang dibuat dedek Zahra sendiri waktu lagi 'ngambek' ketika papanya lupa lagi mengirimkan hadiah ulang tahun-nya entah untuk yang keberapa kalinya. Dedek juga meminta tulisannya dipajang di blog mami karena dedek tau banyak yang suka baca blog dan fesbuk mami. Maksud dedek, supaya para ayah selalu ingat untuk berlaku adil dan tetap sayang sama anak-anak kandungnya walaupun telah menikah dan mempunyai keluarga baru.

Pertanyaan Dan Pernyataan Dari Anak-Anak Tentang Presidennya


Pertanyaan ironis tapi lucu dari Dali,"Mami, tadi temen Dali bilang kalo utang negara Indonesia banyak banget ya? Terus kalo Presiden SBY udah ga jadi presiden lagi, berarti Presiden selanjutnya yang harus bayar utang ya? Kalo begitu, bang Dali ga mau jadi Presiden ahh, masak orang lain yg ngutang tapi Dali yang bayar, kan ga adil!"
Kalo dedek Zahra sih ga mau jadi Presiden karena dedek ga mau korupsi!

Seakan ga mau kalah ma si abang, dek Zahra pun 'sok' bertanya pula,"Zahra bingung deh mami kan katanya Presiden yg gaji itu rakyat, terus kok orang miskin kayak pengemis gitu bisa nge-gaji Presiden..oh patungan kali yak mami.Tapi kok presiden tega sih mami dibayarin sama orang miskin?Kenapa ga gratis aja?Apa presiden ...itu benernya orang miskin juga?Aduh dedek bingung nih"..(sama dek, mami jg bingung:)

Waktu jalan2 ke Museum Gajah, guidenya cerita ttg 'Ganesha' dan 'Burung Garuda' terus Dek Zahra nanya ke aku,"Benernya Burung Garuda itu nyata apa ga ya Mami? Kok di buku Kumpulan Binatang, ga ada ttg Burung Garuda, dan di kebun binatang juga ga ada, di Taman Safari juga sama ga ada. Terus kalo ga nyata, kenapa dijadikan lambang negara kita oleh Presiden ya Mami? Presiden Indonesia aneh aja ya Mami?"

Jangan Pegang 'Burung-nya' Nak...Ga Terbang Kok:)


'Azka, jangan pegang-pegang 'burungnya'!

Teriakan adekku melarang kebiasaan anaknya untuk memegang 'sang burung' menarik perhatianku. Terus terang, ini bukan pertama kali aku mendengar kaum ibu memperingatkan anak-anak mereka yang berjenis kelamin pria untuk tidak memainkan penis mereka. Kadang-kadang kelakuan sang para ibu ini membuatku tersenyum geli. Kira-kira apa ngerti ya anak-anak yang kebanyakan berumur dibawah 4 tahun itu? Dan tawaku pun tidak bisa aku tahan ketika diriku mendengar anakku yang cewek, si Zahra, berkomentar "Wah memangnya 'anu-nya' dedek Azka ada sayapnya ya? Mungkin dedek Azka takut 'anu-nya' terbang, tante?"...ha...ha...ha....

Aku pun mempunyai satu orang anak cowok dan syukurnya anakku tidak mempunyai kebiasaan seperti keponakanku. Tapi, kelakuan keponakanku yang memegang penisnya seakan-akan memang takut 'sang burung terbang' seperti katanya Zahra ha....ha...membuatku berpikir, mungkin sudah saatnya para ibu menambahkan satu aturan baru lagi khusus untuk anak-anaknya yang berjenis kelamin pria, yaitu JANGAN MEMEGANG SANG BURUNG he..he...

Aku ga becanda kok. Aku hanya berpikir mungkin satu aturan baru ini perlu untuk mencegah kebiasaan memegang penis ini menjadi kebiasaan yang permanen, yang terbawa sampai mereka beranjak besar. Apalagi para ahli psikologi anak pada umumnya mengatakan bahwa ini adalah saalah satu fase tumbuh-kembang yang normal, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku setuju sekali, tetapi jangan sampe kebablasan juga. Kebiasaan ini yang dipandang wajar-wajar saja dilakukan anak-anak balita, akan berbeda sekali menjadi 'menjijikkan' apabila para remaja maupun dewasa pria masih sering kedapatan melakukan kebiasaan ini. Jadi, masih menurutku, tidak ada salahnya kaum ibu mengatakan 'Jangan berbicara selagi makan', juga menambahkan "no hands in the pants" or "no touching your penis in public" ha..ha..

Tapi, mengapa ya kok kaum pria dari anak kecil sampai usia dewasa seneng banget memainkan sang penis? Have boys and men really been carrying this burden in silence for centuries? Could this be the answer to their constant hornyness? Wah, kayaknya hanya para pria neh yang bisa menjawab misteri sang penis ini:)

Selamat Ulang Tahun yang Ke-7...dek Zahra...:)


8 Februari 2010, Zahra ulang tahun yang ke-7. Wah tiba2 gadis kecilku ini udah berumur 7 taun aja. Waktu memang semakin cepat berjalan. Dua ribu tiga ratus empat puluh lima hari sudah dilewati Zahra terhitung dari hari kehadirannya di dunia ini, dan dua ribu tiga ratus empat puluh lima hari juga Zahra melewati ulang tahun nya tiap tahun tanpa kehadiran papanya, dimana awalnya Zahra maseh mengharapkan kehadiran papanya dan pasti dia akan menanyakan ketidakhadiran papanya. Seiring tahun berjalan, Zahra telah menjadi terbiasa tanpa adanya kehadiran papanya dengan tidak pernah terdengar lagi keluar dari mulut kecilnya pertanyaan2 rutin seperti 'apakah papa kali ini akan datang?' dan 'mengapa papa tidak pernah datang?' yang dulu selalu dia tanyakan di hari ulang tahunnya.
Khusus bagiku, seribu delapan ratus dua puluh lima banyaknya jumlah hari aku membesarkan Zahra seorang diri semenjak aku memutuskan untuk mengambil peran sebagai orangtua tunggal bagi ke-dua anakku.

Alhamdulillah, tidak ada kesulitan berarti dalam mengasuh dan mendidik Zahra. Sepertinya Zahra sangat memahami kondisi maminya. Mungkinkah karena Zahra menikmati ASI ku sampai hampir berumur 3.5 tahun sehingga ikatan yang terbentuk antara aku dan Zahra menjadi terlalu kuat? Mungkin saja, tapi yang jelas Zahra selalu menjadi 'Garda Terdepanku' dalam menghadapi siapapun dan apapun yang mencoba untuk mengganggu dan menyakitiku. Papanya dan mantan pacarku sudah pernah merasakan 'kejutekan' Zahra dan menjadikan mereka tercatat sbg salah satu korban Zahra he....he....

Tidak hanya menjadi 'Garda Depan', Zahra juga sangat kooperatif dalam makanan alias Zahra tidak terlalu milih makanan dan sangat gemar makan he...he...;tidak pernah takut ke dokter malah Zahra paling gemar ke dokter gigi; Zahra mempunyai kemampuan bersosialisasi yang baik dimana Zahra sangat suka sekali berteman, juga bertemu dan berkenalan dengan orang baru tidak peduli tua atau muda, kaya dan miskin, anak2 atau dewasa, laki-laki maupun perempuan. Aku juga sangat kagum sekali melihat sikapnya yang oke-oke aja makan nasi dengan lauk kerupuk dan kecap, duduk di lantai semen yang banyak semutnya, dan berpeluh karena kepanasan ketika kami mengunjungi salah satu kerabat saat lebaran tahun lalu. Zahra malah terlihat sangat menikmati bermain dengan anak-anak kecil di lingkungan rumah kerabatku itu. Harus diakui, beda sekali dengan abangnya, Dali, yang terlihat tidak begitu menikmati kunjungan kami tapi Dali ga berani bilang buat minta cepat pulang...takut ma omelan aku he...he...

Adapun satu hal yang paling membuat aku bangga adalah ketika Zahra lulus test ujian masuk SD padahal usianya baru hampir menginjak 5 tahun saat itu. Selesai menamatkan playgroupnya, Kepala Sekolah menyarankan kepadaku agar Zahra langsung duduk di TK B krn dia sudah bisa membaca, menulis dan berhitung sederhana di usia 3 tahun. Aku menanyakan apakah tidak terlalu cepat dan bagaimana dampaknya terhadap Zahra? Kepala Sekolahnya menilai Zahra sangat dapat mengikuti pelajaran di TK B dan malah dikhawatirkan dia akan bosan di TK A, krn ternyata Zahra pernah dan seringkali protes ma guru playgroupnya. Protes Zahra,"kok sekolah cuman nyanyi, makan, gambar, main aja ...kapan membaca dan berhitungnya, bosen!". Dari perilaku, Zahra tidak nakal malah lebih bersifat mengemong temen2 sekelasnya. Hal itu aku tidak heran krn Zahra memang suka sekali berteman dan cenderung menjadi pihak yg mengalah. Secara fisik, postur tubuh Zahra yang montok membuat dirinya terlihat sama besar dengan anak2 di kelas TK B. Karena pertimbangan itulah, Kepala Sekolah memutuskan Zahra untuk langsung duduk di TK B. Aku pun ikut saja dgn keputusan pihak sekolah karena aku pikir pihak Sekolah tahu yang terbaik buat pendidikan anakku.

Baru 20 minggu duduk di TK B, Zahra diprotes oleh para ibu teman playgroup Zahra. Para ibu itu memprotes kebijakan Kepala Sekolah. Walopun Kepala Sekolah telah menerangkan kebijakannya, para ibu itu tidak mau tau. Mereka mengancam akan mengeluarkan anak2 mereka apabila Zahra tidak dikembalikan ke kelas TK A. Akhirnya, Kepala Sekolah merevisi keputusannya dengan mengembalikan Zahra ke kelas TK A. Aku sangat mengkhawatirkan kondisi psikologis Zahra. Aku sangat mengkhawatirkan perasaan Zahra yang harus turun kelas apalagi setelah Zahra terlihat menikmati dan dapat mengikuti kelas barunya di TK B. Menurutku pihak sekolah sangat tidak bijaksana dengan langsung mengkomunikasikan hal ini ke Zahra, tanpa pemberitahuan ataupun berunding terlebih dahulu denganku sbg orangtua. Guru di TK B langsung memberitahukan Zahra mulai besok untuk pindah kelas ke TK A. Dan Zahra pun memberitahukan hal ini kepadaku selepas aku tiba di rumah setelah seharian bekerja dengan mimik wajah yang terlihat bingung.

