Dominasi Pria.....enaknya di-apa-in yaa??


"Vie, gw lagi bingung nih,"kata Sita (bukan nama sebenarnya-red), temanku.
"Kalo bingung pegangan aja,"jawabku asal.
"Yeee lu tuh yee...orang lagi beneran bingung, malah di-isengin,"kata Sita (lagi).
"Yo wis, bingung kenapa sih?,"tanyaku.
"Gw lagi bingung mau nerima lamaran pacarku atau tidak ya, Vie ?" tanya Sita.
"Weleh...dilamar kok malah bingung, harusnya kan seneng, dan ngapain juga lo nanya pendapat gw? tanya dunk ma hati kamu sendiri,"jawabku (lagi).
"Benernya sih gw pengen 'say I do', Vie. Tapi lo kan tau sendiri kalo si Ray (bukan nama sebenarnya-red) itu orangnya keras banget, maunya diturutin mulu. Jangan-jangan setelah gw menikah nantinya gw jadi termasuk anggota "IsTi,"kata Sita.
"Loh kok jadi anggota Ikatan Suami Takut Istri?? kebalik kali???"tanyaku.
"Bukan IsTi yang Ikatan Suami Takut Istri, tapi Istri Takut suamI,"jawab Sita.

Wah...wah....jangan sampe deh kita neh kaum perempuan takut ma laki-laki. Yang harus ada itu adalah hubungan yang berdasarkan saling menghargai sebagai sesama umat manusia yang kedudukannya adalah sama di mata Tuhan. Kalo sudah ada rasa menghargai pada suatu hubungan, otomatis tentunya ada rasa sayang dan cinta disitu. Sebaliknya, kalau yang ada perasaan was-was dan ketakutan dalam suatu hubungan, sebagai wanita, sudah saatnya kita bersikap agar hubungan yang sedang terjalin menjadi lebih sehat.

Emang sih, pandangan kaum pria atau suami sebagai pemimpin dalam keluarga, sering memposisikan wanita di bawah pria. Kalau si wanita-nya ngerasa oke-oke aja didominasi oleh pasangannya, ya ga ada masalah toh? karena ga menepis adanya kenyataan bahwa memang ada sebagian dari kaum wanita yang lebih suka pasangannya untuk mendominasi dirinya. Tetapi, beda jadinya kalo si wanita ini kemudian 'keberatan' atau merasa dibawah tekanan, terganggu oleh dominasi pasangannya. Jika tidak diperbaiki dan terus berlanjut, akan ada dua reaksi yang diberikan oleh si wanita, yaitu (1) memberontak dengan kemungkinan hasilnya si pasangan mau kompromi untuk berubah atau malah putus, atau (2) pasrah aja yang kemudian akan menimbulkan depresi atau gangguan kejiwaan. Hm...sama-sama ga enak ya hasilnya?? Lalu kita harus bagaimana dunk?

- Kaum wanita jaman sekarang harus punya tekad untuk menjadi pintar, harus membuka wawasan seluas-luasnya, karena banyak wanita yang pasrah aja mendapat perlakukan dominasi dari kaum pria sebagai akibat tidak mengetahui bahwa perlakuan pasangannya itu salah. Dengan membuka wawasan seluas-luasnya, maka pikiran akan menjadi lebih kritis, yang artinya kita tidak akan menerima begitu saja setiap perlakuan tidak menyenangkan dari pasangan. Kita dapat mempertanyakan "mengapa, mengapa dan mengapa" sampai jawaban dari pasangan dapat kita anggap cukup untuk mengambil keputusan. Mempertanyakan bukanlah artinya melakukan suatu pembangkangan, akan tetapi sebagai suatu jalan untuk kompromi atas perlakukan ataupun keputusan yang kita anggap kurang menyenangkan. Jadi kalaupun nanti kita menerima perlakuan atau keputusannya itu karena secara sadar dan ikhlas, bukan hanya karena harus nurut semata.

- Kaum perempuan juga sebaiknya harus dapat berkomunikasi secara dewasa. Apabila dia belum dapat berkomunikasi secara dewasa, maka mulai ajarkan dan ajaklah pasangan dengan memberikan contoh langsung kepada dirinya. Komunikasi yang dewasa itu adalah komunikasi yang bersifat asertif, yaitu melakukan komunikasi dengan sikap tenggang rasa, tidak menghakimi, dan ga pake marah-marah, apalagi sampe teriak-teriak segala.
Misalnya, lebih baik berkata,"Sayang, selama ini aku kan selalu nurutin kata kamu tuh untuk langsung pulang sehabis kerja, ga pake acara nongkrong dulu. Boleh tau ga kenapa sih kamu begitu?" daripada berkata seperti ini,"Apaan sih kamu ngatur-ngatur mulu".
Komunikasi asertif yang dilakukan dalam suasana yang kondusif, rileks (sambil pijet-pijet misalnya:) tentunya akan berbuah manis apabila dibandingkan dengan komunikasi satu arah.

Poor communication skills can be an inherited family trait. If a person is raised in an environment where people don't listen or can't express their feelings, they will probably bring that inability to communicate into their marriage and other relationships.

Dominasi pria sebaiknya tidak langsung ditanggapi dengan memberontak, pasrah aja, memutuskan hubungan atau bercerai, tetapi cobalah terlebih dahulu berkomunikasi dengan baik, secara dewasa yang dilandasi oleh niat yang baik yaitu ingin memperbaiki hubungan menjadi lebih sehat. Percaya deh, selama kita mau belajar untuk ber komunikasi dengan baik, maka semua masalah dapat diselesaikan. Sebagai kaum wanita yang diberkahi oleh sifat lemah-lembut oleh Tuhan, maka bagikanlah berkah itu kepada pasangan kita. Komunikasikan segala masalah dengan pasangan dengan cara yang baik, dan Insya Allah segala hal yang berniat baik, dilakukan dengan baik, maka akan berbuah baik pula. Amin:)