Sahabat Sejiwa



Sabtu 18 April 2009 kemaren, gw reuni-an lagi dengan temen2 SD. Hm...sebutan "temen" mungkin, bagi gw, tidak tepat lagi untuk mewakili kedekatan diantara kami. Istilah 'sahabat'-pun masih kurang cukup mewakili. 'Sahabat sejiwa' mungkin istilah yang lebih tepat. Bukannya berlebihan ataupun tanpa alasan yang mengada-ngada jika gw memakai istilah "sahabat sejiwa' untuk menggambarkan kedekatan hubungan kami. Tetapi emang seperti itulah kenyataannya. Hubungan kamu mempunyai kedekatan yang lebih dari sekedar teman, lebih dari sekedar sabahat, tetapi lebih menyerupai kedekatan yang bersifat kekeluargaan dan persaudaraan.

Telah lebih 20 tahun lamanya kami meninggalkan bangku sekolah dasar di SDN 01 pagi Cempaka Putih yang waktu itu kelas kami (Kelas 5B dan 6B)dipimpin oleh seorang wali kelas yang sangat galak, disiplin, tegas tetapi juga yang telah mengajarkan kami banyak hal. Tidak hanya materi pelajaran semata tetapi tanpa kami sadari, Beliau telah mengajarkan arti kekompakan dan kebersamaan dalam suka dan duka yang semua itu akhirnya menumbuhkan ikatan pertemanan yang sangat dalam diantara kami yang Insya Allah tidak akan terputuskan oleh siapapun dan selama kami maseh hidup.

Reuni kemaren, kami tertawa mengenang kembali masa-masa menggelikan, 'menyedihkan', menyeramkan, sekaligus menggembirakan lebih dari 20 tahun yang lalu. Menggelikan ketika mengingat kekonyolan kami yang tidak mau bertegur sapa dengan 'jodoh' kami masing-masing he..he..waktu dulu wali kelas kami tu seneng banget ngejodohin murid wanita dan pria satu persatu.
'Menyedihkan' ketika hanya satu-satunya kelas kami yang diwajibkan untuk kerja bakti secara bergiliran menyapu, mengepel dan membersihkan kaca setiap pagi ruang kelas sampai teras ditambah tangga sekolah dan ruang perpustakaan...itu belom lagi ditambah setiap sabtu khusus kelas kami ada pelajaran tambahan berkebun dan bercocok tanam juga membuat kolam ikan di halaman sekolah. Kemaren kami semua entah untuk berapa kalinya tertakjub-takjub mengingat kami waktu itu maseh kelas 5 sampai 6 SD, anak2 kecil berumur 10 dan 11 tahun mau-mau aja menyapu, mengepel jongkok pake tangan, dan kotor-kotoran belajar menggali tanah dengan sekop, Tapi seingatnya, kami melakukan semua itu dengan senang gembira karena kapan lagi kami malah disuruh untuk bermain-main tanah, becek2an pas waktu hujan, bersihin kolam...yang tidak mungkin orang tua kami pun akan tega menyuruh anaknya yang baru duduk di bangku sekolah dasar untuk mengerjakan itu semua.
'Menyeramkan' karena setiap hari kami ada test yang disebut MENCONGAK. Dimana kami harus bisa menjawab pertanyaan yang diajukan, entah itu itungan maupun hapalan, hanya dalam waktu sekitar 7 detik saja. Dan apabila kami tidak bisa atau gagal menjawab, maka sebagai hukumannya kami harus bersedia untuk dicubit di pinggang atau MERONDANG yaitu berjalan seperti layaknya binatang berkaki empat dari belakang sampai kembali ke depan kelas, dan itu berlaku untuk semua murid kelas kami, tanpa terkecuali. Kejam dan menyeramkan ya? he..he...Itu belom lagi, setengah jam sebelum waktu pulang, maka Beliau akan memberikan pertanyaan dimana kami berebutan untuk menjawab dan apabila benar kami baru dapat meninggalkan ruang kelas. Kalau tidak pernah bisa menjawab, ya ga tau seh apa yang akan terjadi secara Vie pasti selalu bisa menjawab he..he...
Nah terusnya apa-an dunk yang menggembirakan? kayaknya ceritanya ga ada seneng-senengnya he..he..Ya pasti ada dunk saat-saat gembiranya kan sesuai dengan hukum alam dimana kehidupan itu bagaikan roda besar yang selalu berputar. Nah, saat-saat bahagia bagi kami itu ialah kelas kami selalu memenangkan berbagai macam penghargaan dari murid dengan nilai tertinggi untuk lingkup satu sekolah maupun satu kelurahan (ranking 1,2 dan 3 nya selalu dipegang oleh kelas kami loh...dan sedikit bocoran...Vie selalu menempati ranking ke-3) he..he.., cerdas cermat, terus kelas terbersih, halaman sekolah kami dinilai terindah se-kelurahan dan masih banyak lagi deh ..terakhir yang dapat diingat adalah nilai rayon NEM Ebtanas tertinggi dipegang oleh kelas kami:)

Tetapi, kegembiraan yang tidak terbatasi oleh waktu adalah kami sebagai 'sahabat sejiwa' selalu bersama-sama dalam suka dan duka. Kami menjadi diri sendiri dalam pertemanan ini. Kami bebas untuk menyatakan pendapat kami masing-masing tanpa khawatir akan menyinggung perasaan satu sama lain, karena kami tau itu semua untuk kebaikan kami dan yakin tidak ada salah satu dari kami yang diam-diam ingin menjatuhkan atau menghancurkan temannya sendiri. Kami selalu bertekad untuk berbagi tawa senang juga airmata kesedihan. Kami tidak akan saling meninggalkan walau apapun yang terjadi. Karena kami juga menyadari, bahwa yang namanya hanya 'teman' bisa beribu-ribu jumlahnya dan dapat dengan mudah didapat, akan tetapi yang namanya sahabat apalagi 'sahabat sejiwa' belum tentu satu orangpun dapat kita temukan dalam hidup kita. Seberapa banyak orang yang mau tetap bersama menemani dalam kesedihan dan kesusahan? Jangankan cuman teman,sudah banyak yang mengalami kalau saudara yang maseh ada aliran darah pun ada yang pergi melengos pergi ketika kita dalam keadaan terpuruk.

Hidup tanpa 'sahabat sejiwa' juga bagaikan hilangnya separuh jiwa kita. Kami saling melengkapi apa yang kurang diantara kami dan saling menutupi segala kejelekkan yang ada diantara kami.
Mudah-mudahan kami akan selalu tetap seperti ini dan meneruskan ke anak cucu kami kelak. Amin.