Sebagai seorang ibu, aku tentu tidak menerima begitu saja perlakuan pihak sekolah terhadap Zahra. Bukan aku kecewa karena Zahra tidak lagi duduk di TK B, tapi aku kecewa dengan sikap sekolah yang aku nilai plin plan juga tidak bijaksana krn tidak mempertimbangkan dampak psikologis yang mungkin dapat dialami Zahra. Besok paginya, sebelum berangkat kerja, aku menyempatkan diri untuk menyampaikan keluhanku ini ke pihak sekolah. Tapi hanya kekecewaan lebih dalam yang ku dapat. Pihak sekolah tidak menerima keberatanku dengan penjelasan yang aku nilai karena takut kehilangan sejumlah muridnya di TK A. Hidup ini memang kadang tidak adil. Aku sudah berniat untuk memindahkan Zahra ke sekolah lain demi kebaikan Zahra. Hebatnya, Zahra yang tidak mau pindah. Dia bilang ,"kasihan Mami nanti mesti bayar lagi. Zahra gpp kok Mami, malah seneng bs sekelas lagi dengan teman2 playgroup Zahra.

Satu tahun berlalu, yang ditakutkan Kepala Sekolah terjadi juga. Ketika mo daftar ulang untuk TK B, Zahra ngambek ga mau di TK lagi. Bosen katanya. Aku bilang ke Zahra, ga ada SD yang mo nerima murid dari TK A. Zahra berkelit,"Ya udah gpp Mami, Zahra di rumah aja deh. Belajar ma mami aja."
Akhirnya aku pun pontang panting mencari SD yang mau menerima murid dgn kriteria spt Zahra. Dari beberapa SD pilihan di sekitar kediaman yang aku datangi, jangankan menerima, untuk mengikuti test masuknya saja Zahra tidak diperkenankan.

Allah memang adil dan kadang pertolongan dari-Nya seringkali tidak diduga terlebih di saat aku sudah putus asa. Tinggal satu lagi sekolah yg belum ak datangi. Tanpa banyak lagi berharap, aku pun langsung mendatangi ruang Kepala Sekolah. Dan seperti yang telah aku duga, pihak sekolah menolak Zahra. Selagi menungguku, Zahra yang ikut bersamaku iseng membaca tulisan yang terpampang di dinding ruangan dengan suara yang lumayan keras. Ternyata bacaannya mengundang perhatian sang Kepala Sekolah. Beliaupun menghampiri Zahra dan meminta anakku membaca beberapa tulisan lainnya. Entah hendak membanggakan dirinya atau tidak, Zahra memberitahukan sang Kepala Sekolah kalau dia pun bisa menulis dan berhitung tambah-tambahan dan kurang-kurangan sampai sepuluh. Sang Kepala Sekolah pun menguji kemampuan Zahra dan Alhamdulillah Zahra bisa menjawabnya dengan benar. Ketika Beliau meminta Zahra menulis, Zahra terlihat enggan. Ternyata dia malu karena tulisannya jelek, "kata Mami, tulisan dedek mirip cakar ayam Bu Guru."
Waduh, Zahra kok pake membawa diriku segala seh, mami jadi malu kan. Setelah dibujuk, Zahra pun mau menulis beberapa kata yang didiktekan Kepala Sekolah. Setelah puas dengan Zahra, Beliau pun berpaling kepadaku menanyakan kembali umur Zahra dan menanyakan apakah Zahra sudah belajar Iqro. "Baru 5 tahun Bu dan Zahra saya beri les mengaji di rumah dan baru mau masuk Iqro dua. Zahra tolong baca huruf Arab di dinding itu," kataku pada Zahra kemudian. Zahra pun membaca beberapa huruf Arab, seperti biasa, dengan suara yang keras. Alhamdullillah, akhirnya sang Kepala Sekolah mengijinkan Zahra mengikuti tes masuk dengan syarat mengikuti tambahan tes wawancara dengan psikolog.
Hasilnya, nama Zahra terpampang dalam urutan calon siswa yang berhasil masuk, sekaligus sebagai siswa termuda di angkatannya.

Saat lain yang cukup membuat buncah hatiku karena bangga yaitu pada saat pembagian rapor dimana anakku itu meraih ranking satu pada semester ganjil pertamanya di sekolah dasar.Satu tahun yang lalu, aku lagi asyik dan juga serius mengikuti kegiatan "Office Team Building" di Cipayung, dikejutkan oleh getaran yang berasal dari handphoneku. Sebelum sempat mengucapkan 'Salam', sudah terdengar suara nyaring (khas) Zahra, dan aku langsung memotong kalimatnya dengan mengucapkan "Assalammualaikum Zahra."
Rupanya Zahra mengerti dan dia langsung bilang "Maaf Mami, Waalaikumsalam Mami."
"Nah gitu donk, itu baru anak Mami" ...."Ada apa nak?"
"Mami lupa ya, hari ini kan dedek bagi rapor."
"Mami ga lupa, Mami kan udah minta tolong Tante Lia buat ngewakilin Mami ambil rapor dedek soalnya Mami lagi ada rapat kantor, jadi ga bisa ambil rapor dedek, gimana hasilnya nak?"
"Bang Dali rapornya ga bisa diwakilin ma Tante Lia, jadi mesti Mami sendiri yang ngambilnya!" tiba2 gantian terdengar suara Dali.
"Ok Dali, nanti Mami ambil ya nak kalo rapat Mami udah selesai."
"Nah terus rapor dek Zahra gimana?"
"Dek Zahra dipanggil Mami tuh,"teriak Dali memanggil adeknya.
"Ya Mami...Zahra ranking satu, dapet hadiah pensil dan penggaris dari ibu guru, terus katanya ibu guru pengen ketemu Mami"
"Alhamdulillah, bagus sekali nak tapi kenapa ibu guru pengen ketemu Mami?"
"Iya katanya ibu guru mau kenalan ma Mami sekalian mau nanya juga bagaimana cara Mami ngajarin Zahra, kan ibu guru tau kalo Mami juga kerja untuk bayarin uang sekolah Zahra. Soalnya kata ibu guru nilai Zahra kan paling tinggi di semua kelas satu (nilai rata2 Zahra 95-red), terus kata ibu guru juga, Zahra juara satu yang paling muda diantara kelas lainnya Mami."
Aduh terasa sekali kebanggaan membuncah di hatiku....
"Oh ya Mami, Zahra nelepon Mami juga mau ngucapin Zahra sayang Mami karena Mami udah hamil, melahirkan,menyusui, membesarkan dan sibuk kerja supaya Zahra bisa sekolah," sambungnya sebelum menutup telepon.

Aku termasuk orang yang tidak mudah menangis, bahkan perceraian juga tidak bisa membuat aku menangis, tapi kata-kata anakku tadi dapat membuat air mata (bahagia) keluar mengalir membasahi pipiku.
Selamat ulang tahun yang ke-7 Zahra., muachh! Kalian berdua adalah harta yang sebenar2nya buat Mami. Love u both the most...

Ocehan "Kacau" Lainnya ala Dali dan Zahra:)


Pada suatu kesempatan tahun lalu, papanya anak-anak datang berkunjung ke Jakarta dan mengajak anak-anak untuk makan malam bersama. Lagi asyik-asyiknya makan, tiba2 Zahra menyeletuk, "Papa, tadi di sekolah Zahra kan di ajarin tentang keluarga inti. Papa tau ga tentang keluarga inti? Keluarga inti itu terdiri dari ayah, ibu dan anak. Yah sama kayak kita gini, tapi kekurangannya ada satu pa"
Terus papanya bertanya,"Apa Zahra?"
"Kita ga ada papa", jawab Zahra dengan cueknya.
Terus untuk menetralisir keadaan, saya bilang ke Zahra, "Ada kok papa Zahra"
"Ga ada dong mami...papa kan di Medan, ga tinggal serumah ma kita. Lagipula apa masih bisa dibilang papa kalo sehari-harinya papa tidak pernah menjalankan tugas sebagai seorang papa terhadap dek Zahra dan bang Dali, iya kan Pa??"komentar Zahra.
"Zahra...jangan ngomong begitu," tak sadar saya pun jadi menghardik Zahra.
"Idih dedek kan cuman ngomong yang sejujurnya...katanya Mami kan ga boleh bohong..lupa lagi ya Mami ma ajarannya sendiri??" jawab Zahra dengan cueknya.

Suatu saat ketika lagi jalan-jalan di Mall bersama anak-anak, kami pun memutuskan untuk mencoba tempat karaoke yang baru saja dibuka di mall tersebut apalagi kabarnya ada opening promotion berupa diskon pemakaian ruangan. Wah lumayan kan, bisa nyanyi agak lamaann neh:)
Sesampainya di tempat karaoke tersebut, ternyata bukan diriku ini saja yang berpikiran seperti itu, tampaknya banyak orang berpikiran sama yang terlihat dari lumayan panjang antrian pengunjung. Iseng-iseng untuk menghabiskan waktu menunggu yang menjengkelkan, aku pun menemani anak-anak untuk bermain di pusat permainan sebelahnya. Ternyata di pusat permainan tersebut, banyak ibu-ibu sepertiku yang terlihat sedang menemani anak-anak mereka. selanjutnya...biasalah seperti kebiasaan para wanita dan udah ibu-ibu pula, kami yang sebelumnya tidak saling mengenal ini langsung terlibat dalam suatu percakapan seru.
Selagi asyik-asyiknya bergosip, diriku dikejutkan oleh towelan di tangan. Ternyata si dek Zahra yang menowelku.
"Ada apa dek? Udah mainnya ya?"
"Belom...dedek kesini untuk memperingatkan Mami, NEVER TALK TO A STRANGER...lah ini kok Mami malah talking with many strangers??...Nasihat Mami itu beneran atau sudah ga berlaku lagi sih??"
Uuppssss:)


My son, Dali, came home from school (third grade)and said he had a girlfriend. Today, he came home from school and said another girl liked him, too.
"So, I guess I have two girlfriends," says Dali.
"Oh my! What are you going to do with TWO girlfriends," says myself.
After a moment's thought he said, "Well, one can be my ex-wife and one can be my wife, like happened to you, Mom".
OMGGG.....


