Mengejar Mas-Mas Muatan Non Lokal alias Pria Asing

Temans....ayok jujur yok apa sih tiga kesan pertama yang sering terlintas di benak ketika kamu melihat cewek muatan lokal mempunyai hubungan dengan lelaki muatan asing???
1. Matre (bukan materai lho he..he..)
2. Bangga
3. Memperbaiki keturunan supaya nanti anaknya kalo udah besar bisa jadi artis atau model



Ha...ha...ha....kalau melihat ketiga kesan pertama diatas, keliatan banget yak sirik dan usilnya kita ma kaum kita sendiri he..he...
Ga sirik lagi Vie?? Tapi emang gitu kok sebagian besar kenyataannya!
Masak sih???
Iya beneran....liat aja tuh cewek-cewek yang punya pasangan pria asing, pasti bawaan-nya jadi terkesan 'murahan' plus 'belagu' lagi...
Wow wow......makin pedes aja neh komentarnya..hm....

Well, terlepas dari kesan 'sirik-sirikan', harus diakui emang seperti itulah kebanyakan kesan masyarakat pada umumnya ketika melihat pasangan ganda campuran WNI dan WNA. Dan ada akibat pasti ada sebabnya, kesan negatif ini muncul karena emang kebanyakan wanita Indonesia menganggap lebih prestige berpasangan dengan pria asing. Ini mungkin ya efek-efek jaman penjajahan yang masih belom bisa sepenuhnya lepas dari kehidupan masyarakat Indonesia, dimana rasa inferior terhadap feodalisme asing masih menggigit kuat.

Tapi apakah bener cuman karena efek-efek perbudakan yang masih tersisa? Karena lihat deh, kalo diliat ketiga alasan pertama diatas, kok kesannya ga jadi seperti 'budak', malah wanita-wanita dengan alasan seperti ini lebih terlihat seperti sang kapitalis penjajah yang menganggap hubungan itu harus yang akhirnya menguntungkan dirinya sendiri, bener kan?


Eh iya juga ya....jangan-jangan analisa gw yang salah....but whatever apapun alasannya....hak asasi seseorang lah dalam memutuskan dengan siapakah dia ingin berpasangan, bukan hanya berpasangan dalam urusan asmara, berkeluarga, bahkan juga mencakup urusan pekerjaan dan urusan-urusan lainnya.



Karena pria-pria asing itu pada hakikatnya sama aja dengan pria-pria muatan lokal. Sama-sama ditakdirkan berjenis kelamin pria hanya ditakdirkan berbeda saja ketika dilahirkan, yang satu ditakdirkan lahir di Indonesia, yang lain ditakdirkan di Amerika, ada yang di Jepang, di Cina, dan di belahan dunia lainnya. Kalau dipikir-pikir itu kan sama saja dengan ketika pria Indonesia A ditakdirkan lahir di Jakarta, pria B lahir di Medan, pria C lahir di Papua, atau ketika pria D lahir di keluarga kalangan atas, pria Y lahir di keluarga kurang mampu, etc.
Jadi cuman mind-set kita aja yang berpikir kalau pria-pria asing ini 'lebih berharga' dibandingkan pria-pria muatan lokal. Banyak penduduk Indonesia yang tidak kalah cerdas dan terampil, (mungkin juga tidak kalah kaya he..he...). Tidak sedikit pria asing yang bekerja secara tidak profesional dan hanya menjadi oportunis belaka. Ras, warna kulit, tampang yang ganteng, jabatan, warna kulit tidak sepenuhnya menentukan kualitas seseorang.

Lagipula kalau sampai saat ini kita masih mengkotak-kotakan manusia berdasarkan ras, warna kulit, materi, posisi jabatan, walaupun itu untuk urusan pribadi, maka tanyakan balik pada diri sendiri, apakah kita itu Tuhan?