Entah disadari atau tidak, ketika berpapasan dengan seorang teman yang sedang membawa anak, kita akan langsung berkomentar,"Ih lucunya....pasti mirip mamanya ya?" atau komentar yang sering aku dan dek Zahra dengar seperti,"Kok ga putih mirip kamu ya Vie?...pasti mirip papanya deh".
Pada waktu berkomentar seperti itu, mungkin kita tidak pernah terpikir bahwa sekecil apapun anak, apalagi untuk anak-anak seusia zahra, ternyata sudah bisa mengerti loh dan tak jarang zahra mengutarakan langsung kekecewaan-nya dan ketidaksukaan dirinya mendengar komentar itu.
Biasanya dek zahra akan langsung protes seperti ini,"Kenapa sih Tuhan ga menciptakan dek Zahra mirip Mami, malah mirip Papa?? atau "Biarin aja dek Zahra ga cantik seperti Mami, tapi kan dek Zahra pinter" atau "Makanya nanti kalo Mami menikah lagi, cari calon suami yang ganteng, jadinya kan nanti anaknya juga cakep"
Huhuhuhuhu......padahal betapapun jeleknya Zahra dimata orang lain, tetep aja di mata Mami Zahra adalah anak yang paling cantik seduniaaaaaa.....


Setelah sekian lama tidak berjumpa dengan papanya, maka ketika akhirnya bertemu lagi dengan papanya, Dali tampak terkejut melihat tubuh papanya yang terlihat lebih gemuk.
"Perut Papa kok tambah endut sih...tapi pasti Papa tambah banyak neh uangnya"
"Apa hubungannya sih??"
"Kata temen Dali, uang itu disimpan di perut ... Jadi kalo perut Papa tambah endut, berarti tambah banyak Papa menyimpan uang di perut endut Papa ini"
Haaaaaaaaaaaaaaaaaa

PENGALAMAN ZAHRA WAKTU LES IQ-MATH


Guru : Jika ada 6 ekor burung hinggap di dahan pohon dan seseorang pemburu menembak satu ekor burung tersebut, berapa ekor jumlah burung sekarang Zahra?

Zahra : Zahra bingung, Ibu Guru. Karena menurut Zahra, ada dua jawaban (btw, Zahra kadang menjawab dengan menyertakan kalimat "Menurut Zahra" bila dia tidak begitu yakin akan jawabannya)

Guru : Haaa...dua jawaban..apa saja zahra?

Zahra : Pertama, tetap enam ekor burung. Walaupun satu burung ditembak ekornya, tapi kan burungnya tetap hidup karena peluru senapan kan tidak menembus jantung burung tersebut dan tidak seperti pisau yang bisa memotong ekornya, sehingga jumlah burung yang mempunyai ekor tetap ada 6.

Guru : Hm.. (katanya Zahra, ibu gurunya cuman diem aja seperti itu)

Zahra : Dan jawaban kedua, karena burungnya pada kaget dengar suara tembakan, semua burungnya udah keburu terbang. Jangankan suara senapan, suara kaki Zahra aja kalau mau nangkap burung yang kesasar di rumah aja, sudah susah banget. Padahal Zahra udah jinjit loh jalannya Ibu Guru. Jadi jawaban yang kedua adalah nol ekor burung.

Guru : Jawaban yang benar adalah adalah lima ekor Zahra, tapi... (ketika melihat Zahra mau mem-protes) ...Ibu Guru senang Zahra berpikir lain..

Zahra : Bukan jawaban yang benar dong tapi mestinya jawaban versi Ibu Guru dong...(tetep aja Zahra protes)...lagipula Ibu Guru kan ga bilang di soal jumlah ekor burung yang masih ada. Karena biarpun satu ekor burung mati, tapi kan badan burungnya masih ada disitu, Ibu (protes Zahra lebih lanjut)...

Alvi : Ga bisa ngebayangin apa reaksi ibu gurunya secara Zahra tidak cerita lebih lanjut dan langsung lari keluar kamar mencari abangnya.

Malam Tahun Baruan-nya Vie, Dali dan Zahra

Tiga tahun menjelang 2009, gw merayakan malam tahun baru di negeri orang. Malam baru menyambut tahun 2007 sih sebenarnya tidak bisa dibilang merayakan. Malah masih jelas teringat di benak, gw sangat miserable at that time harus ber-malam tahun baru sendirian di Singapura karena gw lagi ada job training sebelum gw dinyatakan 'legal' untuk bekerja disana.

Tidak mau terus menerus larut dalam ke-BETE-an, gw pun ikut terhibur dapat menyaksikan dan merasakan kebahagiaan orang-orang beserta keluarganya yang tertawa riang tenggelam dalam kemeriahan suasana perayaan malam tahun baru di sepanjang jalan Orchard Road. Waktu itu, dalam hati gw bertekad suatu hari dapat membawa Dali dan Zahra untuk turut menikmati suasana meriah di sini, di Orchard Road, Singapura.

Malam menjelang tahun baru 2008, tak terasa tekad gw untuk membawa Dali dan Zahra menikmati malam tahun baru di Singapura dapat tercapai. Kondisi keuangan yang masih lumayan tebal setelah giat menabung hasil jerih payah bekerja di Singapura selama setahun membuat diriku dapat membawa ke dua anakku datang ke Singapura untuk menikmati suasana natal terang benderang dihiasi banyak sekali lampu-lampu yang cantik disepanjang jalan negeri Singa ini, sesuai dengan tema yang selalu diusung negeri ini setiap natal datang, Christmas Light Lattern. Tidak hanya sekedar menikmati cantiknya suasana natal di sini, Dali dan Zahra pun dapat sekalian mengalami meriahnya perayaan tahun baru. Kali ini, perayaan tahun baru di Singapura tidak lagi terasa sepi. Kehadiran ke-dua anakku tercinta membuat suasana malam tahun baru semakin meriah.

Malam menjelang tahun baru 2009, sisa tabungan dolar Singapura-ku masih membuat gw sanggup merencanakan untuk menghabiskan malam tahun baru di negeri orang lagi. Kali ini, sasaran kita adalah negara Malaysia. Selain lebih murah dan sesuai dengan budget yang tersedia, anak-anak ingin sekali mengunjungi Genting Highland. Seperti biasa, seorang Ibu selalu mengusahakan yang terbaik buat anak-anaknya selagi mampu. Maka berangkatlah gw dan anak-anak ke Genting Malaysia untuk menghabiskan malam tahun baru-an disana.

Malam menjelang tahun baru 2010, kali ini gw memutuskan untuk merayakan pergantian tahun di negeri tercinta, Indonesia, tepatnya di Jakarta, lebih tepatnya lagi di rumah nyokap di Cempaka Putih. Beberapa hari sebelumnya, anak-anak memang sempat bertanya kemana kali ini gw membawa mereka merayakan malam tahun baru.
Ketika mendengar jawaban gw, Zahra spontan bertanya mengapa kali ini 'cuman' di Jakarta aja, di rumah lagi, ga kemana-mana, keluhnya. Sebelum diriku sempat menjawab, Dali terlebih dahulu menjawab seakan-akan mewakili diriku dengan menunjukkan kedewasaannya dengan berkata,"Dek, kalau begitu tandanya Mami lagi tidak punya uang...Inget dong kalau sekarang Mami sudah bekerja di Indonesia...Itu siapa yang minta?? Dedek kan?? Ya uang mami udah ga banyak lagi dong seperti waktu Mami kerja di Singapur."
Seperti biasa, si dedek tidak mau kalah dengan menjawab,"Tapi kan masih ada tabungan dolar Singapura-nya Mami."
Lebih tak mau kalah, Dali pun menangkis jawaban adiknya dengan,"Ya udah habis lah...memangnya dedek kira gaji Mami banyak kerja di Yayasan?? Pasti tabungan Mami kan terpakai."
Kali ini si dedek bertanya kepadaku,"Bener kata bang Dali, Mami?"
"Iya dek...Mami lagi bangkrut neh...tapi alasan utama Mami mau merayakan tahun baru di rumah aja karena Mami pengen barbecue-an dengan Amira dan Aira (Nama kedua keponakan baruku yang masih berusia 6 bulan dan 4 bulan)."

Syukur-nya tidak ada keberatan lebih lanjut dari Zahra. Malah anak perempuan dan abangnya terlihat paling antusias menyiapkan keperluan bakar-bakaran untuk malam tahun baru, dari ikut berbelanja daging dan keperluan lainnya di carrefour, ikut mengipas-ngipas arang, sampe paling semangat menghabiskan menu barbecue-an yang tersedia malam itu:)

Ah...sepertinya...mau di Singapura-kah, di Malaysia-kah, atau hanya sekedar di rumah saja di Jakarta ini...asal ada ke-dua anakku itu, perayaan malam tahun baru akan selalu berkesan bagiku:)

Zahra and Dali's Questions



One day, Kids and I were waiting for flight to Malaysia in airport lounge. In order to practice her English language, Zahra was asking me some questions tells below.

Zahra : Mommy, how old are you?

Me : Honey bunny sweetie….you are not supposed to ask a woman her age.

Zahra : Why can’t I?

Me : Because it is not polite to ask a lady her age.

Zahra : Why is it not polite? I don’t do something bad.

Me : No, you don’t. But it is already being a common unwritten knowledge of etiquette better not to ask a woman’s age.

Zahra : Hm..well..ok then…now….why did daddy marry other woman so you and daddy have to get a divorce?

Me : Well, maybe…..because we were not longer being destined by God to be happy together again, darling:)

Zahra : Are you sure about that?

Me : Yes, I am. Why do you sound to doubt me?

Zahra : May I borrow your passport for a while, mommy?

Me : Sure, you may. Here it is. What is that for, sweet heart?

Zahra : A friend of mine ever told me to look at your ID or Passport because it tells everything about you since you won’t tell me anything. Like I am seeing your passport, now I know how old you are, Mommy. You were born on 19xxx, so you already xx years old this year. Right, mommy?

Me : Here she goes…my smart little girl:)

Zahra : And I also already find out why daddy married aunty xxx?

Me : Oh ya, Really??? Why did he, then?

Zahra : Because you got a ‘F’ in sex, as reported in your passport here Mommy.




On the other occasion, I was out walking with my 7 year old son. He pulled out his snack incidentally, picked it up and started to put it in his mouth. I took the snack away form him and I asked him not to do that.
"Why?" my son asked.
"Because it's been falling down to the ground which dirty and probably has germs," I replied.
"It is only for a second, Mommy" he begs me.
"It's already dirty though only for a second. I will buy you other snack later, okay" I said firmly.
"How do you know?" Dali insists.
"All moms know this stuff. We have to know it, or they don't let you be a Mommy."
We walked along in silence for 2 or 3 minutes, but he was evidently pondering this new information.
"OH...I get it!" he beamed, "So it means, if you don't know about it..you will have to be a daddy then since they don't let you be a mommy. That's explain why every mommy seems to know everything"
"Exactly" I replied back with a big smile on my face.

6 Pertanyaan Iseng Buat Dali dan Zahra


Minggu ini karena hujan plus ga enak body sekaligus menghilangkan kebetean anak2 karena terpaksa harus stay di rumah all day....gw iseng2 ngasih pertanyaan ke Dali dan Zahra.

Kira-kira, apakah alasan Tuhan menciptakan seorang ibu?
Zahra: Supaya bang Dali dan Zahra bisa dilahirkan ke dunia dunk..masak papa yang melahirkan kita ya bang Dali he..he..
Dali: Supaya bisa mengurus rumah dan anak2nya.

Terus, kira2 Tuhan menciptakan seorang ibu itu dari apa ya?
Zahra: Sepertinya sih sama aja dengan sewaktu Tuhan menciptakan manusia lain...dari segumpal darah ya Mami, kalo katanya bu guru agama di sekolah sih...ya kalo gitu dari segumpal darah juga sih..tapi karena Mami orang dewasa, jadi segumpal darahnya lebih banyak deh..segumpal darah itu kira-kira seberapa ya Mami?
Dali: Dari nyawa dunk...tapi nyawa itu buatnya gimana ya..dali ga tau...

Terus, gimana tuh Tuhan cara ngebuatnya?
Zahra: Sama kayak manusia buat es batu mami...kan karena darah itu cair sama dengan air, maka darah itu dicetak dulu pake cetakan bentuk manusia gitu..terus di dingin-in deh supaya lalu kebentuk. Nah kalo udah kebentuk, baru di hidupin deh ma Tuhan. Dihidupinnya pake apa ya tapinya?
Dali: Sama kayak bikin robot kali ya...



Terus kok Tuhan menciptakan mami untuk Dali dan Zahra, bukannya mami yang lain?
Zahra: Kalo mami yang lain, ya anaknya bukan Zahra lah...bagaimana sih mami
Dali: Karena udah diputuskan Tuhan begitu

Pernah ngebayangin ga, kira2 sewaktu mami kecil dulu...seperti apa?
Zahra: Hm..pasti mirip dengan Zahra ya mami...kan like mother like daughter
Dali: Apa ya....ga tau ah, Dali kan belom lahir

Menurut kamu, kalo Tuhan bisa mengabulkan satu permintaan kamu untuk mami dan papa..apa yang kamu minta?
Zahra: Mami lebih sering di rumah dengan anak-anaknya dan papa sering dateng liat bang Dali dan dedek ..ga kayak jelangkung lagi..suka dateng ga diundang, pulang ga dianter.
Dali: Sama kayak dedek Zahra

Kurban Versi Zahra


Since days before Hari Raya Kurban tiba, i had already planned taking kids to mosque to do "sholat ied'. So, jam 5 pagi gw udh nyiapin baju koko buat dali dan baju muslim dgn kerudung kecil berwarna pink kesukaan Zahra. Setelah berjuang bersusah payah membangunkan anak2 akhirnya keadaan pun berjalan lancar sampai kita selesai sholat.

Sepulang sholat dan setelah kenyang makan ketupat, dali dan Zahra memberikan celengan. Ternyata mereka ingin patungan membeli seekor kambing untuk dikurbankan bagi orang yang memerlukan.."spt kata Ustad tadi mami, kurban adalah perintah Allah kepada para umat-Nya,"kutip Dali. "Karena mami udah beli kambing duluan, jadi semua uang tabungan Dali dan Zahra untuk mami aja sebagai tanda kalo Dali dan Zahra ikut patungan,"jelas Zahra sambil cengar cengir khasnya.
Well, gw merasa terharu dan sekaligus bersyukur anak2 sekecil ini bs memahami bahkan mempraktekkan langsung dengan rela membongkar tabungan mereka untuk patungan membeli seekor kambing.

Tak lama kemudian, Zahra anak bungsuku yg baru berusia ampir 7 taun di bulan February 2010 mendatang, memintaku untuk menyambungkan telp dengan papanya. Oh mungkin Zahra pengen ngucapin met Idul Adha ma papanya di Medan.

Setelah telepon tersambung, Zahra pun memulai percakapan," Halo Papa? Ini Zahra. Papa harus bilang terima kasih pada mami karena mau menjadi kurban untuk kebahagiaan papa dan mama X, seperti kambing-kambing hari ini yang dikurbankan untuk menyenangkan orang miskin. Dan klik...tanpa menunggu jawaban dari papanya, Zahra langsung menutup telpnya.

Deringan telepon dari mantan yang balik menelepon, hanya gw hiraukan, mungkin krn gw masih terkesima dengan kata2 Zahra atau mungkin pula situasi lagi tidak memungkinkan menjawab telepon itu di depan anak2 karena gw sudah membayangkan akan terlibat perdebatan dengan mantan yang seperti biasa akan menyangka gw mengajarkan anak-anak yang tidak-tidak. Nanti aja gw telp mantan d rumah, lgpula gw dan mungkin mantan perlu lebih mencerna makna perkataan Zahra sebelum memulai pembahasan (atau perdebatan?)

Masih memikirkan kata2 Zahra td, Zahra pun kembali melontarkan lagi kata-kata keluar melalui mulut kecilnya, tp kali ini dalam bentuksederet pertanyaan," Mami tau ga siapa yang membujuk mami untuk mau jadi kurban buat papa? Apa Allah juga yang membujuk mami? Terus mami dibeli seharga berapa? Sama dengan harga kambing yang dibeli mami kemaren enggak?"

Oh My God...

Ketika Zahra di-Pukul...eh...di-Tampar


Latar belakang : Kemaren 13 Oktober 2009, jam 8 malam, lagi tidur-tiduran sambil baca novel dan anak-anak lagi beberes buku-buku pelajaran untuk besok.

Suasana (hampir) sunyi senyap...paling sesekali terdengar suara kresek-kresek...sedikit gedebak-gedebuk (kok gedebak-gedebuk dibilang sunyi???...yahhh kan tadi gw bilang 'hampir' he...he...)..yang timbul dari kesibukan anak-anak seputar buku, tas, pensil, kotak pensil, penghapus, dan pernak-pernik perlengkapan sekolah mereka yang lain.

Tiba-tiba....

zahra : Mami...tadi di sekolah Zahra ditampar ma temen dedek..

Gw : (Tentu saja kaget dunk) Ha....serius, beneran dek? Kamu dipukul apa ditampar?

Zahra : Ihhh mami ga dengerin dedek nih...ditampar..d-i-t-a-m-p-a-r..

Gw : Emang kamu tau bedanya?

zahra : Tau lah mami..kalo dipukul tuh bisa di tangan, di kaki, di wajah, dimana aja tapi kalo ditampar itu biasanya sih selalu di wajah, bagian pipi

Gw : Jadi dedek ditampar di pipi?

zahra : Iya mami, tapi cuman sekali aja kok..disini nih (sambil nunjukkin bagian pipi kirinya)

Gw : (Memeriksa bagian pipi yang ditunjuk Zahra dan alhamdulillah ga terlihat luka atau lembam)...teman dedek mukulnya keras ga dek? terus...(omonganku terputus karena di interupsi Zahra)

Zahra : (Meng-interupsi omonganku) Mami...Dedek ditampar, bukan dipukul...

Gw : Oh iya, maaf ya Dek mami salah mulu neh....keras ga teman dedek namparnya? sakit ga dek? terus dedek nangis ga?

Zahra : Sebelum dedek cerita, mau bilang dulu kalo permintaan maaf mami..dedek terima. Si Aldo namparnya ga begitu keras sih mami, jadi ya sedikit sakit deh gitu...tapi dedek ga nangis loh...hebat ya anak mami ga nangis (sambil tersenyum..en lucu banget..soalnya pipi tembemnya makin tembem he..he..)

Gw : (Terkejut buat ke-dua kalinya) Ha...temen kamu yang nampar itu anak cowok dek?

Zahra : Iya, namanya Aldo.

Gw : Lah kamu ga main sama temen-temen cewek?

Zahra : Mami gimana sih...dulu kan mami ngasih saran ke dedek kalo main tuh sebainknya sama semua temen, cowok dan cewek, ya kan? nah kebetulan kemaren dedek lagi main sama si Aldo dan Bima.

Gw : Nah terus gimana ceritanya kok bisa ditampar?

Zahra : Ceritanya gini Mami, tadi pas istirahat siang kan dedek, Aldo dan Bima lagi ngomongin film 'Meraih Mimpi' yang pernah kita nonton itu Mami..terus...Aldo ma Bima berebutan mau jadi pemeran temen-nya si Dana..nah abis itu, ceritanya kan Zahra mau nge-damai-in, Zahra bilang ke Aldo dan Bima 'suit' aja..siapa yang menang itu yang jadi temen-nya si Dana..nah, ternyata yang menang suit itu kan si Bima..eh tapi si Aldo nya masih tetep mau jadi temen-nya si Dana itu. Ya udah, Zahra bilang aja kayak gini ke si Aldo,"Aldo kamu kan udah kalah suit, ya konsekwen dong.."(waktu denger Zahra bilang kata "konsekwen", gw tersenyum sendiri..ga nyangka kalo kata yang sering gw pake itu kalo lagi 'ngomel' ma mereka, ternyata nyantol di 'otaknya' Zahra:)

Gw : Terus kenapa si Aldo bisa mukul..eh ...nampar kamu?

Zahra : Ya enggak tau..setelah dedek ngomong gitu..si Aldo langsung nampar..ya udah terusannya Zahra nampar Aldo lagi deh..

Gw : (Terkejut lagi...untuk ketiga kalinya) Ha...kamu balik nampar Aldo?

Zahra : Iya Mami, dua kali malah..pipi kiri dan kanan (sambil praktekin caranya menampar)...kalo Aldo kan nampar dek Zahra satu kali aja ...di pipi yang ini (sambil nunjuk pipi kirinya lagi)

Gw : Waduh, kok bisa seh kamu nampar orang Dek? Mami aja sampe segede gini belom pernah loh..

Zahra : Ya bisa lah Mami, kan tinggal niruin caranya si Aldo aja...lagipula Mami aja ga pernah nampar dedek, enak aja dia pake nampar dedek segala.

Percakapan antara gw dan Zahra ter-interupsi lagi oleh ucapan mamaku (kebetulan pada saat itu juga lagi berada di kamarku) yang keliatan emosi banget mendengar cucu-nya ditampar..

Mamaku : Alvi, besok kamu ke sekolah Zahra..lapor ke guru kelasnya..kalo perlu ke kepala sekolahnya juga sekalian..

Zahra : Ga usah Mami, dek Zahra udah lapor sendiri kok ke guru kelas dan ke kepala sekolah.

Gw : Oh ya gimana ceritanya?

Zahra : Setelah Zahra nampar si Aldo, langsung aja Zahra tarik tuh si Aldo ketemu ma ibu guru di kelas...terus dedek ceritain deh semua sama dengan yang tadi dedek ceritain ke Mami..terus ibu gurunya nanya ke dedek, ada saksi ga yang ngeliat si Aldo mukul dedek duluan..terus dedek bilang ada, si Bima.

Gw : Terus?

Zahra : Terus dedek bilang sama ibu guru kalo dedek mau lapor ke kepala sekolah juga, biar kepala sekolah tau apa yang terjadi sama murid-muridnya. Lagian, dedek inget waktu dulu mami kan juga pernah bilang kalo ada yang jahat dan tidak adil ma dedek, siapapun itu termasuk guru, dedek harus lapor ke kepala sekolah kan? Ya udah akhirnya ibu guru ngebolehin dan dedek tarik lagi deh tuh si Aldo juga Bima ke kepala sekolah.

Gw : Lah, ibu guru kamu ga ikut ke kepala sekolah?

Zahra : Enggak.

Gw : Jadi, kamu dateng sendiri ke kepala sekolah? Lapor sendiri? Gimana bilangnya?

Zahra : Iya, dedek dateng aja terus dedek bilang sama dengan yang dedek ceritain ke ibu guru.

Gw : Terus kepala sekolahnya bilang apa?

Zahra : Kepala sekolahnya cuman dengerin aja, terus nanyain si Bima dan udah itu nyuruh Zahra dan Bima kembali ke kelas deh..oh iya kepala sekolahnya juga sekalian nyuruh Zahra manggil ibu guru.

Gw : Terus si Aldo nya ga bilang ke guru dan kepala sekolah kalo kamu juga mukul Aldo?

Zahra : Bilang-lah Mami tapi dedek jawab perbuatan Aldo itu kekerasan terhadap anak cewek, jadinya harus dilawan. Kalo ga dilawan, nanti si Aldo ngiranya Zahra takut. Gitu dedek jawabnya.

Gw : Kok bisa-bisanya kamu pake kata 'kekerasan' segala?

Zahra : Kan kalo Mami lagi buka Primair Online, dedek suka ikutan baca (waduh di Primair Online, sering ada kata 'kekerasan' ga ya?hmm..)

Gw : Terus ibu guru dan kepala sekolahnya bilang apa pas kamu jawab gitu?

zahra : Ga ada tuh, diam aja.

Gw : Terus sekarang gimana kamu sama si Aldo?

Zahra : Belum ketemu lagi. Si Aldo ga balik ke kelas tuh sampe pulang. Tapi kalo ketemu juga, dedek cuek aja. Yang penting dedek ga salah.

Gw : Tapi, misalnya, kalo nanti ada kejadian seperti itu lagi.. jangan langsung dibales pake nampar atau sejenisnya kayak gitu ya dek..cuekin aja.

Zahra : Tenang mami..kalo menurut dedek, udah jahat banget, baru deh dedek keluarin 'kungfu fightingnya' dedek (sambil ketawa terus pergi nyamperin abangnya).

Mamaku : Tapi Vie, kamu mesti tetep ketemu dan lapor ma ibu gurunya atau kepala sekolahnya

Gw : (Bertanya ke Zahra)..Dek jadi menurut kamu, Mami perlu ke sekolah lagi ga ketemu ma ibu guru kamu?

Zahra : Kan tadi udah dedek bilang ga usah..Mami.

Gw : Udah beres berarti kan? Udah ga ada masalah apa-apa lagi yang perlu Mami bantu kan?

Zahra : Tenang, udah beres mami.

Gw : (Menjawab ke mamaku) Ga perlu dateng ke sekolah Zahra, ma. Kata Zahra beres...ya beres:)

A Touch of Dali & Zahra


Zahra I

Hmm....take a break for moment ah..sekalian iseng2 mo nulis sedikit ttg kebawelan anak perempuanku yang namanya Zahra itu...

Kemaren malam, pulang kantor..capek dan udah mulai ga enak body....seperti biasa sebelum nepok2in pantat (maaf$$@#sensor) my chubby little girl itu (oh ya additional info, Zahra itu selalu minta ditepok2in dulu sebelom tidur dari bayi sampe umur dia ampir 7 taun Feb tahun 2010 nanti, gw belom berhasil "menyapih" kebiasaan pengantar tidurnya itu). Zahra punya 2 kebiasaan yang dibawa dari masa dia bayi, yang satu kebiasaan ditepokin itu dan satu lagi kebiasaan minum ASI. Well, untuk yang satu ini gw telah berhasil "menyapih" waktu umur Zahra 3 taun (komen temen gw,"gile lo ya Vie sampe 3 taun maseh nyusuin anak aja"-red).

Back to the story, gw selalu memeriksa apa yang ditulis oleh Ibu Wali Kelas ttg kegiatan harian Zahra yang tahun ini telah duduk di kelas 2 SD. Dan untuk hari kemaren, gw mendapatkan dua tulisan dari gurunya yang kurang lebih seperti ini : 1),"Pak Guru minta maaf ke Zahra dan Mama Zahra", 2)"Zahra tidur di dalam kelas"....Well, hal baru apa lagi yang dilakukan oleh anakku yang satu ini ya? selalu aja ada kejutan darinya.

Seperti biasa sambil nepok2in, gw pun bertanya ttg kabar sekolahnya dan seperti biasa (tanpa ditanya lebih lanjut) keluarlah sederet laporan yang diceritakan dengan semangat dari mulut mungil bayi besarku ini.
"Iya Mami, tadi adek cuman dapet 80 padahal dek Zahra udah ngerjain semua dan persis apa yang dibilang ma pa guru (pelajaran agama Islam-red), terus dek Zahra maju aja ke depan dan tanya ke pak gurunya kenapa Zahra cuman dapat 80 padahal Zahra yakin udah bener semua kok. Masak mami, pak gurunya bilang begini, "ya suka-suka bapak lah mau ngasih nilai berapa"...

Wow, kaget juga gw dengernya, terus gw tanya ke Zahra,"masak seh dek, pak guru ngomongnya kayak begitu?".

"Iya mami, bener".

"Terus kamu bilang apa lagi?", tanya gw lebih lanjut.

"Dedek bilang gini aja, jawaban pak guru kok tidak mendidik sih, di rumah aja kalo Zahra nanya kenapa dilarang makan coklat ma mami, pasti mami bilang karena Zahra alergi. Terus kata mami, kalau ada pertanyaan harus dijawab dengan jawaban yang jelas dan mendidik, gitu pak. Nah karena Zahra belom tau kenapa Zahra cuman dapat 80 terus jawaban pak guru suka-suka aja berarti jawaban pak guru tidak mendidik. Nanti Zahra bilang ma mami kalo pa guru juga tidak bisa menjawab dengan mendidik. Nah terus pa gurunya bilang maaf ya Zahra, gitu deh mami ceritanya."

Wuih, ga nyangka anakku berani juga ya ngadep protes ke depan. Kayaknya dulu waktu seumur dia ga mungkin deh gw berani protes ke guru.

Ok, masalah yang satu itu clear, so giliran aku bertanya,"Kamu kenapa tidur di kelas dek? Kan lagi ujian, kok bisa2nya tidur?"...

Terus dengan santainya dia menjawab, "Oh itu Mami ..Itu tuh mami yang Zahra ga suka dari ujian, waktunya maseh lama dan Zahra selesainya cepat, paling cuman setengah jam Mami, tapi ga boleh keluar kelas ma ibu guru malah disuruh duduk lagi...ya udah dedek tidur aja deh sambil nunggu teman2 selesai."
Terus gw komen,"Ih kamu cepet2 ngejawab ujiannya, yakin udah bener? udah diperiksa lagi?"
"udah mami, udah diperiksa lagi...tapi cuman 3 kali aja, ga 12 kali seperti yang disuruh mami...abis bosen..."


Zahra II

The story was taken during Singapore holiday in last October.

One day when we were just on our way back to hotel from Sentosa...my daughter told me that only three of us having no daddy in our tour group..and she was also continuously said that "Mommy...u should go look for new daddy for me soon, so we will be a complete family having holiday together for next time"......

Hm..and I said to her, "Zahra, u know that it is not really easy to find the daddy as u ask for"...

But she just replied me easily "Mommy, u have facebook..so just put nicer and more beautiful pictures inside and I am sure that you will attract many potential daddy for me"..

..Wow....she knows facebook....and when I ask her how do u know that I have facebook....she said that I ever showed her once when I open my facebook account on my PDA...did I ? I just don't remember.....and when we reach the hotel, she still remained me not to forget to put more beautiful pictures in facebook in order to find potential man to be a daddy for her :)

Request update:
Zahra is adding one special extra condition for a man who is intended to be his new daddy. Her condition is this new daddy should be able to provide her with room which is specially made only for her.

At the moment, she has to be satisfied enough for occupying the same room with her mommy and Dali since the house which they stay in rite now does not have another empty room :)



Dali and Zahra's Special Request For Their Wannabe Future Father:)

1. Rooms for each of them (lagipula papa baru mana mau Dali dan Zahra tidur bareng Mami, ya kan?:)
2. Reasonably good-looking-->kata Zahra, biar PD kalo dikenalin ke temen2 Zahra.
3. Clean (fingernails especially and no moustache)-->ga tau tuh Zahra seneng banget ngeliatin kuku orang dan paling geli kalo dicium laki-laki yang ada kumisnya.
4. Tidak galak.
5. Punya uang (not necessary should be rich but well off enough not to freak about cost of kids entertainment).
6. Kids-->biar ada temen main buat Dali dan Zahra, apalagi kalo masih bayi, Zahra loves baby dan dia akan dengan senang hati to help baby sitting.
7. Having Interest for Michael Jackson (ini pesanan khusus Dali yang lagi demen banget ma si MJ).
8. Car -->pesanan keduanya...ga harus bagus Mami, yang penting ada AC dan Musicnya:)
9. Tidak hanya Love mummy, tapi juga sayang dali and zahra, jadi perginya ga cuman sama mami duang, dali dan zahra juga di ajak.
10. Tidak pelit dan tidak gemuk!



Apakah Cinta Itu???


Zahra:

"Ketika sakit kepala mami lagi kumat dan mami minta dedek ambilin minum, terus dedek ambilin mami minum deh padahal dedek kan lagi sakit pilek juga,itu karena dedek sayang mami."

"Om little waktu itu panggil tante little pake sebutan cay, bukan panggil tante little pake namanya..kata om little itu nama cinta buat tante little."

"Cinta itu waktu mami mau pergi ma temen mami, pake baju bagus, terus mami dandan yang cantik dan pake minyak wangi."

"Cinta itu berarti memberikan baju-baju kita yang masih bagus tapi tidak cukup lagi untuk anak-anak yatim piatu di panti asuhan."

"Mami cinta ma dedek makanya mami cium dedek."

"Cinta itu bisa buat orang jadi marah, seperti mami yang kalo lagi marah ma dedek bilangnya kan karena mami cinta dedek."

"Cinta itu artinya ciuman antara laki-laki dan wanita-wanita seperti yang di TV."

"Cinta itu artinya masih menikah, hamil, melahirkan dan punya anak (tapi dedek ga mau melahirkan, nanti perutnya dibelah pake pisau....takut)."

"Cinta itu artinya sholat."

"Dedek cinta mami makanya dedek dulu suka nangis kalo mami kerja di Singapore."

"Dedek cinta mami makanya dedek ga kenapa-napa ga bisa beli mainan lagi asal mami kerjanya di Jakarta aja, ga usah di Singapore lagi."



Dali:

"Cinta itu romantis (lucunya waktu ditanya arti romantis apa? Dali ga tau he..he..)."

"Cinta itu kalo mami masih jadi istri papa."

"Cinta itu kadang-kadang berantem seperti Dali yang suka berantem ma dedek tapi Dali tetep sayang dedek."

"Cinta itu ketika papa lagi bersama kita di Jakarta."

"Cinta itu malu (Dali kan masih kecil mami..)."

"Cinta itu seperti mami yang ga tidur nungguin Dali waktu sakit."

"Cinta itu kalo mami sering pergi sama teman mami."

"Cinta itu bisa juga untuk homo mami (wah ak kaget juga darimana anakku tau arti homo ya)."

"Cinta itu bolehnya nanti kalo Dali udah besar."

"Dali tetap cinta papa walopun papa gendut."

"Cinta itu kalo mami suka bisik-bisik di telepon sampe malam."

Celotehan Dali dan Zahra (Lagi:)




Tempat : Kamar
Waktu : Akhir bulan puasa

Dali : Mami kok ga dapet zakat fitrah sih?
Gw : Ya enggak lah, memangnya kenapa?
Dali : Tadi di sekolah Pak Guru bilang janda adalah salah satu yang termasuk penerima zakat fitrah...Mami kan Janda, tapi kok ga dapat?
Gw : Iya Mami janda, tapi kan Mami janda yang bekerja...janda yang punya penghasilan
Dali : Iya bener ya Mami..berarti Mami bukan Janda miskin dan teraniaya ya...
Gw : Ha...(tak bisa berkomentar)



Tempat : Gramedia
Waktu : Libur lebaran

Zahra: Mami, boleh beli buku ini ga...(sambil memegang buku cerita berbahasa Inggris yang tebal sekali dan harganya mahal banget...uang di dompet ga cukup hiks..hiks...)
Gw : Boleh Dek, tapi besok aja kita balik lagi ya...uang mami ga cukup neh buat beli buku itu..
Zahra: Mami kan ada ATM?
Gw : Iya ada Dek
Zahra: Nah kan tinggal ke ATM, pencet-pencet tombol terus nanti uangnya langsung keluar deh
Gw : Lah kan Mami kan should put in the money first to the bank Dek
Zahra: Iya tapi kan Mami can put the money to the bank tomorrow, meanwhile let's go to ATM now...
Gw : (Ampun deh....kira-in Zahra...ATM itu such as Mesin Utang ya...bisa ngeluarin uang sebanyak yang kita minta, dan bayar-nya besok aja ....ampun...ampun...)





Tempat : Rumah
Waktu : Masih Libur Lebaran

Gw : Dek Zahra....Bang Dali......sini, tolong bantuin Mami beres-beres kamar...(kataku sambil sedikit - cuman sedikit loh- berteriak)..
Dali : (Lagi nonton Cartoon di TV ma adeknya)...Iya Mami, bentar lagi filmnya habis neh...nanggung...orang sabar itu disayang sama Tuhan loh Mami...
Zahra: Kata bu Guru...Diam itu Emas loh Mami...jadi Mami diam-diam aja ya....
Gw : (speechless)



Tempat : Kamar
Waktu : 1 minggu yang lalu

Zahra: Assalammualaikum
Gw : Waalaikumsalam....eh Dek Zahra udah pulang....gimana tadi enak jalan-jalannya sama Tante Lia?
Zahra: Enak donk, dedek makan ayam kentucky nya 4 potong
Gw : Wah banyak amat....
Zahra: Oh ya, ini 'Pampers' Mami...titipan dari Tante Lia..
Gw : Makasih Dek
Zahra: Mami, kasihan amat ya jadi anak cewek??
Gw : Loh emangnya kenapa?
Zahra: Ya kasihan lah, masak dari bayi sampe besar kayak Mami, masih pake 'Pampers' melulu
Gw : (speechless again...OMG, anakku mengira pembalut itu = Pampers)

Celotehan Dali dan Zahra Membuat Muka-ku Merah Merona


Kejadian beberapa waktu yang lalu ketika menghadiri pesta perkawinan ditemani Dali dan Zahra. Sedang asyik-asyiknya mengantri untuk bersalaman, maka mulai terdengarlah celotehan dari kedua anakku ini:

Dali : Dek..dek..pengantin ceweknya pasti orangnya galak deh..abis pengantin cowok-nya lagi sakit masih disuruh nikah juga sih?
Zahra : Kok bang Dali tau sih pengantin cowoknya lagi sakit?
Dali : Lagi sakit kulit Dek...tuh masak warna kulit mukanya ma badannya beda...mukanya putih banget kan ya Dek, terus badannya item gitu ?
Zahra : Sakit panu kali ya bang Dali...
Gw : Hush...(gw berusaha menstop ke-dua celotehan usil anak2ku ini...tengsin kali didengerin orang-orang disekeliling..mana anak2 gw tuh kalo lagi ngobrol...suaranya kerassss banget....yahhh gimana ya..keturunan batak seh ya:)
Zahra : Loh kata Mami, kan ga usah takut-takut ngomong kalo kita ngerasa bener..ya kan bang Dali?
Dali : Iya Dek, lagipula itu pengantin cowoknya ga takut masuk angin ya Dek...udah dingin kayak gini, kok dia ga pake baju gitu ya?
Zahra : Mungkin uangnya udah habis bang Dali..jadinya ga cukup buat beli baju...Itu seh pengantin ceweknya pelit ya.....ga mau bagi-bagi bahan baju ma pacarnya, padahal baju pengantin ceweknya kan kepanjangan..



Itu belum selesai. Celotehan pun bersambung ketika giliran kitapun akhirnya tiba untuk bersalaman dengan sang pengantin:

Dali : Om...ga takut masuk angin ya ga pake baju?
Zahra : Om...kok pake lipstik kayak Mami?..Mami..kok cowok pake lipstik?
Gw : (langsung meminta maaf kepada sang pengantin laki-laki dan buru2 membawa kedua anak-anakku turun dari pelaminan)

Kebingungan Seorang Anak di Hari Lebaran


Background : Sesaat setelah dek Zahra bertelpon berlebaran ria dengan papanya.


Zahra : Mami...kadang-kadang adek bingung loh sama Mama...eh...Tante X.

Gw : He..he...gapapa manggil pake sebutan Mama kok:)

Zahra : Iya Mami, dedek bingung deh...benernya Mama X itu beneran sayang sama dedek ga sih?

Gw : Sayang lah dek.

Zahra : Jangan-jangan cuman sayang sama papa aja...kayak lagu ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja.

Gw : Ada-ada aja kamu...dulu bang Dali juga pernah berkomentar yang sama ke Mami.

Zahra : Pasti mami bilang kalo mama beneran sayang sama dedek dan bang Dali...bukan ke papa dan anaknya duang.

Gw : Aduh Zahra, itu adek kamu loh...satu ayah..ga sopan bilang dengan kata 'anak'nya duang.

Zahra : Habis dek Zahra kesel sih mami...

Gw : Loh tadi katanya bingung...sekarang kesal...yang bener yang mana neh?

Zahra : Hm...bingung deh...nanti kalo kesel kesannya suuzon ya mami...kata ibu guru dan kata mami juga, sebagai manusia yang baik kita ga boleh suuzon ma orang lain kan?

Gw : 100 buat kamu, nah terus apa yang bikin anakku yang cantik ini bingung?

Zahra : Ya tadi itu...benernya mama sayang beneran ga ya ma dedek dan bang Dali.

Gw : Ya sayang lah...kan tadi udah mami jawab.

Zahra : Tapi kalo mama beneran sayang...kenapa mama ga nyuruh papa datang lebaran ke Jakarta ketemu ma dedek dan abang?

Gw : Mungkin papa lagi ga sempat dek..atau mungkin lagi ga dapet cuti kerja...kamu tau kan kalo papa mesti cari uang yang banyak karena anaknya ada tiga orang sekarang:)

Zahra : Iya kali ya mami.

Gw : Buktinya waktu kamu telepon ke papa ngucapin selamat lebaran kemaren, kamu ngomong dengan mama juga kan?

Zahra : Iya seh...nah itu juga yang bikin dek Zahra bingung...

Gw : Kenapa lagi neh?

Zahra : Kenapa setiap lebaran mesti kita nelpon duluan ya Mami? Kenapa ga pernah papa duluan?

Gw : Ga penting kali sapa yang nelpon duluan....yang penting niatnya..apalagi kamu kan seorang anak...wajiblah meminta maaf dengan menelpon duluan ke orang tua...lebih baik kan?

Zahra : Iya seh mami...tapi dedek kan juga pengen sekali-kali papa nelepon duluan...berarti papa kan ingat ma anak-anaknya yang lagi lebaran juga di Jakarta.

Gw : Pasti ingatlah sayang.

Zahra : Kalau papa lupa, harusnya mama kan bisa ngingetin. Kayak mami tuh, sering ingetin kita supaya nelepon papa ke Medan pas lebaran kemaren.

Gw : Mungkin mama lagi repot ngurusin adek kamu disana trus mungkin juga kalo tamu yang dateng ke rumah papa lagi banyak banget.

Zahra : Kok mami dari tadi bilangnya mungkin mungkin mulu?

Gw : Habisnya kamu sih menduga-duga mulu he..he..

Zahra : Menduga-duga itu apaan seh Mami?

Gw : Apa ya? ya berpikiran kalo mama kamu ga sayang sama kamu dan abang. Pasti sayang lah dek.Karena sewaktu menikah dengan papa, mama kan udah tau kalo papa udah punya dua anak, nah pastinya kalo mama mau dengan papa....harus bisa menerima anak-anaknya juga dunk....

Zahra : Seperti kata mami ya...kalo mami menikah lagi, calon papa baru dedek dan bang Dali mesti bisa nerima dedek dan bang Dali juga ya?

Gw : Iya dunk:)

Zahra : Harus tuh mami...kalo enggak, nanti dedek tonjok!

Gw : Waduh, galaknya anak gadis mami mulai keluar deh. Udah kita makan ketupat yuk...udah ditunggu mbah tuh di meja makan.

Zahra : Ayuk serbuuuuu...

Pengalaman Mengurus Anak-anak Sendirian Lebaran Tahun Ini


Akhirnya dateng juga saat yang ditunggu anak-anak terutama oleh Zahra, yaitu saat liburan menjelang lebaran atau dengan kalimat lain (mengutip kata-kata Zahra),"Wah dedek seneng deh kalo kantor Mami libur panjang lebaran dan Kak Iroh pulang kampung soalnya Mami jadi Ibu beneran!"
"Wah, emangnya ada Ibu boongan?" tanyaku.
"Bukan ibu boongan, tapi Ibu kantoran. Sehari-hari Mami kan jadi Ibu kantoran alias ibu-ibu juga tapi Mami lebih sering di kantor ketimbang jagain anak-anaknya di rumah. Kalo kayak sekarang ini kan Mami bisa 100% ngeladenin anak-anaknya di rumah,"timpal Zahra lebih lanjut.
"Ohhh gitu ya....,"sahutku sambil tak tau harus berkomentar lebih jauh.
"Iya donk....pokoknya selama Mami libur, Mami harus sama anak-anaknya terus...ga ada pergi tanpa anak-anaknya...oke Mami?"kali ini Dali berkomentar mendukung kata-kata awal adeknya.
"Oh gitu ya......,"sahutku lagi sambil lebih tak tau lagi harus berkomentar apa.

Seperti lebaran tahun kemaren, kali ini pagi-pagi Dali dan Zahra juga udah bangun sambil tetep narik-narik selimut yang menutupi tubuhku....,"Mami, Mami...bangun dunk....udah pagi neh...nanti rejeki jauh loh kalau bangun siang-siang...lagipula anak-anak Mami udah laper kaliiii,"...aduh pagi-pagi gini kedua anakku sudah ribut minta makan.
Karena gw masih ngantuk berat, yah maklumlah hari pertama libur dan maseh pengen puas-puasin tidur terus bangunnya nanti agak siangan...kapan lagi kalo ga saat-saat liburan kayak gini ya gaaaa?:).....gw bilang gini ma anak-anak,"hmm...nanti dulu ya...Mami maseh agak-agak ngantuk neh...kasih Mami waktu tidur setengah jam lagi aja deh...sementara itu kamu minum susu coklat kotak dulu ya...ambil di kulkas sendiri ya...bisa kan???" jawabku, atau lebih tepatnya gumamanku, karena aku menjawab sambil tetap dalam keadaan mata tertutup.

"Aduh Mami gimana sih.....Susu mana sama dengan nasi, kan susu ga nge-nyangin,"kata-nya suara Dali. "Iya Mami gimana seh, katanya suka ngeliat dedek Zahra montok...kalo ga dikasih makan kayak gini, gimana Zahra bisa tetep montok,"kali ini suara Zahra yang berkomentar.
"Ya ampun, kesannya Mami kayak ga ngasih makan dedek setaun deh,"ucapan anak perempuanku langsung otomatis membuat diriku membuka mata...hm...gimana ya...kata-kata "ga dikasih makan" terkesan agak-agak menyeramkan buatku...aduh kalo didengar Komisi Perlindungan Anak bisa-bisa gw dituduh melakukan 'child abuse' neh hiks..hiks...

"Ya udah sekarang abang Dali dan dek Zahra mau sarapan apa...telur mata sapi?"tanyaku (oh ya, belajar dari pengalaman mendapatkan komplenan bang Dali atas 'ketidakmampuan' gw membuat telur mata sapi dengan bentuk yang sempurna yaitu kuning telurnya tidak pecah alias tetep bulat 360 derajat dan tepat terletak di tengah dengan putih telur mengelilinginya...gw telah membeli cetakan telur mata sapi sehingga dengan hampir sepenuhnya yakin kali ini gw bisa membuat telur mata sapi dengan bentuk hampir mendekati sempurna seperti yang diinginkan oleh bang Dali:))

"Namun apa daya, rencana tak selalu berjalan dengan sukses seperti yang sudah dibayangkan karena anak-anakku ternyata sama sekali tidak lagi kepengen makan telur mata sapi. Udah bosen, itu alasan mereka. Kali ini mereka minta chicken wing. Weitsss syukur alhamdulillah permintaan mereka masih bisa gw kerjakan karena apa sih susahnya tinggal goreng chicken wing siap saji yang ada di kulkas he...he...

Maka dengan yakin gw-pun berkata,"Oke deh, Mami siapin chicken wingnya ya...sementara itu abang ma dedek mandi dulu ya...ayo sapa duluan yang mau mandi?"
"Bang Dali tuh..."kata dek Zahra...."Ih dedek, kemaren kan yang mandi bang Dali duluan..sekarang giliran dedek yang duluan dong,"kata bang Dali..."Bang Dali kan lebih besar, harus ngalah dong sama yang lebih kecil,"jawab adeknya ga mau kalah. "Ga mau, pokoknya dek Zahra duluan,"bang Dali pun ngotot ga mau ngalah....dan...akhirnya terjadilah 'perang mulut' antar mereka berdua....dan....gw yang jadi pusing dibuatnya.....nguing...nguing....
"Stopppp....mulai berantem lagi...udah gini suit aja...sapa yang kalah, dia yang mandi duluan!"tegasku.
"Suit apa Mami? Suit yang biasa apa suit yang kertas, gunting dan batu?"tanya si dedek.
"Suit biasa aja,"jawabku.
"Suitnya berapa kali Mami?"kali ini gantian bang Dali yang bertanya.
Grrr....aduh...anak-anakku kok nanya mulu ya...tapi...bener juga seh pertanyaannya...gw neh yang ga jelas bikin peraturan...hm..
"Satu kali aja!"tegasku.
Maka mereka pun memulai adu suit...dan seperti perkiraanku, bang Dali menjadi pemenangnya karena setiap adu suit, entah kenapa bang Dali selalu mengeluarkan jari telunjuk, sementara si adek dengan kelingkingnya...dan...selalu itu-itu saja...jadi ya pasti hasilnya selalu dek Zahra di pihak yang mengalami kekalahan he..he..

"Zahra kan udah besar....udah bisa mandi sendiri dong,"kataku sambil mulai mengatur kadar suhu air pancuran.
"Bisa sih....tapi dedek lagi pengen dimandi-in sama Mami...kan jarang-jarang Mami bisa mandi-in anaknya ya kan?"
Wah...bisa aja neh jawabnya si anak perempuanku yang montok ini dan akhirnya mau ga mau gw mandi-in Zahra deh dan tetep aja kejadiannya sama dengan lebaran tahun lalu, gw maseh aja salah ngambil shampoo.
"Mami...itu shampoo bang Dali, bukan punya dedek. Punya dedek yang itu, yang shampoo foam."
"Loh, ini kan bukan shampoo foam...biasanya bang Dali kan pake shampoo foam."
"Iya tapi itu dulu Mami....sekarang bang Dali udah punya shampoo baru...makanya Mami baca dulu donk shampoo yang Mami pegang...disitu kan bacaannya 'shampoo for boys' yang artinya shampoo untuk anak laki-laki Mami."
"Oh gitu, ya maaf Mami kan ga tau. Ya udah, berarti dedek sekarang pake shampoo yang foam ya?"
"Iya...kalo sabun dedek, Mami tau kan?"
"Ya iyalah...kamu kan alergi-an...sejak bayi kamu kan ga bisa pake sabun lain kecuali sabun yang ini."
"Mami hebat deh...kirain Mami ga tau juga sabun Zahra yang mana he..he.."
"Enak aja...gini-gini kan Mami yang mandiin kamu waktu bayi dulu."
"Aduh....kuku Mami maseh panjang aja seh...sakit neh...pelan-pelan dong Mami."
Waduh...dari lebaran tahun kemaren sampe sekarang protes Zahra tentang kuku-ku maseh sama aja, dan ...jawabanku juga maseh tetep sama ah kayak tahun kemaren (ketimbang susah mikir cari alasan lain he..he....)
"Maaf ya dek, kamu kan tau kalo mau lebaran gini salon udah pada tutup makanya Mami belom sempet meni pedi neh he..he...."

Setelah anak-anak bersih dan wangi...kini giliran gw nyiapin sarapan buat mereka. Chicken wing yang telah gw keluarkan dari kulkas setengah jam yang lalu, kelihatannya sudah siap untuk digoreng. Hm...sebenarnya sampe saat ini, yang namanya Alvi tuh sama sekali tidak hobby memasak atau berlama-lama di dapur...tapi ya selalu ada pengecualian dan kali ini keadaan memaksa gw turun ke dapur untuk memasak!

Tak lama kemudian, chicken wing selesai digoreng dan tertata di meja makan, gw pun mulai menyendokkan nasi putih hangat ke masing-masing piring anak-anakku.
"Nah sekarang kalian makan ya...Mami mau beresin kamar dulu,"kataku.
"Mami....kok chicken wing nya warna coklatnya lain ...ga seperti warna chicken wing gorengan-nya kak Iroh..belum mateng kali ya Mami?"protes Zahra.
Walah...ternyata lebaran tahun ini diriku maseh harus mendapatkan protes lagi dari dek Zahra hiks...hiks....
"Masak lain seh dek...dicoba dulu rasanya sama ga?" kataku.
"sama kok dek,"kata bang Dali.
Dengan air muka yang masih agak ragu-ragu, akhirnya dek Zahrapun mau menyantap makanan hasil masakanku yang membuatku mampu menarik nafas lega dan kemudian lanjut menuju tugasku yang berikutnya.
"Buat makan siang nanti, dedek mau sup ayam ya Mami, tapi banyakin kentang ma wortelnya,"terdengar suara dek Zahra yang meminta dibuatkan sup untuk makan siangnya.
Waduhhhhh...apa dek Zahra ga tau ya kalo Mami-nya ga bisa masak....gimana lagi cara bikin sup...gw kan ga tau....hm...nanti gw beli-in sup ayam di kentucky aja deh he..he..

Setelah membersihkan kamar, lengkap dengan menyapu dan mengepel sekeliling area kamar...gw harus merendam cucian baju diriku dan anak-anak yang bertepatan dengan selesainya anak-anak menuntaskan sarapan. Sambil menunggu rendaman cucian, gw pun menyiapkan hiburan untuk anak-anak sesuai dengan tema 'request for the day' yang kadang mereka minta di-setel-in DVD kartun anak-anak, menulis cerita di komputer, membaca buku atau mewarnai gambar. Sementara anak-anak tenang dengan kesibukan mereka, kali ini gw berkesempatan untuk sarapan sekalian mencuci piring dan peralatan makannya lainnya.

Akhirnya, urusan dapur pun selesai...dan tibalah saatnya diriku untuk mandi sambil mencuci pakaian yang sedang direndam tadi, yang tentunya disaat-saat ga ada tenaga bantuan seperti ini, kegiatan mandi plus cuci baju pun harus dikerjakan secepat mungkin...padahal diriku sangat menikmati waktu mandi loh lengkap dengan tahap-tahap ritualnya he..he...

Abis mandi, main ma anak2 bentar ..ga terasa udah waktunya makan siang...ke dapur lagi..kok kayaknya ke dapur ga ada habis2nya ya.....terus abis itu harus cuci piring lagi...kok cuci piring ga ada habis2nya juga ya...terus habis cuci piring harus nyetrika baju2 hari ini yang mungkin udah kering..kok nyetrika ga ada habis2nya juga ya...habis nyetrika dan anak2 udah bangun tidur..harus mandiin mereka lagi..kok mandiin anak2 ga ada habisnya juga ya...habis mandi, mereka udah laper lagi...kok mereka ga kenyang2 ya...

Dan ...kayaknya kok kerjaan gw ga ada habis2 nya ya.....kantor aja ada jam pulangnya ...he..he...ternyata pekerjaan full time mother itu ga sesederhana seperti yang banyak orang bayangkan sebelumnya.

In the end of the day, sebelum tidur.....Zahra sempat bertanya kepadaku,"Mami ngerasanya enakan jadi ibu kantoran apa ibu beneran?:)"

Menjelang Lebaran


Beberapa hari menjelang lebaran, gw mengajak Dali dan Zahra ikut serta menemaniku membayar zakat ke mesjid dekat rumah.

Dali : Mau ngapain sih ke mesjid Mami? Orang-orang udah pada selesai Tarawih kok Mami baru ke mesjid? Udah telat kali Mami.

Gw : Ih, anak Mami bawel ya :) Mami mau bayar zakat fitrah.

Zahra : Iya anak cowok kok bawel ya Mami?? (Si adek ikut nimbrung aja neh:)

Dali : Emangnya anak cowok ga boleh bawel??

Zahra : Ya gak boleh lah, masak anak cowok bawel kayak anak cewek??

Dali : Berarti dek Zahra ngaku kalo bawel dong he..he..dek Zahra bawel, dek Zahra cerewet he...he...

Zahra : Awas ya Bang Dali (sambil ancang-ancang mau nonjok)

Gw : Udah udah abang ma dedek jangan berantem. Ini mesjid, rumah Allah, malu ah ma Allah...masak berantem di rumahnya.

Zahra : Gpp Mami, Allah kan Maha Pengampun dan Maha Penyayang..pasti Allah mengerti deh...namanya juga anak-anak, berantem sebentar terus baikan lagi, main lagi deh. Emangnya orang dewasa, berantemnya lama banget.

Dali : Kayak Mami ma Papa ya dek, berantemnya lama banget ya???

Gw : Siapa juga yang bilang Mami berantem ma Papa...gak kok. Widih anak-anak Mami pinter banget ya ngambil kesimpulan sendiri. Sudah sekarang dedek salam minta maaf ma Bang Dali.

Zahra : Ih kok Zahra yang minta maaf duluan, kan yang mulai Bang Dali.

Gw : Menurut Mami, ga ada yang mulai duluan, sama-sama salah. Tapi tadi adek kan mau nonjok abang kan? Ga boleh gitu ya dek. Adek boleh marah tapi jangan pake nonjok. Bagaimanapun Dali kan abang, adek mesti menghormati abang Dali ya. Ayo sekarang dedek salam tangan bang Dali, jangan lupa cium tangan bang Dali ya.

Zahra : Ya udah, sini tangannya bang Dali.

Dali : Tuh Mami, dedek ga ikhlas minta maafnya.

Zahra : Ya iyalah orang disuruh Mami (sambil tetap cemberut).

Gw : Ya udah, minta maaf nya tunggu nanti deh sampai dedek ikhlas, jangan karena disuruh Mami. Padahal di mata Allah, orang yang ikhlas minta maaf duluan sangat mulia loh.

Zahra : Dedek ikhlas deh (sambil megang dan menyalami tangan bang Dali, oh iya pake cium juga).

Gw : Nah, sekarang bang Dali bilang apa ke dedek?

Dali : Terimakasih ya dek, bang Dali minta maaf juga ya.

Gw : Sekarang tiba saatnya kita....

Dali dan Zahra (hampir berbarengan) : Berpelukan (sambil berlari ke dalam pelukanku)...Ayo Mami, kita bayar zakat Mami...

Pengalaman Ngurusin Anak2 Sendirian

Pagi2 sekali Dali dan Zahra udah bangun, sibuk narik2 selimut gw sambil ribut minta makan..."Mami, mami..bangun dunk...masak anak2nya udah bangun, maminya masih tidur...gimana sih....udah laper neh"..Well, akhirnya maseh dengan keadaan setengah sadar (maklumlah masih ngantuk banget) di-niat2-in deh untuk bangun dan get off soon from this comfy kasur....dan cuci muka, gosok gigi, terus ke dapur....well...semenjak dari hari kedua sebelum lebaran kemaren..gw jadi terbiasa mengurus anak2..loh kok baru terbiasa ??!!?? gimana seh, bukannya seorang ibu itu EMANG HARUS mengurus anak2nya..kok malah bilang sekarang baru terbiasa..berarti sebelum2nya ga pernah ngurus dunk ??!!???

Well, terus terang I have to admit myself do not really include in mommy sejati kategori...karena most of my time harus dihabiskan di kantor dan untuk pengurusan anak2 sehari2 harus gw percayakan ke Mba-nya anak2 (namanya Mba Iroh). So at this time Mba Iroh lagi holiday in kampung, so siapa lagi kalo bukan gw, emaknya anak2, yang harus ngurus kebutuhan anak2 sehari2....

So, seperti pagi ini Zahra ga mau rambutnya dikeramas..padahal udah waktunya dikeramas neh....tapi anak ku yang satu ini ngotot banget ga mau dikeramas..ya udah gw bilang aja kalo ga mau dikeramas, mommy juga ga mau mandiin..biar mandi sendir..ya walopun dengan muka cemberut, akhirnya Zahra mau juga dikeramas dengan satu syarat hari ini dia diperbolehkan untuk sarapan pagi dengan sosis goreng..Wah kecil2 udah pinter negosiasi neh....anak sekrang emang lain ya......
Nah, setelah si Zahra beres....sekarang giliran anak gw yang pertama neh mandi. Dia udah bisa mandi sendiri seh, tapi tetep aja gw harus ngawasin kalo2 dia mandinya kurang bersih....

Tetapi gw dapet protes dari Dali karena gw salah ambil shampoo." Mommy, ini shampoonya Zahra, shampoo Dali yang itu, yang foam"...Hm...anak kecil kok punya shampoo sendiri2 seh..dan ternyata bukan shampoo aja..Mereka juga punya sabun, pasta gigi, body and hair lotion sendiri2...hmm pantesan selama ini kalo belanja bulanan pasti banyak banget...

Oh iya bukan protesan yang satu itu aja, tapi gw jg dapet protesan lain dari si Zahra waktu nyuci rambut dia.."Mommy kok kukunya tajem seh, ga kayak Mba Iroh, kepala Zahra bisa luka neh" ..aduh..aduh..anak umur 5 taun kok udah bisa protes..terus dengan konyolnya gw bilang aja gini "Maaf ya Nak, emang Mommy udah lama ga meni pedi neh ....he..he.."

Habis mandi, sekrang giliran waktunya anak2 makan...(gw sendiri belom mandi dan maseh dasteran loh)......Zahra dengan sosis goreng yang dia minta dan Dali meminta telor mata sapi. Hm...waktu nya pergi ke dapur neh..

Terus terang lagi, gw bukan tipe wanita yang senang untuk lama2 di dapur ataupun senang memasak dan sangat tidak menyukai yang namanya cuci piring he..he.....(parah banget ya gw)
Tapi ya demi anak2 tercinta, gw harus cook something for them. Untung permintaan mereka gampang ya...sosis udah jadi tinggal di goreng aja, terus kalo cuman telor mata sapi mah gampang....

Akhirnya dengan (sedikit) bangga gw mempersembahkan "hasil karya" gw itu ke anak2...dan ternyata gw mendapatkan protes lagi dari anak2 hiks..hiks...sedih banget ya....Zahra komen, "Mommy kok sosisnya ga dipotong kecil2...biasanya Mba Iroh kan motong sosis Zahra kecil2" terus komen-nya si Dali "Mommy kok telornya bentuk nya aneh ya?".....terus giliran gw deh yang komen "Makan dulu, pokoknya enak deh rasanya"...Alhamdullillah akhirnya anak2 makan juga dan habis......Wah senengnya .......

Setelah anak2 makan dan duduk tenang nonton Cartoon Network di TV, gw harus mencuci piring makan dan baju anak2 (thx God ada mesin cuci) dan harus menyetrika (dan terus terang lagi neh...i am really not good at all in ironing)...Walopun hasilnya sama dengan tidak disetrika..tapi at least gw udah menyetrika...wettss..apa cpba ya...:)

Setelah mencuci dan menyetrika, akhirnya tiba lah kesempatan gw untuk mandi .....well, disaat2 ga ada pertolongan seperti ini, mandi yang sebelum2nya merupakan one of my ME time, ga bisa spt itu lagi....harus mandi kilat....

Abis mandi, main ma anak2 bentar ..ga terasa udah waktunya makan siang...ke dapur lagi..kok kayaknya ke dapur ga ada habis2nya ya.....terus abis itu harus cuci piring lagi...kok cuci piring ga ada habis2nya juga ya...terus habis cuci piring harus nyetrika baju2 hari ini yang mungkin udah kering..kok nyetrika ga ada habis2nya juga ya...habis nyetrika dan anak2 udah bangun tidur..harus mandiin mereka lagi..kok mandiin anak2 ga ada habisnya juga ya...habis mandi, mereka udah laper lagi...kok mereka ga kenyang2 ya...

Dan ...kayaknya kok kerjaan gw ga ada habis2 nya ya.....kantor aja ada jam pulangnya ...